Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Keamanan Anak Adalah yang Utama Saat Ditinggal Kerja
keamanan anak sumber health.detik.com

Keamanan Anak Adalah yang Utama Saat Ditinggal Kerja

Pengalaman adalah guru yang terbaik, pepatah itu memang benar adanya. Belajar dari pengalaman orang lain agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak mengenakkan. Apalagi jika menyangkut keselamatan anak kita, tambah perlu menjadi perhatian agar tidak menyesal belakangan.

Pengalaman inilah yang ingin saya bagi dengan pembaca yang meninggalkan buah hatinya untuk bekerja. Semoga ada hikmahnya.

Suatu hari, saya pulang mengajar agak terlambat hampir sudah masuk waktu magrib, karena ada kegiatan pelatihan yang agendanya cukup padat. Saat saya pulang, saya lihat anak bungsu saya sudah tidur.

Saya tanya keadaan anak saya pada pengasuhnya,

“Apakah Adek sudah makan? Kok tumben masih sore sudah tidur?” tanya saya.

“Sudah Bu, mungkin karena capek main,” jawabnya.

Tapi saat azan magrib berkumandang adek terbangun. Dia menangis dan menjerit-jerit mengatakan sakit-sakit sambil memegang bahunya. Saya meraba tempat yang dia tunjukkan. Saya melihat seperti ada tulang yang menonjol di bahunya. Saya segera memberi tahu suami dan memanggil pengasuhnya.

“Kenapa bahu adek, mbak? Sepertinya adek kesakitan,” tanya saya.

“Nggak tahu Bu, tadi baik-baik saja,” jawabnya singkat.

Karena tidak mendapat penjelasan yang berarti dari pengasuhnya, kami membawa putra kami ke dokter. Ternyata tulang selangka anak saya patah. Dokter melakukan tindakan untuk mengembalikan posisi tulang tersebut dan memberi ikatan yang menyerupai ransel. Serta memberi suntikan untuk mengurangi nyeri dan anti infeksi. Kemudian dokter membekali kami beberapa obat oral yang diberikan kembali saat adek mengeluh rasa sakit lagi.

Sesampai di rumah, setelah menidurkan adek. Saya bertanya pada pengasuhnya apa yang terjadi sehingga tulang Adek patah. Akhirnya dia mengaku kalau adek terjatuh dari tangga saat turun dari lantai dua rumah kami.

“Bagaimana adek bisa jatuh? Kenapa tidak kamu temani saat dia menuruni tangga?” tanya saya. Dia diam saja.

“Kamu sedang apa waktu itu? Ibu sudah ingatkan ketika Adek main harus ditemani, karena dia masih kecil baru 2,5 tahu. Belum tahu mana yang berbahaya dan yang tidak,” jelas saya.

Namun tidak ada satu katapun yang dia sampaikan untuk menjelaskan situasi kala itu. Akhirnya saya memendam saja kekesalan saya, mau bagaimana lagi, saya memerlukan dia untuk menjaga anak saya selama saya bekerja. Jadi saya harus menahan emosi meski saya sangat marah karena dia membahayakan anak saya.

Besok harinya ketika saya berbelanja pada tukang sayur di depan rumah saya bercerita pada tentangga sebelah tentang anak saya yang patah karena jatuh dari tangga. Si Ibu sangat prihatin dan bercerita pada saya bahwa pengasuh anak saya itu sering kedatangan tamu laki-laki jika saya sudah berangkat sekolah. Mungkin saat menemui tamunya tersebut, dia lengah sehingga tidak memperhatikan putra saya, duga ibu tersebut.

Informasi Ibu tersebut saya konfirmasi pada pengasuh anak saya. Akhirnya dia membenarkan saat anak saya jatuh dia sedang berbincang dengan tamunya tersebut. Ketika saya tanya siapa tamunya itu, dia bilang itu pacarnya. Saya mengingatkannya tidak boleh menerima tamu laki-laki ketika sedang bekerja. Dia mengangguk dan berjanji tidak akan menhulangi lagi.

Saya jadi ingat mungkin orang ini yang sering ditelepon oleh pengasuh anak saya, yang menyebabkan pembayaran rekening telepon rumah membengkak. Bahkan setelah saya kuncipun pembayarannya tetap tinggi, ternyata setelah saya tanya dia mengaku menggunakan telepon dengan memakai lidi untuk menekan tombolnya.

Sebenarnya saya sudah cukup kewalahan dengan berbagai tingkah polahnya, tapi karena saya memerlukannya untuk mejaga anak saya, akhirnya saya tetap bersabar.

Sampai suatu hari, saat saya berangkat sekolah agak siang karena saya ada kegiatan di kantor dinas pendidikan jadi tidak perlu ke sekolah terlebih dulu. Setelah selesai mandi dan akan bersiap untuk berangkat, saya keluar dari kamar ingin mengambil sesuatu, saat itu saya belum mengenakan hijab. Begitu saya membuka pintu kamar, saya melihat seorang laki-laki sedang duduk di ruang keluarga menonton TV. Segera saya masuk kembali ke kamar dan mengenakan hijab, kemudian keluar.

“Kamu siapa, mengapa ada di sini,” tanya saya pada laki-laki itu.

“Saya sering ke sini, Ibu siapa?” tanyanya.

“Saya yang punya rumah, kamu mau cari siapa?” tanya saya.

Dia menyebutkan nama pengasuh anak saya. Oh rupanya ini dia pacar pengasuh saya tersebut. Ternyata dia masuk rumah saya dengan lancangnya tanpa permisi, karena saat itu pembantu saya sedang ada di lantai atas menjemur pakaian anak saya.

Saya segera memanggilnya dan menyuruh dia turun untuk memastikan apakah benar orang ini pacarnya. Ternyata benar dialah yang dimaksud oleh tetangga saya. Rupanya begitu kelakuan mereka selama saya tinggal bekerja. Untung saja hari ini saya berangkat agak kesiangan yang tidak diduga oleh laki-laki tersebut saya masih di rumah.

Saya benar-benar kecewa dengan kelakuan pengasuh anak saya yang tidak menepati ucapannya ketika saya tegur beberapa waktu yag lalu. Akhirnya saya memberhentikan dia bekerja di rumah saya. Karena banyak memberi pengaruh yang tidak baik bagi keluarga saya.

Sejak saat itu saya tidak lagi menggunakan jasa pengasuh untuk merawat anak saya. Kebetulan anak saya juga sudah ingin sekolah playgroup sehingga ada tempat yang terpercaya bagi saya untuk menitipkan anak selama saya mengajar.

Semoga kisah saya ini dapat menjadi pengingat bagi kita yang bekerja. Jangan terlalu dilepaskan anak kita dengan orang lain selama kita bekerja. Tetap perhatikan hal-hal kecil yang menunjukkan sesuatu yang tidak beres pada anak kita. segera ambil tindakkan agar jangan sampai menimbulkan bahaya yang lebih besar lagi pada anak kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yg bermanfaat... salam literasi

10 Mar
Balas

Pengalaman yang sangat berharga. Inilah yang sering menjadi dilema bagi ibu yang bekerja. Salam sehat dan bahagia selalu Bunda Ilma.

09 Mar
Balas



search

New Post