Pengorbanan Ibu
Ketika seorang ibu melarang kita untuk ini dan untuk itu, memarahi kita, itu bukan berarti ibu tidak menyayangi kita. Ibu terlalu khawatir dan takut dengan apa yang nanti akan terjadi pada kita. Semua itu merupakan bentuk perlindungan yang diberikan ibu kepada kita.
ibu ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Dulu di masa remaja aku tidak menyadari hal itu. Bagiku larangan Ibu merupa bentuk pengekangan ibu terhadap kebebasan pergaulanku. Sampai suatu hari pemberontakanku berakibat fatal yang hampir merenggut jiwaku.
Saat itu aku mengikuti perkemahan yang diadakan oleh komunitas pencinta alam yang aku ikuti. Memang saat itu musim hujan, di mana-mana terjadi banjir. Tapi karena sudah agenda dari komunitas kami tetap melaksanakan perkemahan tersebut.
Ibu melarangku untuk pergi berkemah.
“Nduk, hujan masih sering deras. Kamu jangan ikur berkemah apalagi tempatmu berkemah di dekat aliran sungai,” kata ibu kala itu.
“Ibu tahu apa sih tentang bertahan hidup di alam bebas? Kami sudah dilatih untuk itu, Bu. Ibu tenang saja, semua pasti bisa kami hadapai,” kataku menjawab kekhawatirannya.
Akhirnya aku tetap pergi. Ibu bersikap seperti itu karena beliau memang takut terjadi sesuatu padaku. Apalagi ibu akan tinggal sendirian, sejak ayahku telah berpulang dua tahun yang lalu.
Meski dengan wajah yang masih dipenuhi kekhawatiran, ibu tetap membantu aku bersiap. Aku berusaha membuat dia agar tidak mengkhawatirkanku.
Di bumi perkemahan, kami melaksanakan semua rencana kegiatan yang telah kami rancang sejak lama. Hari pertama setelah mendirikan tenda dan mengikuti acara pembukaan perkemahan, kami langsung melaksanakan kegiatan penghijauan di lereng bukit dekat bumi perkemahan kami. Selama kegiatan memang kadang-kadan gerimis datang. Kami berteduh sejenak. Setelah gerimis reda kegiatan kami lanjutkan kembali. Kegiatan baru berakhir saat matahari sudah condong ke barat.
Malam harinya, setelah makan makam ada kegiatan diskusi tentang pentingnya membuat terasering di sepanjang tebing yang terjal dan reboisasi. Selesai diskusi kami mulai masuk peraduan di tenda masing-masing.
Baru saja terlelap rasanya, tiba-tiba terdengan suara dentuman sangat keras ditengah derasnya suara hujan. Dentuman seperti ada benda besar yang jatuh. Kami semua terbangun dalam keadaan kaget. Kami segera menghidupkan senter untuk melihat apa yang terjadi.
Baru saja saya membuka tenda terasa goncangan yang sangat keras, dan tenda kami kejatuhan sesuatu. Sesuatu yang menghantam dengan sangat cepat kearah kami. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi karena aku sudah tidak sadarkan diri.
Saat sadar aku sudah berada di rumah sakit dengan kaki dan tangan di gips. Dan rasa sakit serta pegal di seluruh tubuhku. Ku lihat di samping tempat tidurku, ibu tertidur sambil duduk dengan kepala tertunduk di sisi ranjangku. Karena gerakanku membuat ibu terbangun.
“Alhamdulillah, syukurlah Nduk kamu sudah siuman,”kata ibu sambil berdiri kemudian melangkah ke sebelahku dan mengusap keningku.
“Alhamdulillah,” kataku lirih. “Ibu apa yang sudah terjadi denganku?” tanyaku.
“Kamu pingsan sudah dua hari, Nduk,” kata ibu. “Kamu tertimbun longsor yang menimpa tendamu,” lanjut ibu.
Belakanganku ketahui, bahwa malam itu terjadi longsor yang hebat di arena perkemahan kami yang memang berasa di sisi bukit. Besok harinya saat tim penanggulan bencana mencari para korban, aku tidak di temukan. Beberapa temanku ada yang menjadi korban longsor yang menimbun kami. Aku sangat sedih. Akupun hampir menjadi korban bila tak segera ditemukan.
Saat setelah enam jam sejak kejadian, beberapa korban sudah ditemukan meninggal tertimbun tumpukan tanah yang cukup tinggi. Ada juga korban yang selamat. Namun aku belum ditemukan. Ibuku yang mendengar kejadian itu dari berita di Televisi langsung menuju lokasi tempatku berkemah dengan diantar Pak lurah.
Karena sampai sore, aku belum juga diketemukan, ibu meminta izin untuk ikut ke lokasi tenda untuk membantu mencariku. Dengan bantuan negosiasi oleh Pak lurah akhirnya Ibu diperbolehkan untuk ikut ke lokasi persis kemah kami berada. Air matanya tak henti berjatuhan sementara doa-doanya senantiasa dilantunkannya di bibirnya yang bergetar karena khawatir.
Ibu ikut mengelilingi gundukan tanah itu, ketika melihat sebuah pipa mencuat keatas di antara gundukan tinggi tanah tersebut. Ibu berteriak ke pada petugas.
“Pak, anak saya di situ, anak saya disitu. Tolong di gali!” tunjuk ibu dengan bibir gemetar.
Akhirnya petugas mencoba mengali tempat yang ditunjukan Ibu. Setelah tanah-tanah disekitar pipa itu disingkirkan, petugas menemukanku tergolek di balik tangga besi yang kami gunakan kemaren dalam kegiatan bakti social. Kemudian mereka memberi pertolongan pertama padaku sebelum di bawa ke rumah sakit.
Aku pingsan selama dua hari, mungkin karena hantaman yang kuat dan hampir kekurang oksigen. Disekujur tubuhku juga terdapat luka-luka. Sehingga aku kekurangan darah. Darah ibulah yang didonorkan untukku. Karena darahku dengan ibu memeiliki golongan darah yang sama. Ibulah yang telah menyelamatkanku. Bila ibu tidak segera menemukankan keberadaanku disaat yang tepat, mungkin sesaat lagi aku sudah tidak bisa ditolong karena kekurangan oksigen.
Kontak batin antara ibu dan anak yang membuat ibu menemukan keberadaanku. Kini aku sudah diselamatkan ibu dengan darahnya yang mengalir ditubuh lemahku. Ibu betapa aku sangat bersalah padamu, meremehkan firasatmu. Bahkan aku dengan sombongnya mengatakan bisa mengatasi semuanya. Betapa besar dosaku pada ibu, namun kasih sayang ibu yang akhirnya menyelamatkanku. Ibu maafkan aku. Kasih sayangmu tiada tara, nyawapun kau korbankan untukku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Doa ibu itu mustajab jgn berani melawan ibu
Kasih ibu sepanjang jalan...tanpa pamrih....Salam literasi, sukses selalu say.