Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengetuk Arsy-Mu (27) Thawaf Wada', Thawaf Perpisahan

#TantanganGurusiana Hari-ke 134

Satu bulan lebih kami telah berada di kota suci Mekah Al Mukarramah. Dimulai dari dua puluh hari sebelum berangkat ke Arafah, Muzdalifah dan Mina untuk melaksanakan ibadah puncak haji (haji Akbar), ditambah 7 hari setelahnya. Kini tiba saatnya kami harus meninggalkan kota suci ini. Kota yang selalu dirindukan oleh seluruh umat islam. Tempat ini begitu damai, ibadah rutin yang kami lakukan setiap hari, telah mengisi rohani kami yang membawa pada ketenangan jiwa.

Terlebih bagi saya dan suami, kota ini menjadi tumpuan harapan kami untuk mendekatkan diri pada Allah. Mengetuk langit tempat Arsy Allah berada dari tempat Mustajab yang telah Allah tunjukkan. Di sana kami bersimpuh, memuja dan memuji-Nya. Mengharap dan meminta pertolongan-Nya. Di sepertiga malam tak kami biarkan mata kami terlelap. Kami berada di rumah-Nya bersujud dan berdoa, dalam rintihan tangis kami memohon kesembuhan suami. Betapa indah hari-hari itu, jiwa terasa penuh, betapa nikmatnya ibadah. Roh kami terasa kenyang oleh makanan rohani pemberian-Nya.

Dulu sebelum berangkat ke tanah suci, saya sangat khawatir akan terjadi sesuatu dengan kesehatan suami. Alhamdulillah selama lebih sebulan beribadah, kesehatan suami berada dalam keadaan baik bahkan selalu bersemangat sehingga saya dan suami dapat menjalankan semua rukun, wajib dan sunnah haji dengan baik. Semoga Allah terima semua ibadah kami.

Kini semua kenikmatan itu akan kami tinggalkan. Pagi ini selesai salat Subuh di Masjidil Haram kami harus melaksanakan thawaf Wada’ (thawaf perpisahan) karena nanti siang sudah harus bersiap-siap untuk berangkat menuju Madinah Al Munawarah.

Thawaf Wada' adalah thawaf perpisahan dengan Baitullah karena jamaah telah menyelesaikan semua rukun haji sekaligus sebagai penghormatan terakhir kepada Baitullah. Tawaf ini diperuntukkan bagi orang-orang yang telah berhaji dan semua orang yang hendak meninggalkan kota Mekkah.

Pelaksanaan tawaf wada’ dilakukan seperti tawaf biasa. Perbedaannya, jamaah tidak perlu mengenakan pakaian ihram, dan setelah tawaf tidak dilanjutkan dengan sa'i dan tahalul (memotong rambut). Bagi jamaah yang telah melaksanakan tawaf, tidak diperbolehkan lagi untuk tinggal di Mekah untuk waktu yang lama kecuali berdiam sebentar untuk menunggu rombongan.

Tawaf wada’ wajib hukumnya untuk setiap orang yang ingin meninggalkan Baitullah. Namun bagi jamaah yang sedang haid, diberi keringanan. Sebagaimana hadist Rasulullah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di Baitullah (dengan thawaf wada') kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita haid." (HR. Bukhari no. 1755 dan Muslim no. 1328).

Selesai Thawaf Wada’ kami berdoa di Multazam dengan panduan buku saku kumpulan doa-doa yang selalu kami bawa. Setelah selesai berdoa, kami merasa sangat berat meninggalkan pelataran Ka’bah ini. Sehingga kami teruskan berdoa dan memohon kepada-Nya .

“Ya Allah puji syukur atas segala nikmat yang telah Engkau berikan, sehingga kami telah menyelesaikan ibadah haji dengan baik dalam keadaan sehat wal afiat. Semoga Engkau terima haji kami dan engkau ampuni segala dosa-dosa kami.”

“Ya Allah, hari ini kami akan meninggalkan rumah-Mu menuju Masjid Nabawi di kota Madinah Al Munawarah. Berilah kami keselamatan dalam perjalanan kami. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa Mengembalikan. Panggilah kami kembali ke sini dengan anak-anak kami. Berilah kami rezeki dan kemudahan untuk berjalan ke rumah-Mu dalam keadaan bertaubat dan memuji-Mu”.

“Ya Allah, Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Janganlah Engkau jadikan waktu ini masa terakhir bagiku berada di rumah-Mu. Sekiranya Engkau jadikan bagiku masa terakhir, maka gantilah dengan surga untukku dengan rahmat-Mu, Wahai Zat Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Aamiin YRA.”

Deraian air mata tak mampu kami cegah untuk keluar dari pelupuk mata. Terasa berat sekali berpisah dengan kenikmatan ibadah di tanah Haram ini, terlebih-lebih di dalam Masjidil Haram. Bila tidak teringat jadwal yang telah disampaikan untuk keberangkatan ke Madinah, tentu kami tidak akan melangkahkan kaki meninggalkan Masjidil Haram. Saat melangkah keluar kami masih menatap Ka’bah. Bahkan saya berjalan mundur sampai naik ke undakan tangga yang tak memungkinkan lagi berjalan mundur. Saya tetap menoleh ke belakang, jiwa terasa kosong membayangkan hilangnya kenikmatan beribadah di tempat suci ini. Ya Allah jiwaku telah tertawan di sini. Tapi lenganku segera ditarik suami dan mengajak mempercepat langkah agar tidak ketinggalan bersiap-siap untuk perjalanan berikutnya. Dalam perjalanan ke Mahtab kami singgah ke toko buku untuk membeli oleh-oleh Al Quran untuk masjid di perumahan kami.

Sampai di mahtab kami segera bersiap-siap. Selesai makan siang, kami menjamak salat Zuhur dan Asyar di Mahtab. Kemudian kami segera berkumpul di lobi Mahtab menunggu bis yang akan membawa kami ke tempat kekasih yang sangat kami rindukan di kota Madinah Al Munawarah.

Bis datang tepat saat terdengar azan Asar, kami segera naik. Saat akan berangkat aku masih tidak percaya akan meninggalkan Mekah. Entah apakah akan bisa kembali ke kota ini atau tidak. Jika bisa kembali entah kapan. Pikiranku menerawang. Perenunganku terhenti ketika muthawif kami menjelaskan tentang rute perjalanan kami ke Madinah.

“Rasulullah betapa kami rindu pada-Mu dan ingin segera bersimpuh di taman surga, Ar raudah, untuk shalat, berdoa dan bersalawat untukmu” batin saya. Ucapan dan harapan ini sedikit meringankan langkah saya menuju Madinah.

“Selamat tinggal Mekah Al Mukaramah aku akan menemui kekasih hati yang sangat ku rindukan di Madinah Al Munawarah. Semoga suatu masa kita bisa bertemu kembali. Ya Allah berkati dan rahmatilah perjalanan kami dengan keselamatan dan kelancaran. Aamiin Ya Rabbal Alamin”.

Bismillahi Tawaqaltu Allahlahi. Laa haula walakuata Illahbillah...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah ikut bahagia..

28 Aug
Balas

Kenangan yang berkesan.Izin follow ya ...

27 Aug
Balas

Iya Bunda, Perjalanan Rohani yang selalu dirindukan. Trims bun, akan saya follow balik.

27 Aug

Baaraakallah...

27 Aug
Balas

Semoga bermanfaat.

27 Aug
Balas

Perjalanan dan pengalaman yang indah,Bu. Semoga membawa berkah bagi ibu terlebih bagi kesehatan Bapak. Salam sukses.

28 Aug
Balas

Aamiin.ya robal.alaamiin..tulisan yg mengingatkanku akan perjalanan paling mulia didunia...salam.literasi..

27 Aug
Balas

Iya Bun, perjalanan yang tak akan dilupakan. ini meski telah sepuluh tahun berlalu tapi semua kejadiannya masih jelas di pikiran dan seolah-olah bekelebat utuh di depan mata. Trims atas kunjungannya.

27 Aug



search

New Post