Di Antara Dua Dunia (6) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Di Antara Dua Dunia (6)
Ayla putri dari seorang pengusaha Turki yang jatuh cinta pada ibunya, seorang penari Bali. Rumah mereka adalah perpaduan unik antara ornamen khas Ottoman dan ukiran kayu khas Bali. Ayla seringkali merasa seperti burung yang terjebak di dalam sangkar, tak tahu harus terbang ke mana.
Di rumahnya, aroma sate lilit dan sambal terasi berpadu dengan suara adzan yang berkumandang setiap waktu. Namun, saat menginjakkan kaki di luar, ia dikelilingi oleh bangunan bersejarah, suara adzan digantikan oleh alunan musik mistis dari seruling ney. Ayla, merasa terombang-ambing di antara dua budaya yang begitu berbeda namun sama-sama ia cintai.
Ayla sering bingung harus memilih apa. Apakah ia akan mengenakan kebaya ke sekolah seperti yang biasa dulu dia pakai saat di Bali, atau memilih gaun bermotif bunga khas Turki? Apakah ia akan menghabiskan waktu dengan teman-temannya yang menyukai musik melayu, atau lebih suka mendengarkan musik klasik Turki? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuinya, membuatnya merasa seperti tak memiliki tempat untuk bernaung.
Di sekolah, Ayla sering diejek karena memiliki nama yang terdengar asing dan wajah yang tidak sepenuhnya Eropa. Teman-temannya lebih tertarik pada budaya pop Korea dan Amerika, sementara Ayla lebih menyukai tarian Bali yang diajarkan ibunya. Ia sering menghabiskan waktu di kamar, membaca buku tentang sejarah Turki dan mitos-mitos Bali.
Teman-temannya di sekolah sering mengolok-oloknya karena logat Indonesianya yang kental. Sementara itu, kerabat di Turki menganggapnya sebagai orang asing karena kurang fasih berbahasa Turki. Ayla merasa terasing, sendirian di tengah keramaian.
Konflik makin terasa ketika Ayla memasuki usia remaja. Ayahnya ingin agar Ayla melanjutkan kuliah di Turki dan menjadi seorang pengusaha seperti dirinya. Namun, Ayla memiliki mimpi yang berbeda. Ia ingin menjadi seorang penari Bali dan melestarikan budaya ibunya. Perdebatan sengit sering terjadi di rumah mereka. Ayahnya merasa bahwa budaya Bali tidak akan memberikan masa depan yang cerah bagi Ayla, sementara ibunya mendukung penuh mimpi putrinya.
Ditengah kebimbangannya, Ayla bertemu dengan seorang pemuda Turki keturunan Indonesia. Mereka memiliki minat yang sama terhadap budaya dan sejarah kedua negara. Melalui pemuda itu, Ayla mulai memahami bahwa identitasnya tidak harus menjadi sebuah pilihan antara dua budaya, tetapi bisa menjadi sebuah perpaduan yang unik.
Suatu hari, Ayla menemukan sebuah buku harian milik neneknya dari pihak Indonesia. Dalam buku harian itu, ia menemukan kisah tentang neneknya yang juga pernah mengalami dilema yang sama saat menikah dengan kakeknya yang seorang Belanda. Neneknya menulis tentang perjuangannya untuk mempertahankan identitasnya sebagai seorang Indonesia di tengah lingkungan yang asing.
Ayla tersadar bahwa ia tidak sendirian. Banyak orang sebelum dirinya yang pernah merasakan hal yang sama. Ia mulai mencari tahu lebih dalam tentang kedua budaya yang mengalir dalam darahnya. Ia belajar menari tarian tradisional Indonesia dan memainkan alat musik tradisional Turki.
Ayla menemukan kedamaian. Ia menyadari bahwa ia tidak perlu memilih salah satu budaya. Ia bisa menjadi dirinya sendiri, seorang gadis yang memiliki dua jiwa dalam satu raga. Ayla mulai menerima perbedaannya, bahkan merayakannya. Ia bangga dengan akar Indonesia dan Turki yang kuat dalam dirinya.
Pada hari ulang tahunnya, Ayla memutuskan untuk mengadakan pesta yang merayakan kedua budaya tersebut. Ia menyajikan hidangan khas Indonesia dan Turki, mengundang teman-temannya dari berbagai latar belakang, dan menampilkan tarian serta musik dari kedua negara. Pesta itu menjadi ajang perayaan atas identitasnya yang unik dan indah.
Ayla akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantuinya. Ia adalah seorang anak milik dunia, seorang warga global yang membawa keindahan dan kekayaan kedua budaya dalam dirinya. Dan ia akan terus belajar, tumbuh, dan berkembang, selalu membawa kedua budaya itu bersamanya.
Ayla memutuskan untuk mengikuti jejak ibunya dan belajar menari Bali secara serius. Ia mengikuti berbagai pelatihan dan workshop, bahkan sampai pulang kampung ke Bali. Di sana, ia merasa diterima dan menemukan jati dirinya. Namun, ayahnya sangat kecewa dengan pilihan Ayla. Hubungan mereka menjadi renggang.
Suatu malam, saat Ayla sedang berlatih menari, ayahnya menghampirinya. Dengan mata berkaca-kaca, ia meminta maaf kepada Ayla. Ia mengakui bahwa ia telah salah dalam memperlakukan Ayla. Ayahnya menyadari bahwa kebahagiaan Ayla adalah yang terpenting.
Ayla memeluk ayahnya erat-erat. "Ayah, aku tidak akan pernah melupakan akar Turki-ku. Tapi, Bali adalah tempat di mana aku menemukan jati diriku," ucap Ayla.
Ayahnya mengangguk. "Aku bangga padamu, anakku. Kau telah menemukan jalanmu sendiri."
Sejak saat itu, Ayla hidup bahagia dan damai. Ia sering tampil di berbagai acara, memperkenalkan keindahan tarian Bali kepada dunia. Ayla menjadi jembatan antara dua budaya, membuktikan bahwa identitas seseorang tidak harus dibatasi oleh garis-garis negara atau etnis.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bagus, coba perbanyak dialog pasti lebih hidup!
Bunda Yuningsih, terimakasih atas krisan yang sangat berarti bagi saya dalam memperbaiki tulisan saya.