Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melodi Cinta di Jembatan Galata (12) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Melodi Cinta di Jembatan Galata (12) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Melodi Cinta di Jembatan Galata (12)

Cahaya matahari sore memantul lembut di permukaan Bosphorus, menciptakan riak-riak emas yang menari mengikuti irama ombak. Di atas kapal feri yang melintasi selat itu, seorang pemuda Indonesia bernama Bara tengah memainkan gitarnya. Nada-nada merdu mengalun, mengiringi suara ombak yang menenangkan.

Di antara kerumunan penumpang, seorang gadis muda dengan mata berwarna zamrud dan rambut hitam berkilau terkesima. Gadis bernama Ayşe itu terpesona oleh suara merdu Bara. Tanpa sadar, langkah kakinya membawanya mendekati pemuda Indonesia itu.

"Suara Anda indah sekali," puji Ayşe dalam bahasa Inggris yang fasih.

Bara terkejut, namun segera tersenyum. "Terima kasih. Senang Anda suka."

Percakapan mereka mengalir begitu saja. Ayşe ternyata seorang penyanyi berbakat yang sering tampil di kafe-kafe kecil di Istanbul. Mereka berbagi cerita tentang musik, mimpi, dan kehidupan. Sejak pertemuan itu, mereka sering bertemu di kapal feri yang sama. Bara akan memainkan gitarnya, dan Ayşe akan menyanyikan lagu-lagu Turki yang indah.

Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, Bara memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. "Ayşe, aku sangat menyukaimu. Suara indahmu telah mencuri hatiku," ucapnya tulus.

Ayşe tersenyum malu. "Aku juga menyukaimu, Bara. Kamu membuat hidupku lebih berwarna."

Hubungan mereka semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama, menjelajahi keindahan Istanbul, dan saling berbagi mimpi. Bara bercita-cita menjadi musisi terkenal, sedangkan Ayşe ingin membuka sekolah musik untuk anak-anak kurang mampu.

Jembatan Galata, Istanbul. Matahari terbenam sedang menyinari Kota Istanbul yang indah.

Ayşe: "Lihat, Bara. Pemandangannya menakjubkan. Cahaya keemasan menerangi masjid dan menara. Seperti berada di lukisan."

Bara: (tersenyum) "Kau benar, Ayşe. Setiap sudut kota ini menyimpan keindahan tersendiri. Aku merasa sangat beruntung bisa berada di sini bersamamu."

Ayşe: (beralih ke Bara) "Aku juga, Bara. Setiap momen bersamamu terasa begitu berharga."

Mereka terdiam sejenak, menikmati keindahan kota Istanbul.

Bara: "Ayşe, pernahkah kau memikirkan tentang masa depanmu?"

Ayşe: "Tentu saja. Aku ingin membuka sekolah musik untuk anak-anak kurang mampu. Aku ingin berbagi cintaku terhadap musik dengan mereka. Siapa tahu, di antara mereka ada yang memiliki bakat luar biasa seperti dirimu."

Bara: (terkejut) "Kau serius? Itu ide yang bagus sekali, Ayşe. Aku selalu kagum dengan kepedulianmu terhadap orang lain."

Ayşe: "Terima kasih, Bara. Aku ingin memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengejar mimpi mereka. Sama seperti kamu yang ingin menjadi musisi terkenal."

Bara: (menatap mata Ayşe) "Aku akan selalu mendukungmu, Ayşe. Kita bisa mewujudkan mimpi kita bersama."

Mereka saling menggenggam tangan, menatap ke arah masa depan yang penuh harapan.

Ayşe: "Aku tidak sabar untuk melihat kita berdua berdiri di atas panggung, memainkan musik bersama."

Bara: (tertawa) "Itu pasti akan menjadi momen yang tak terlupakan. Kita akan menginspirasi banyak orang dengan musik kita."

Mereka terus berjalan, menikmati malam yang indah di Istanbul, membayangkan masa depan mereka bersama.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Bara harus kembali ke Indonesia karena visa studinya habis. Perpisahan itu sangat menyakitkan bagi keduanya. Mereka berjanji akan tetap berhubungan dan berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka.

Beberapa bulan kemudian, Bara menerima kabar buruk. Ayşe sakit keras. Ia mengidap penyakit langka yang membutuhkan biaya pengobatan yang sangat mahal. Bara merasa terpanggil untuk membantu Ayşe. Ia menjual gitar kesayangannya dan mengumpulkan uang sebanyak mungkin.

Dengan uang tabungannya, Bara terbang ke Istanbul. Ia langsung menuju rumah sakit tempat Ayşe dirawat. Melihat kondisi Ayşe yang lemah, hati Bara hancur. Ia berjanji akan selalu ada untuk Ayşe.

Bara mendapat tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan rekaman di Istanbul. Tanpa berpikir panjang, ia menerima tawaran itu. Dengan senang hati, ia mengurus segala keperluan perawatan Ayşe.

Pertemuan mereka kembali menjadi lebih sering. Mereka menghabiskan waktu bersama, Setelah menjalani perawatan intensif, kondisi Ayşe mulai membaik. Bara selalu ada di sisinya, memberikan semangat dan dukungan. Mereka memutuskan untuk menikah dan memulai hidup baru bersama.

Beberapa tahun kemudian, Bara dan Ayşe dapat mewujudkan mimpi mereka. Mereka memiliki sebuah studio musik kecil tempat mereka mengajar musik kepada anak-anak kurang mampu. Mereka juga sering tampil bersama di berbagai acara.

Suatu sore, mereka duduk di tepi Bosphorus, sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Bara memeluk Ayşe erat-erat. "Aku bersyukur telah bertemu denganmu, Ayşe. Kau adalah anugerah terbesar dalam hidupku," ucap Bara.

Ayşe tersenyum bahagia. "Aku juga, Bara. Cinta kita ibarat melodi yang indah, abadi sepanjang masa."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mhn krisannya.

12 Nov
Balas

Alhamdulillah, terimakasih sudah bertandang ke akun saya, Ibu.

12 Nov
Balas

Luar biasa ceritanya, Bu Ilma. Salam sukses selalu!

12 Nov
Balas



search

New Post