Cinta di Bawah Langit Cappadocia (8) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Cinta di Bawah Langit Cappadocia (8)
Cahaya mentari pagi menyisir lembut lembah Cappadocia, membelai lembut formasi batuan unik yang tersebar bak patung raksasa. Anya, seorang seniman muda dengan jiwa bebas, berdiri di tepi tebing, matanya terpaku pada pemandangan menakjubkan di hadapannya. Balon udara berwarna-warni perlahan naik, mengukir pola-pola indah di langit biru.
"Indah sekali, bukan?" Suara berat namun lembut memecah lamunannya. Anya menoleh, dan tatapannya bertemu dengan sepasang mata cokelat hangat milik Deniz, seorang pemandu wisata lokal yang selalu ceria.
"Sangat," jawab Anya, suaranya bergetar karena terpesona.
Sejak saat itu, Anya dan Deniz sering menghabiskan waktu bersama. Mereka menjelajahi lembah-lembah yang tersembunyi, mengunjungi kota bawah tanah, dan menikmati keindahan Cappadocia dari ketinggian balon udara. Hari demi hari, benih-benih cinta tumbuh subur di antara mereka. Anya terpesona oleh pengetahuan Deniz tentang sejarah dan budaya Cappadocia, sementara Deniz kagum dengan kreativitas dan semangat hidup Anya.
Namun, hubungan mereka tidak semulus yang mereka harapkan. Anya adalah seorang seniman yang bebas dan mandiri, sedangkan Deniz terikat oleh tanggung jawab keluarga dan tradisi sukunya. Ayah Deniz adalah seorang kepala suku yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat. Ia tidak akan pernah menerima menantu dari luar desa.
Suatu malam, sambil menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit. Angin membelai lembut wajah-wajah batu Cappadocia, mengubah lembah-lembah sunyi menjadi kanvas lukisan surealis. Di tengah keindahan itu, Anya berdiri, sosok mungil yang terpesona oleh keagungan alam. Hatinya bergetar seirama dengan detak jantungnya, seolah alam semesta sedang berbisik padanya.
"Aku mencintaimu, Anya," Suara berat namun lembut memecah lamunannya. Deniz, pemandu wisata lokal dengan mata hazel, berdiri di sampingnya, senyum tipis menghiasi wajahnya.
"Aku juga mencintaimu, Deniz," balas Anya, memeluk Deniz erat. "Tapi, bagaimana dengan ayahmu?"
"Aku akan bicara dengannya," jawab Deniz mantap.
Rumah tua Deniz di sebuah desa kecil di Cappadocia. Malam hari. Cahaya lilin menerangi ruangan berdinding batu. Deniz duduk di hadapan ayahnya, seorang pria paruh baya dengan tatapan tegas.
Deniz: Ayah, aku harus bicara pada Ayah. Tentang Anya...
Ayah: (Menghela napas) Aku tahu, Nak. Tentang gadis kota itu.
Deniz: Ayah... aku mencintainya. Dia baik, cerdas, dan sangat menyayangi aku.
Ayah: Cinta saja tidak cukup, Nak. Kamu harus ingat tradisi kita, kewajibanmu pada keluarga.
Deniz: Aku tahu, Ayah. Tapi, hatiku sudah memilihnya.
Ayah: (Nada suaranya meninggi) Jangan bodoh! Kamu tidak bisa menikahi gadis dari kota! Dia tidak akan pernah mengerti kehidupan kita di sini.
Deniz: Ayah, zaman sudah berubah. Cinta tidak mengenal batas.
Ayah: (Memukul meja dengan keras) Bagi kita, tradisi adalah segalanya! Kamu harus menikahi gadis pilihan Ayah. Dia anak dari kepala suku sebelah, keluarga yang baik dan terhormat.
Deniz: Tapi, Ayah...
Ayah: Tidak ada tapi-tapian! Kamu harus menurut pada Ayah!
Deniz terdiam, hatinya hancur berkeping-keping. Ia tidak pernah menyangka ayahnya akan sekeras ini.
Deniz: (Dengan suara bergetar) Ayah... aku mohon...
Ayah: Sudah, cukup! Jangan membuatku marah lagi! Ini bukan hanya tentang kamu, Deniz. Ini tentang kehormatan keluarga kita. Pernikahanmu harus dengan seorang gadis dari suku yang sama, yang bisa menjaga tradisi kita.
Deniz bangkit dari duduknya, matanya berkaca-kaca. Ia berjalan menuju jendela, menatap keluar ke malam yang gelap. Bintang-bintang seolah ikut merasakan kesedihannya.
Deniz: (Bergumam) Aku tidak tahu harus bagaimana lagi...
Ayah: Kamu harus memilih, Nak. Antara aku dan suku kita atau dia. Memilih antara cintamu atau kehormatan keluarga
Deniz menoleh ke arah ayahnya, matanya berkaca-kaca. Deniz terdiam lama, menimbang-nimbang pilihan sulit di hadapannya. Hatinya tercabik antara cinta dan kewajiban.
Beberapa saat kemudian, Deniz menatap ayahnya dengan tatapan penuh kepasrahan. Deniz mengangguk.
Deniz: Baiklah, Ayah. Aku akan menurut.
Percakapan Deniz dengan ayahnya tidak berjalan mulus. Ayahnya tetap pada pendiriannya. Hati Deniz hancur, begitu pula hati Anya.
Suatu malam, ketika mereka sedang duduk di tepi tebing, menatap bulan purnama yang bersinar terang, Deniz menyampaikan keputusan sulitnya.
"Aku harus pergi, Anya," ucap Deniz dengan suara bergetar. "Ayahku akan menjodohkanku dengan seorang gadis dari desa sebelah."
Anya terdiam, air matanya mengalir deras. Ia tidak ingin kehilangan Deniz.
"Aku akan selalu mencintaimu," ucap Anya, suaranya terisak.
"Aku juga, Anya," balas Deniz. "Tapi, kita harus menerima kenyataan."
Beberapa tahun kemudian, Anya kembali ke Cappadocia. Ia ingin mengunjungi tempat-tempat yang pernah menjadi saksi bisu kisah cintanya dengan Deniz. Saat ia berdiri di tepi tebing yang sama, ia melihat Deniz sedang menggendong seorang anak kecil.
"Deniz," panggil Anya.
Deniz menoleh, matanya membulat terkejut. Mereka saling menatap dalam-dalam, seakan ingin membaca isi hati masing-masing.
"Kau sudah menikah?" tanya Anya pelan.
Deniz mengangguk. "Iya, dan aku sudah punya anak."
"Aku bahagia untukmu," ucap Anya, meskipun hatinya terasa sakit.
Deniz tersenyum pahit. "Aku juga. Tapi, aku tidak pernah melupakanmu, Anya."
Mereka berdua terdiam, masing-masing larut dalam kenangan. Pertemuan ini mengajarkan mereka tentang arti cinta, pengorbanan, dan penerimaan. Keindahan Capadocia dengan lembah yang indah, seperti Lembah Goreme, Lembah Love, dan Lembah Zelve. Lembah-lembah ini dipenuhi dengan cerobong peri, gereja-gereja kuno, dan kota bawah tanah, telah membersamai mereka meski berakhir duka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mohon krisannya.