Nilai-Nilai yang Dipegang Teguh saat Merantau
Aku ingat suatu hari dimasa kecilku dulu, aku sangat tertarik dengan orang rantau yang sedang pulang kampung. Aku melihat orang itu sangat hebat. Mereka membawa banyak oleh-oleh yang menyenangkan sanak keluarganya di kampung.
“Mande, Rita sangat senang karena tantenya pulang dari Jakarta dan memberinya banyak oleh-oleh. Kenapa aku tidak punya tante yang merantau?” keluhku pada Ibuku saat itu.
Aku saat itu merasa sangat tidak beruntung karena tidak punya keluarga yang merantau.
“Iya, kita tidak punya keluarga yang merantau. Nanti saat besar kamu saja yang pergi merantau jauh-jauh,” jawan Ibuku sekenanya.
Tapi bagi Allah ternyata itu adalah doa seorang Ibu yang diijabah-Nya. Sehingga kini aku merantau cukup jauh dari Ranah Minang. Aku melintasi dua pulau besar dan dua lautan menuju tanah rantauku di Pulau Dewata.
Sungguh aku tidak pernah menyangka, Allah akan menjadikan ucapan ibuku menjadi nyata. Fenomena merantau yang sudah dianggap menjadi tradisi bagi masyarakat minang juga menghampiriku.
Kecenderungan orang Minangkabau merantau dari usia sangat muda, menjadikan kehidupan tinggal desa mereka menjadi tidak terlalu penting bagi mereka. Meski begitu, mereka diajarkan untuk tetap mencintai tanah kelahiran mereka.
Nilai-nilai fundamental merantau telah ditanamkan pada anggota suku sejak usia sangat muda melalui praktik sehari-hari. Pepatah dimana bumi dipijak di sana langit dijunjung membantu mereka hidup damai dan efektif di tempat tujuan rantau mereka.
Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan antara lain:
1. Kegigihan dalam menegakkan prinsip dan etika yang diajarkan Islam dan adat Minangkabau;
2. Kerendahan hati, kesopanan, penolakan terhadap sikap negatif seperti arogansi,
3. Adaptasi terhadap norma-norma lokal, dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan berbaur dengan komunitas tempat mereka bermigrasi;
4. Kewaspadaan yang selalu ada dalam menghindari bahaya dan kerusakan yang tidak disengaja dan untuk melindungi diri mereka sendiri dari dampak buruk isolasi sosial;
5. Kemampuan untuk menghindari konflik dan hidup berdampingan secara damai dengan komunitas lain.
Dengan semua nilai-nilai tersebut masyarakat Minang di perantauan dapat tetap eksis bertahan dalam segala tantangan selama di perantauan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar