Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Teh Rempah Cinta di Kampus Ankara (11) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Teh Rempah Turki (doc. IlmaW)

Teh Rempah Cinta di Kampus Ankara (11) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Teh Rempah Cinta di Kampus Ankara (11)

Uap teh melengkung lembut, membawa aroma kayu manis dan kardamom yang menenangkan. Di dalam kedai teh tradisional di jantung Ankara, seorang mahasiswi Indonesia bernama Ratna tengah larut dalam buku tebalnya. Cahaya temaram lampu minyak menambah suasana hangat dan intim.

Ankara, kota yang jauh dari kampung halamannya, awalnya terasa asing. Namun, kedai teh ini menjadi oasis ketenangan di tengah hiruk pikuk kota. Setiap sore, Ratna selalu menyempatkan diri untuk duduk di sudut favoritnya, menikmati secangkir teh Turki yang harum sembari membaca buku.

Suatu sore, seorang pemuda Turki dengan mata berwarna madu dan senyum ramah menghampirinya. "Permisi, bolehkah saya bergabung?" tanyanya dalam bahasa Inggris yang fasih.

Ratna tersenyum. "Tentu saja."

Pemuda itu memperkenalkan diri sebagai Cem. Ia mahasiswa arsitektur di universitas yang sama dengan Ratna . Mereka pun terlibat dalam percakapan yang menarik, mulai dari budaya Indonesia hingga sejarah arsitektur Turki. Ratna merasa nyaman dengan Cem. Ada kehangatan dalam tatapan mata Cem yang membuatnya merasa seperti sudah mengenal pria itu sejak lama.

Hari demi hari, pertemuan mereka di kedai teh menjadi rutinitas. Mereka berbagi cerita, mimpi, dan cita-cita. Cem menceritakan tentang keindahan Cappadocia dan keunikan arsitektur Masjid Biru. Ratna membalas dengan cerita tentang keindahan alam Indonesia dan keramahan masyarakatnya.

Perasaan mereka semakin dekat. Ratna mulai menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Cem. Begitu pula dengan Cem yang semakin hari semakin mencintai Ratna . Namun, keduanya sama-sama ragu untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Suatu malam, saat hujan turun deras, Cem mengajak Ratna berjalan-jalan di sekitar universitas. Mereka berteduh di bawah sebuah pohon tua. Dalam suasana yang romantis, Cem akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.

"Ratna, aku sangat mencintaimu. Kau membuat hidupku lebih berwarna," ucap Cem tulus.

Ratna terdiam sejenak, hatinya berdebar kencang. "Aku juga mencintaimu, Cem," jawabnya lembut.

Mereka saling berpelukan erat, merasakan kehangatan cinta yang tumbuh di antara mereka.

Beberapa bulan kemudian, Cem harus kembali ke kampung halamannya di sebuah desa kecil di Anatolia untuk mengurus bisnis keluarganya. Perpisahan itu sangat menyakitkan bagi keduanya. Jarak dan perbedaan budaya membuat hubungan mereka diuji.

Ratna merasa sangat kesepian tanpa Cem. Ia seringkali mengunjungi kedai teh kesukaan mereka dan membayangkan Cem duduk di sebelahnya. Ia menulis surat-surat panjang kepada Cem, namun tak pernah mendapat balasan.

Ratna duduk di sudut kedai teh yang familiar, matanya menerawang ke luar jendela. Cahaya sore menyinari meja kayu tempat mereka biasa duduk berdua. Secangkir teh pahit menghiasi meja, tak tersentuh.

"Kembali lagi ke tempat ini, sendiri. Rasanya seperti menusuk-nusuk jantung. Dulu, setiap sore terasa begitu indah. Kita akan bercerita, tertawa, merencanakan masa depan. Sekarang, hanya ada hening yang menyelimuti. Cem, di mana kau sekarang? Apakah kau juga merasakan kesepian sepertiku?" gumamnya.

Ratna mengambil buku catatannya dan pena. Ia mulai menulis surat untuk Cem, surat ke sekian kalinya.

"Aku merindukan senyummu, Cem. Merindukan caramu memandangku. Setiap sudut kedai ini menyimpan kenangan kita. Setiap tegukan teh ini terasa pahit tanpa kehadiranmu. Aku tahu, mungkin suratku tak akan pernah sampai padamu. Tapi, aku harus menuliskannya. Agar perasaanku tidak terus terpendam."

Ratna berhenti menulis, mata Ratna berkaca-kaca. Ia membayangkan Cem duduk di hadapannya, tersenyum hangat.

"Aku masih ingat pertama kali kita bertemu di kedai ini. Kau terlihat begitu tampan dengan kemeja kotak-kotakmu. Saat itu, aku tidak menyangka kita akan secepat ini menjadi dekat. Kita begitu nyambung, seolah-olah sudah saling mengenal sejak lama." Ratna menghela napas panjang.

"Aku tahu, kita harus menerima kenyataan. Tapi, hatiku masih sulit untuk melupakanmu, Cem. Aku akan selalu mencintaimu."

Ratna menutup buku catatannya dan meletakkannya di atas meja. Ia menatap secangkir tehnya yang sudah dingin.

"Aku harus kuat. Aku harus bisa melanjutkan hidup. Untukmu, untuk kita."

Ratna bangkit dari duduknya dan meninggalkan kedai teh. Langkahnya terasa berat, namun ia berusaha untuk tetap tegar.

Hingga suatu hari, Ratna menerima sebuah paket dari Anatolia. Di dalamnya terdapat sebuah buku catatan tua dan sepucuk surat. Dalam surat itu, Cem menjelaskan bahwa ia telah memutuskan untuk meneruskan bisnis keluargnya dan tidak bisa kembali ke Ankara. Ia meminta maaf karena telah menyakiti hati Ratna .

Ratna merasa hancur. Ia merasa telah kehilangan segalanya. Namun, ia tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk melupakan Cem dan melanjutkan hidupnya.

Beberapa tahun kemudian, Ratna sudah menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia. Ia bekerja sebagai arsitek di sebuah perusahaan internasional ternama. Suatu hari, saat sedang mengerjakan proyek di sebuah desa kecil di Turki, Ratna bertemu dengan seorang arsitek muda yang sangat mirip dengan Cem.

Ternyata, arsitek muda itu adalah Efe adiknya Cem. Dari Efe, Ratna mengetahui bahwa Cem telah meninggal dunia setahun yang lalu karena kecelakaan. Cem meninggalkan sebuah wasiat, berisi buku catatan tua yang pernah Ratna berikan kepada Cem.

Ratna membuka buku catatan itu. Di halaman terakhir, terdapat sebuah puisi yang ditulis oleh Cem. Puisi itu berisi ungkapan cinta yang mendalam untuk Ratna .

“Jauh di Anatolia, hatiku merindu

Sebuah nama terukir, Ratna , kekasihku

Rempah-rempah tak lagi terasa wangi bagiku

Tanpa dirimu di sampingku.”

Ratna menangis tersedu-sedu. Ia baru menyadari bahwa cintanya kepada Cem begitu besar. Meskipun Cem telah tiada, cinta mereka akan tetap abadi dalam hatinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon krisannya.

12 Nov
Balas



search

New Post