Perpisahan di Gunung Uludag Bursa (13)

Udara dingin Gunung Uludag terasa mengigit kulit, dingin dan menusuk. Salju yang menutupi puncak gunung menjadi saksi bisu janji cinta yang terucap antara Arya, pemuda Indonesia, dan Zeynep, gadis cantik asal Turki. Mereka berdiri di tepi jurang, memandang ke lembah yang luas ditutupi salju.

"Aku tidak ingin kita berpisah, Arya," ucap Zeynep, suaranya bergetar menahan tangis.

Arya menggenggam tangan Zeynep erat. "Aku juga tidak ingin, Zeynep. Tapi, kita harus menghadapi kenyataan."

Kenangan indah berputar di kepala mereka. Pertemuan pertama di sebuah kafe kecil di Bursa, saat pandangan mereka bertemu dan waktu seolah berhenti.

Perjalanan mereka menyusuri jalan-jalan bersejarah di Bursa, menikmati keindahan Masjid Agung Ulu, dan bermain salju di puncak Uludag. Semuanya terasa begitu nyata, namun kini harus berakhir.

"Aku akan selalu mengingatmu, Arya," lanjut Zeynep, matanya berkaca-kaca.

"Aku juga, Zeynep. Kau akan selalu ada di hatiku," balas Arya, suaranya serak.

Mereka terdiam sejenak, menikmati kehangatan terakhir sebelum harus berpisah. Perbedaan budaya dan jarak yang jauh menjadi penghalang bagi cinta mereka. Arya harus kembali ke Indonesia untuk melanjutkan studinya, sedangkan Zeynep harus tinggal di Turki untuk mengurus keluarganya.

"Mungkin suatu saat nanti kita bisa bersama lagi," ucap Arya, berusaha memberikan harapan.

Zeynep mengangguk lemah. "Aku berharap begitu."

Mereka berpelukan erat, seolah ingin mengabadikan momen ini selamanya. Saat berpisah, Zeynep menghadiahkan Arya kalung yang terbuat dari batu sultanik Turki.

“Batu sultanik ini symbol kesetiaan. Aku ingin kamu selalu memakainya. Setiap melihat kalung ini, aku berharap engkau selalu mengingatku,” pesan Zeynep dengan berurai air mata.

Arya menerima kalung itu dengan hati yang berat. "Aku akan selalu memakainya," janjinya.

Beberapa tahun kemudian, Arya menjadi seorang arsitek terkenal. Ia sering mengunjungi Turki untuk proyek-proyeknya.

Suatu hari, saat ia sedang berjalan-jalan di Istanbul, ia melihat seorang gadis yang sangat mirip dengan Zeynep sedang bermain piano di sebuah kafe. Hatinya berdebar kencang.

Dia mendekati gadis itu dan memanggil namanya. Gadis itu menoleh, dan untuk sesaat waktu seakan berhenti. Ya, itu Zeynep!

“Zeynep?” Tanya Arya tidak percaya.

Zeynep juga terkejut. "Arya? Bukankah kamu Arya?"

Mereka saling berpelukan dengan erat. Setelah sekian lama berpisah, mereka akhirnya bertemu kembali. Ternyata, Zeynep telah menjadi seorang guru musik.

Mereka menghabiskan waktu bersama, mengobrol tentang apa yang telah terjadi selama mereka berpisah. Ternyata, selama ini mereka masih saling memikirkan satu sama lain.

"Aku selalu berharap kita bisa bersatu kembali," ucap Zeynep.

Arya mengangguk. "Aku juga. Aku tidak pernah melupakanmu."

Mereka memutuskan untuk memulai lembaran baru dalam hidup mereka. Mereka menikah dan hidup bahagia bersama.

Zeynep dan Arya sangat bersyukur, cinta sejati mereka akhirnya menemukan jalannya, meskipun harus melewati banyak rintangan. Jarak dan waktu tidak akan mampu memadamkan api cinta yang sesungguhnya.