Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cinta

Masa putih abu-abu, masa yang indah tentang persahabat kami berlima di kelompok belajar. Aku, Iqbal, Shabrina, Hasan dan Dewi. Seiring berjalannya waktu kebersamaan kami, tumbuh benih-benih cinta di hati kami. Aku dengan Iqbal dan Hasan dengan Shabrina. Dewi adalah obat nyamuk, katanya sendiri waktu itu, hehe…

Hubungan kami itu kami rahasiakan. Tidak ada satu orangpun teman atau guru yang tahu selain kami berlima. Dewi benar-benar sahabat terbaik kami. Dia menjaga semua rahasia itu bahkan sampai kea lam barzah.

Iya…Dewi telah mendahului kami. Tepatnya saat hari terakhir kami mengerjakan Ujian Nasional. Penyakit epilepsinya yang menjadi jalan kepulangannya kehadirat Sang Maha Pencipta. Sedih…kami sangat kehilangan sahabat terbaik.

Iqbal dan Hasan, dua pemuda yang menjadi idola di sekolahku saat itu. Beruntungnya aku dan Shabrina telah terpilih bagi mereka tempat menitipkan hatinya.

Hasan merupakan ketua OSIS kami, sedangkan Iqbal ketua bidang seni dan budaya. Iqbal adalah vokalis Band dan Nasyid sekolah. Suaranya sangat merdu ditambah dengan kemampuan musikalitasnya yang bagus. Ia bisa memainkan beberapa alat music. Itulah sebabnya sekolah kami selalu menjadi juara saat ada lomba seni dan budaya.

Ia begitu mencintai musik. Bila ada acara pensi, ia akan menyanyikan lagu-lagu yang sangat digilai oleh rekan-rekan kami yang putri. Bahkan diantara mereka sering meminta bantuan aku dan Shabrina untuk menjadi mak comblang.

Tentu saja aku dan Shabrina tak pernah menanggapi permintaan mereka. Karena akulah pemilik hati Iqbal dan Shabrina pemilik hati Hasan. Meski mereka tidak tahu. Di setiap kata pengantar lagunya Iqbal menyampaikan lagu tersebut untuk seseorang yang spesial. Akulah yang dimaksud seseorang yang dikatakan Iqbal itu.

“lagu ini untuk seseorang yang sangat spesial untukku,” ucapnya sambil tersenyum manis kepadaku.

Aku sangat bahagia kala itu. Kasih sayang dan perhatiannya begitu besar kepadaku. Aku selalu menyukai lagu-lagu yang dinyanyikannya.

Lagu Gubahanku, mengingatkanku pada saat terakhir dia menyanyikan untukku. Waktu itu kami berempat sedang menikmati kebersamaan untuk terakhir kalinya, karena akan segera menuju kota tempat kami akan kuliah.

Shabrina dan Hasan akan melanjutkan study di Al Azhar, Kairo. Mereka berdua berasal dari keluarga berada. Berbeda dengan aku dan Iqbal. Kami mengandalkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikkan.

Iqbal mendapat beasiswa keFakultas Pertanian Unbra, Malang. Sedangkan aku mendapat beasiswa pendidikan Paud ke IKIP Negeri Singaraja. Bali.

Kami berwisata ke air terjun coban pelangi, Malang. Ketika Shabrina dan Faisal sedang membeli makanan dan minuman untuk kami. Iqbal mengajakku duduk di bebatuan yang ada dekat air terjun tersebut. Sambil menenteng gitarnya, dia memeilihkan tempat duduk dari batu ayang agak datar untukku, kemudian dia juga duduk di sampingku.

Kabut dari hempasan air terjun membelai wajah kami. Suasana sangat indah, pencaran air yang membentuk kabut-kabut air terkena sinar matahari menghasilkan lengkungan pelangi di tebing. Aku sangat menikmati suasana yang dihadirkan alam, apalagi bersama orang terkasih.

“Cinta, kamu jadi berangkat besok?” tanya Iqbal lembut di sampingku. Ia selalu memanggilku Cinta bila kami hanya berdua. Katanya itu panggilan kesayangannya untukku. Aku juga menyukai panggilan itu. Terasa sangat indah ditelingaku ketika dia mengucapkannya.

Aku mengalihkan wajahku dari memandang pelangi di tebing kepada pelangi di hatiku yang berada di sampingku.

“Iya,” jawabku sambil mengangguk.

“hati-hati di sana ya. Jaga dirimu,” katanya dengan tatap sungguh-sungguh dan tulus.

Aku kembali mengangguk, terasa bulir air mata telah memaksa untuk keluar dari netraku. Aku terharu melihat ketulusannya dan kekhawatirannya karena akan jauh dariku.

Kemudian dia mulai memetik gitarnya. Sambil menatapku dia melantunkan lagu gubahanku. Pesannya di lagu itu agar aku tidak tergoda dengan rayuan pemuda lain dan menjaga kesetiaanku untuknya.

Semua pesannya itu aku laksanakan. Kami tetap berkomunikasi jarak jauh melalui surat menyurat. Selalu saling menguatkan agar bersabar dalam menuntut ilmu dan fokus menyelesaikankuliah untuk selanjutnya merajut masa depan bersama.

Dua tahun berlalu dengan aman, komunikasi kami lancar. Saat liburan kami bertemu di kampung. Tapi tahun ke tiga, aku sudah mulai jarang dapat kabar dari Iqbal. Setiap surat yang aku kirim tidak di balasnya. Saat aku pulang kampung juga tidak bertemu dengannya. Dia sedang sibuk di Jakarta untuk bermain music. Bahkan kuliahnyapun sudah tidak dia hiraukan lagi.

Ibunya sangat sedih, beliau meminta kepadaku agar mengingatkan Iqbal untuk kembali fokus kuliah. Suatu saat kami dapat bertemu ketika aku pulang kekampung dia sedang berada di rumah. Saat itu aku menyampaikan apa yang dimunta oleh ibunya. Tapi ia tidak menerima saranku. Dia tetap pergi lagi ke Jakarta untuk bermain music dan mengacuhkan permintaan aku dan ibunya untuk fokus kuliah.

Di saat tingkat terakhirku itulah, Irfan datang mendekati diriku. Ia menawarkan kehidupan berumah tangga. Saat itu dia sudah mapan dengan pekerjaannya. Ia juga memberi kesan sangat baik dalam menjalankan agamanya. Semua itu membuat aku berpikir ulang tentang hubunganku dengan Iqbal.

Namun aku tidak begitu saja menerima ajakan Irfan. Aku pulang ke kampung. Untungnya saat itu aku bertemu dengan Iqbal. Aku memberi dia dua pilihan tetap bermain musik dengan melupakan tanggung jawabnya menuntut ilmu, aku akan meninggalkannya atau aku akan tetap bersamanya dengan melanjutkan kuliah yang ditinggalkannya dan melanjutkan ikrarkan kami untuk masa depan bersama. Ia memelih tetap bermain musik dan berpisah denganku.

Sejak itu semua berakhir diantara kami. Aku yang sudah menyelesaikan pendidikanku langsung dilamar oleh Irfan. Kemudian hidup bertahun-tahun dalam ikatan rumah tangga sampai Irfan akhirnya menyelingkuhiku.

Kini aku berjumpa kembali dengan Iqbal. Membuka kembali semua kenangan itu. Tapi kini, dia sudah bahagia dengan yang lain. Cinta adalah kenangan, indah dan deritanya tak mudah dilupakan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post