Laksana pelangi, untuk menghasilkan keindahan yang menakjubkan itu, harus menempuh hujan badai sampai akhirnya disambut matahari kebahagiaan. Begitu juga perjalanan panjang kehidupan, yang telah bunda lewati dalam membesarkan dan mendidik kami. Mungkin dalam perjalanan itu, ditimpa hujan kesedihan dan badai kehidupan. Tapi bunda tetap berjalan dengan tabah dan ikhlas demi masa depan anak-anak yang dikasihinya.

Semua pengorbanan dan kasih sayang, bunda berikan pada kami, anak-anakmu tanpa batas. Dari kami kecil hingga kini sudah berkeluarga, tiada henti. Meski kini, kami telah mandiri. Kasih sayang dan perhatianmu tak berubah sedikitpun, apapun keadaan kami.

Bunda, dari janin yang belum bisa apa-apa, engkau telah memberikan kami segalanya. Bila saat mengandung kami, engkau kekurangan asupan kalsium karena kala itu belum ada suplemennya seperti sekarang, tulang-tulangmulah yang dikikis oleh darah dan mengambil kalsiumnya untuk membentuk tulang-tulang kami. Tubuhmu rela digerogoti asal kami tumbuh sehat. Meski suatu saat, osteoporosis mencegat langkahmu.

Itulah sebabnya, Tuhan tidak akan ridho kepada kami, bila kami membuatmu sedih. Tak akan tergantikan semua jerih payah dan kasih sayangmu, meski seluruh lagit dan bumi beserta isinya kami berikan padamu.

Terbayang masa indah di waktu kecil bersama bunda. Segala yang dipinta, bunda akan berusaha memberikannya. Bahkan, makanan yang sudah hampir masuk ke mulut bunda. Tidak jadi dimakan, untuk anaknya, kegembiraan anak-anaknya yang utama. Kasih sayang yang tiada tara.

Di hari lebaran, kami semua berpakaian baru. Bunda tetap menggunakan baju lama. Sekarang setelah menjadi ibu, aku baru memahaminya. Bagaimana seorang ibu menahan semua kesukaannya demi anak-anaknya.

Terimakasih Bunda ❤️