Perjalanan hidup siapa yang bisa memastikan. Pernikahan yang aku jalani ini dimulai dari rasa cinta yang begitu besar diantara kami. Seakan kami akan ditakdirkan untuk hidup bersama selamanya. Tak terpisahkan walaupun badai dasyat menerjang.

Tapi apa yang tejadi setelah lima tahun usia pernikahan kami? Saat aku sedang berbadan dua , suami yang sangat aku cintai berpaling kepada wanita lain.

Dia yang dulunya sangat bersungguh-sungguh berusaha untuk membahagiakan aku dan anak sulung kami, kini tak berbekas rasa cinta kasihnya. Ibarat air di daun talas. Aku tak tahu bagai mana dimulainya prahara ini. Tak ada tanda-tanda, hubungan kami baik-baik saja.

Tetiba, semua komitmen yang kami ikrarkan di awal pernikahan menjadi rapuh dan hancur berserakan. Mungkin pihak lain yang begitu berusaha untuk melenyapkan ikatan kasih sayang diantara kami. Atau memang sudah takdir kehidupan yang harus aku jalani seperti ini.

Dengan susah payah aku coba menyatukan kembali mozaik-mozaik kasih kami yang tercerai berai. Air mata dan kerja kerasku tak membuahkan hasil. Seolah dia memang tidak menyisakan sedikitpun rasa cintanya untuk aku dan anaknya.

Ruang hatinya sepenuhnya diisi oleh orang lain. Sekuat apapun aku berusaha tak sedikitpun dia membuka celah hatinya untuk kami. Kini aku harus berjuang untuk kedua buah hatiku.

Akhirnya kusadari, ada beberapa hal yang tak dapat kita ubah hanya karena kita ingin mengubahnya. Mungkin melepaskan adalah yang terbaik.

Hidup itu bukan tentang menunggu berlalunya badai, tetapi tentang cara belajar menari dalam hujan. Kehidupanku harus terus berlanjut. Kesedihan hanya membuat jiwa dan tubuhnya melemah. Masih ada sinar matahari di balik kegelapan!