Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Surat Cinta Usang dari Istanbul (9) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Kopi Turki (doc.ilmaw24)

Surat Cinta Usang dari Istanbul (9) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Surat Cinta Usang dari Istanbul (9)

Hujan gerimis membasahi kaca jendela kafe tua di sudut Kota Tua Istanbul. Di dalam, seorang penulis muda bernama Nazli sedang tenggelam dalam pikirannya. Ia datang ke Istanbul untuk mencari inspirasi baru bagi novel terbarunya, sebuah novel sejarah yang berlatar belakang masa lalu kota ini.

Setiap sudut kota ini bagaikan halaman buku sejarah yang terbuka. Masjid Biru dengan kubahnya yang megah, Istana Topkapi dengan kemegahannya, dan Grand Bazaar yang semarak dengan warna-warni rempah dan kain sutra. SemuNazli membangkitkan imajinasinya.

Suatu sore, saat sedang menjelajahi toko buku bekas di kawasan Sultanahmet, Nazli menemukan sebuah buku tua yang menarik perhatiannya. Buku itu terlihat usang, sampulnya terbuat dari kulit dan halamannya berwarna kekuningan. Dengan hati-hati, Nazli membuka buku itu dan menemukan sebuah surat yang diselipkan di antara halaman-halamannya.

Surat itu ditulis dengan tinta hitam di atas kertas perkamen. Tulisan tangannya indah dan anggun, seolah-olah ditulis oleh seorang kaligrafer ulung. Nazli mulai membaca surat itu dengan penuh perhatian.

"Wahai kekasihku, hatiku bagai lautan yang tak berujung, selalu mencari pelabuhanmu. Cinta kita bagai bunga tulip yang mekar di musim semi, indah namun singkat. Meskipun takdir memisahkan kita, cintaku padamu akan abadi..."

Nazli terkesima. Surat itu begitu penuh perasaan, menggambarkan kisah cinta yang begitu mendalam dan menyentuh. Ia penasaran siapa pengirim dan penerima surat itu.

Dengan bantuan seorang sejarawan lokal, Nazli mulai menelusuri asal-usul surat tersebut. Ia menghabiskan berhari-hari di perpustakaan, membaca buku-buku sejarah dan dokumen-dokumen kuno.

Nazli duduk di sebuah meja tua di perpustakaan, dikelilingi tumpukan buku-buku tebal. Di depannya, seorang pria paruh baya dengan kacamata tebal sedang memeriksa surat kuno yang Nazli temukan. Pria itu bernama Ahmet, seorang sejarawan yang sangat dihormati di Istanbul.

"Surat ini sangat menarik, Nazli," kata Ahmet, sambil mengelus lembut kertas perkamen. "Tulisan tangannya sangat indah, khas gaya kaligrafi Ottoman abad ke-16."

"Benarkah, Pak?" tanya Nazli dengan berbinar. "Saya sangat penasaran dengan siapa pengirim dan penerima surat ini."

Ahmet mengangguk. "Untuk mengetahui identitas mereka, kita perlu meneliti lebih lanjut. Lihatlah, di sudut surat ini ada stempel lilin dengan lambang kerajaan. Ini petunjuk yang sangat berharga."

"Jadi, mungkin pengirim surat ini adalah seorang bangsawan?" tebak Nazli.

"Sangat mungkin," jawab Ahmet "Tapi, untuk memastikannya, kita perlu memeriksa arsip kerajaan. Mungkin ada catatan tentang keluarga kerajaan yang memiliki lambang seperti ini."

Beberapa hari kemudian, Nazli dan Ahmet kembali ke perpustakaan. Ahmet tampak sangat bersemangat.

"Nazli, aku menemukan sesuatu yang menarik," kata Ahmet "Setelah meneliti arsip kerajaan, aku menemukan bahwa lambang pada stempel lilin itu adalah milik keluarga Sultan Suleiman yang Agung. Dan, ada seorang putri dari keluarga itu yang dikenal sangat cerdas dan berbakat dalam bidang sastra."

"Jadi, pengirim surat ini mungkin adalah seorang putri?" tanya Nazli dengan berbinar.

"Kemungkinan besar," jawab Ahmet "Sekarang, kita tinggal mencari tahu siapa penerima surat itu. Kita bisa mencoba mencocokkan gaya penulisan dengan karya-karya penyair terkenal pada masa itu."

Nazli dan Ahmet menghabiskan berhari-hari di perpustakaan, membandingkan tulisan tangan pada surat dengan tulisan tangan para penyair terkenal. Akhirnya, mereka menemukan kecocokan yang sangat mencolok.

"Ini dia!" seru Nazli, menunjuk sebuah halaman buku. "Tulisan tangannya sangat mirip dengan tulisan pada surat itu."

"Ya, kau benar," kata Ahmet "Penerima surat ini adalah seorang penyair terkenal yang bernama Yusuf Ziya. Dia dikenal sebagai salah satu penyair paling romantis pada masanya."

Nazli merasa sangat senang. Ia berhasil mengungkap misteri di balik surat kuno itu. Kisah cinta tragis antara seorang putri kerajaan dan seorang penyair terkenal kini terungkap di hadapannya.

"Terima kasih banyak, Pak Ahmet," ucap Nazli dengan tulus. "Anda telah banyak membantu saya."

Ahmet tersenyum. "Sama-sama, Nazli. Ini adalah sebuah penemuan yang sangat menarik. Saya senang bisa menjadi bagian dari cerita ini."

Akhirnya, ia menemukan petunjuk tentang identitas pengirim surat itu. Ternyata, pengirim surat itu adalah seorang putri dari kerajaan Ottoman, sedangkan penerimanya adalah seorang penyair terkenal pada masanya. Kisah cinta mereka begitu tragis. Mereka saling mencintai, namun cinta mereka tidak direstui oleh keluarga kerajaan. Akhirnya, mereka harus berpisah dan tidak pernah bertemu lagi.

Nazli sangat terinspirasi oleh kisah cinta yang tragis ini. Ia memutuskan untuk menjadikan kisah cinta itu sebagai inspirasi untuk novel barunya. Ia membayangkan bagaimana rasanya hidup di masa lalu, di mana cinta harus diperjuangkan dengan segala risiko.

Setiap hari, Nazli menghabiskan waktu di kafe tua itu ditemani secangkir kopi Turki. Ia menulis cerita tentang sepasang kekasih yang terpisahkan oleh takdir. Menulis tentang keindahan Istanbul di masa lalu, tentang cinta yang abadi, dan tentang harapan yang tak pernah mati.

Ketika novelnya selesai, Nazli merasa sangat puas. Ia telah berhasil menghidupkan kembali kisah cinta yang telah lama terlupakan. Ia berharap novelnya dapat menginspirasi orang lain untuk menghargai cinta dan keindahan hidup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon krisannya.

11 Nov
Balas



search

New Post