Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Enam Puluh Tahun Bukan Waktu yang Sebentar

Enam Puluh Tahun Bukan Waktu yang Sebentar

Malam ini kami keluarga besar Syawali mensyukuri 60 tahun dipersatukan Ayah dan Bunda kami dalam ikatan suci pernikahan. Empat generasi berkumpul di rumah kakak laki-laki tertua dan secara daring melalui zoommeeting.

Acara dibuka oleh adik bungsuku dan ucapan salam saling menyapa sesama kami yang berada di beberapa kota yang berjauhan, Jakarta, Bandung dan Singaraja. Kemudian sambutan dari Ayah dan Bunda yang sedang berbahagia memperingati 60 tahun kebersamaan mereka dalam mahligai rumah tangga.

Ayah bercerita tentang hari pernikahan mereka enam puluh tahun yang lalu. Saat akad nikah dengan ijab Kabul yang diikrarkan di depan penghulu, nenek tidak berada di samping Ayah. Beliau hanya ditemani oleh sanak keluarganya dan keluarga Bunda serta disaksikan oleh dua orang saksi.

Setelah akad nikah di masjid, Ayah kembali ke rumahnya. Pada sore hari baru di jemput oleh keluarga mempelai wanita. Diterima secara adat di rumah gadang mempelai wanita dan di antarkan ke kamar penganten.

Di dalam kamar belum ada penganten wanita, masih disembunyikan oleh keluarganya. Di atas meja Ayah melihat adda talam yang berisi Nasi Lamak kuniang (Ketan kuning). Ayah diberi tahu oleh keluarganya agar tidak lengah karena nanti pukul 12 malam penganten wanita akan memasuki kamar dan mengambil serta memakan nasi lamak kuniang tersebut. Tapi ayah tidak boleh kalah dalam mengambilnya, sehingga harus mengambil terlebih dulu.

Ayah di ajak berbicara oleh keluarga penganten wanita agar lengah, tapi dia masih mengingat pesan keluarganya agar tidak kalah harus memakan terlebih dulu nasi lemak kuning tersebut. Benar saja pukul 12 malam Bunda memasuki kamar dan akan mengambil nasi lamak kuning, namu dia kalah cepat dengan Ayah. Sehingga ayah yang menjadi pemenangnya. Begitulah suasana malam penganten ayah dan nenek yang dimulai dengan perpeloncoan penganten pria oleh keluarga penganten wanita.

Setelah malam itu ayah dan bunda mengayuh biduk rumah tangga dengan kompak seperti sebuah tim yang harus bekerja sama mencapai tujuan pernikahan mereka. Banyak suka dan duka yang mewarnai 60 tahun pernikahan mereka. Namun mereka selamat menembus semua cobaan rintangan tersebut sampai kehari ini setelah 60 tahun yang lalu di hari yang penuh kenangan.

Di hari ini disaat usia ayah sudah 83 tahun dan bunda 78 tahun, mereka mengenang semuanya dan menceritakan kepada kami anak, cucu dan cicitnya. Beliau adalah panutan yang menjadi teladan bagi kami dalam menempuh kehidupan berumah tangga.

Hari ini Ayah mengeluarkan catatannya mengenai ilustrasi dosa-dosa minimal yang mungkin telah dilakukkannya selama hidupnya sampai sekarang.

“Misalkan dalam satu hari ayah melakukan dosa 5 kali maka total dosa ayah sekarang adalah 5x365x 70, maka jumlah dosa Ayah minimal 127.750 kali. Sehingga bisa jadi lebih banyak lagi dari angka ini. Bagaimana ayah akan membawa dosa sebanyak ini kehadapan Allah jika umur ayah berhenti sekarang?” papar Ayah menguraikan perhitungannya.

Kami semua tercenung. Kembali mengingat diri dan mencoba berhitung juga dengan keadaan diri masing-masing.

“Karena itu Ayah berpesan kepada kalian, jika Ayah dan Bunda meninggal nanti. Kalian banyak mengerjakan amal saleh dan diniatkan juga untuk Ayah dan Bunda. Misalnya bersedekah, membaca Al Quran, memberi makan fakir miskin dan ibadah yang lainnya. Pahala kalian tidak dikurangi sedikitpun dan ayah serta bunda mendapat pahala untuk meringankan beban dosa kami menghadap Allah,” pinta Ayah dengan penuh harapan.

Kami semua menganggukkan kepala, berniat di dalam hati untuk menjalankan semua petuah Ayah.

“Jika Ayah atau Bunda meninggal nanti. Kalianlah yang harus menyelenggarakan jenazah kami. Jangan sibuk menerima tamu. Biarkan keluarga yang lain yang menyambut tamu yang berziarah. Bacakan surah Yasin mengiringi kepergian kami,” ucap ayah lagi.

Kami semua meneteskan air mata, dalam hati berjanji akan menjalankan semua permintaan Ayah. Rasanya semua yang dikatakan Ayah adalah yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak ketika orang tuanya berpulang. Semoga kami dapat menjalankannya dengan baik. Bila saatnya Ayah dan Bunda kami dipanggil untuk kembali kepada-Nya.

Peringatan hari pernikahan Ayah dan Bunda kali ini benar-benar memberi banyak pelajaran kepada kami. Semoga Ayah dan Bunda selalu bahagia dan melewati umur yang diberikan Allah dengan makin mempersiapkan diri dan bertaqwa kepada Allah.

Enam puluh tahu bukanlah waktu yang sebentar, banyak pengalaman hidup Ayah dan Bunda yang bisa kami teladani dalam membina hidup berumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah atas karunia dan berkah yang diberikan kepada kami karena masih memiliki orang tua yang selalu meridhai dan mendoakan kami dalam menjalani kehidupan ini.

Semoga Ayah dan Bunda panjang umur, selalu bahagia dan rukun selalu. Aamiin YRA…..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post