Kembang-Kembang Cinta di Bulan Januari
Lebih lima dasawarsa yang lalu, saat itu Bunda sedang sakit menahan kontraksi persalinan. Bunda sudah berada di rumah bidan. Rumahnya berada di dekat sungai. Saat kontraksi sudah makin dekat Bunda merasa ingin kebelakang. Dengan diantar asisten bidan, bunda berjalan menuju sungai. Masa itu untuk melepas hajat masih sangat sederhana di sebuah jamban di tepi sungai.
Sesaat sebelum menuntaskan hajat, Bunda melihat bayangan bulan purnama di riak air. Sangat indah, menerangi malam tanggal 2 januari.
“Aku harus hati-hati. Jangan sampai bayiku lahir dan hanyut bersama aliran air sungai,” batin Bunda.
Merasakan kontraksi diperutnya yang makin menggila Bunda berhati-hati saat di atas sungai. Setelah selesai menuntaskan hajat, mereka kembali ke kamar bersalin. Terdengar jam dinding kuno di atas tempat tidur berdentang 12 kali.
“Sudah tengah malam, tapi bayiku belum juga lahir,”desah Bunda kepayahan.
Tak lama setelah itu, dia merasakan kontraksi yang sangat hebat. Bidan memandunya untuk mengatur nafas dan mengedan. Terasa gerakkan bayi melewati jalan lahir. Akhirnya suara tangis melengking bayi memecah kesunyian malam itu.
Tatkala didengar tangis bayi yang telah ditunggunya, Bunda menangis terharu. Segala sakit tak dirasa, yang ada hanya kebahagian memenuhi rongga dada. Buah cintanya telah hadir ke muka bumi. Seorang bayi perempuan yang cantik dan sehat. Kulitnya putih bersih, sempurna sesuai harapan dan doa-doa yang telah dipanjatkannya selama kehamilannya.
Bayi perempuan cantik itu diberi nama Purnamawati oleh sang kakek. Karena lahir tepat saat bulan Purnama bersinar terang dan penuh. Sang Ayah sebenarnya kurang suka dengan nama itu. Karena dia tidak mau anak gadinya nanti dipanggil dengan panggilan Pur. Baginya terdengar kurang disukainya.
Ayah telah menyiapkan nama cantik untuk putrinya. Wihelmina. Dia terinspirasi dari nama ratu Jerman yang dibacanya dibuku yang sedang diterjemahkannya. Namun istrinya tidak setuju. Terlalu kebarat-baratan ucapnya. Akhirnya pasangan yang berbahagia ini memberi nama anak gadisnya dengan nama yang sangat khas Indonesia: Ilma Wiryanti.
Berasal dari helmina yang dirubah menjadi Ilma dan Wi menjadi Wiryanti. Sang ayah sangat puas dengan kreatifitasnya tersebut dan sang istripun menerima dengan lapang dada. Bagaimana dengan sang kakek?
Bayi ini, anak mereka yang ke empat. Jika dulu bayi ini lahir di pulau Dewata tentu mereka akan menamainya Ketut Ilma Wiryanti. Kini anak mereka sudah dua pasang. Yang pertama anak perempuan yang sudah berumur enam tahun, anak ke dua dan ketiga anak laki-laki yang berumur 5 tahun dan 3 tahun. Lengkap sudah kebahagian suami istri ini.
Beberapa hari lagi mereka juga akan merayakan ulang tahun perkawinan mereka yang ke 7, tepatnya tanggal 19 januari. Bulan januari merupakan bulan bertabur kebahagian bagi mereka. Saat kembang-kembang cinta mereka bermekaran. Tahun-tahun berikutnya, Januari adalah bulan yang selalu ditunggu dengan penuh kebahagiaan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar