Iman Budiman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SANGGAR SASTRA DAN TEATER, PEMBENTUK PESERTA DIDIK BERKARAKTER

SANGGAR SASTRA DAN TEATER,

PEMBENTUK PESERTA DIDIK BERKARAKTER

Oleh: Iman Budiman

Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu memahami dan memiliki kompetensi yang digunakan dalam kehidupan sesuai dengan fitrahnya. Manusia akan mampu mengubah alur kehidupan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Manusia harus mampu mengarungi kehidupan sesuai dengan aturan yang telah digariskan Sang Pencipta. Jika mampu, mereka akan berada di posisi yang seharusnya yaitu sebagai makhluk paling mulia di sisi Penciptanya.

Sejenak, mari kita lihat apa yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional negara kita. Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Tugas berat menanti kita sebagai guru. Kita tidak dituntut untuk mengajarkan materi semata, tetapi juga harus mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang pada akhirnya akan membawa pengaruh terhadap perkembangan pribadi peserta didik.

Sebagian besar guru masih menilai bahwa pembentukan pribadi peserta didik yang berakhlak mulia adalah tugas guru Pendidikan Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan saja. Justru, semua guru mata pelajaran memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam rangka membentuk pribadi peserta didik yang berakhlak mulia tersebut.

Nilai karakter, kita garis bawahi, tidak disampaikan oleh guru tertentu saja. Guru mata pelajaran lain pun dapat melakukannya, termasuk guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Meskipun porsi nilai karakter yang disampaikan tidak akan sama, tetapi dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan selama disampaikan secara benar dan penuh rasa tanggung jawab.

Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting. Pembahasan mengenai pendidikan karakter menjadi wacana yang ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan karakter memang tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai masalah mengenai persoalan karakter muncul seiring dengan perkembangan zaman. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, serta fenomena degradasi moral lainnya perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari orang tua, sekolah, maupun pemerintah.

Sekolah sebagai wahana pembelajaran, tidak diragukan lagi, memiliki peran besar dalam pengembangan karakter peserta didik. Di lembaga ini, otak, hati, dan badan anak ditumbuhkembangkan agar lebih cerdas, peka, dan sehat. Dengan kecerdasan otak, kepekaan hati, dan kesehatan fisik diharapkan dapat menjadi modal kemandirian di masa yang akan datang.

Penyelenggaraan pendidikan karakter merupakan tugas semua komponen sekolah seperti: kepala sekolah, guru, karyawan, bahkan orang tua. Tujuan pendidikan karakter tidak akan tercapai jika hanya diserahkan kepada guru saja. Oleh karena itu, semua stakeholder berkewajiban menanamkan nilai karakter kepada peserta didik.

Model pengintegrasian nilai karakter melalui mata pelajaran saja tidak akan cukup untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan yang diharapkan. Butuh usaha atau cara lain untuk membentuk karakter peserta didik. Salah satunya pengintegrasian nilai karakter melalui budaya sekolah, dalam hal ini kita garis bawahi, melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler terkadang sering terlupakan dan dianggap sebagai hal yang tidak penting dalam rangka membentuk karakter peserta didik.

Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan di satuan pendidikan yaitu sanggar seni sastra dan teater. Muncul sebuah pertanyaan: apakah sanggar seni sastra dan teater berperan dalam pembentukan peserta didik yang berkarakter? Bagaimana peran sanggar seni sastra dan teater dalam membentuk peserta didik yang berkarakter?

Sanggar seni sastra dan teater berperan dalam pembentukan peserta didik yang berkarakter di sekolah. Setidaknya, ada tiga kegiatan atau aktivitas yang dapat dikembangkan oleh sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler sanggar seni sastra dan teater, yaitu: aktivitas berorganisasi, aktivitas apresiasi dan ekspresi sastra, dan aktivitas berkompetisi.

1. Aktivitas Berorganisasi

Pada umumnya, sekolah mengarahkan kegiatan ekstrakurikuler sebagai sebuah organisasi. Demikian pula dengan sanggar seni sastra dan teater. Sebagai sebuah organisasi, tentu saja, sanggar seni sastra dan teater memiliki program kerja/rancangan kegiatan yang terstruktur, susunan kepengurusan, aturan keanggotaan, dan rancangan biaya yang dibutuhkan. Untuk mengatur hal-hal tersebut, dibutuhkan manajemen yang baik dari semua pengurus dan anggotanya. Berbicara organisasi berarti pula berbicara mengenai kepemimpinan dan manajemen.

Organisasi merupakan wadah/tempat sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Agar tujuan organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis, maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab. Beroganisasi dapat menjadi sarana pergaulan dan pengenalan sifat dan watak manusia. Bagi peserta didik, dapat menjadi wahana melatih diri dalam mengamalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Di samping itu, organisasi juga merupakan wahana pengembangan diri dan kepribadian.

Setidaknya ada beberapa nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler sanggar seni sastra dan teater sebagai sebuah organisasi, di antaranya: toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, bersahabat atau komunikatif, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa sanggar seni sastra dan teater sebagai sebuah organisasi tidak akan lepas dari kepemimpinan dan manajemen. Kepemimpinan dapat diartikan bahwa peserta didik yang terlibat dalam sanggar seni sastra dan teater harus memiliki sikap yang siap memimpin dan dipimpin. Sikap tersebut secara langsung atau tidak langsung akan menanamkan nilai karakter seperti: toleransi, demokratis, bersahabat atau komunikatif, dan peduli sosial dalam diri peserta didik yang mengikuti sanggar seni sastra dan teater.

Selain kepemimpinan, manajemen menjadi salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah sanggar seni sastra dan teater. Manajemen dapat diartikan sebagai sebuah keteraturan dalam mengadakan atau melaksanakan sebuah kegiatan. Agar sebuah kegiatan berjalan lancar dan sukses, dibutuhkan menajemen yang baik. Untuk itu, diperlukan sikap disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan tanggung jawab. Apabila sikap-sikap tersebut terus diasah maka lambat laun akan tertanam pada diri peserta didik yang mengikuti kegiatan sanggar seni sastra dan teater.

2. Aktivitas Apresiasi dan Ekspresi Sastra

Sanggar seni sastra dan teater tidak terlepas dari kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra. Kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra meliputi membaca/membedah karya sastra, menulis karya sastra, membacakan karya sastra seperti puisi atau cerpen, bermain peran/teater, dan kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra lainnya. Apresiasi dan ekspresi sastra tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas. Jadi, ada keterkaitan antara pembelajaran di kelas dengan kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra di sanggar seni sastra dan teater.

Sanggar seni sastra dan teater dapat menjadi wadah penguatan dan pengembangan pembelajaran sastra di kelas. Karya sastra yang pernah dibahas dalam pembelajaran di kelas dapat dikuatkan di sanggar seni sastra dan teater dan yang belum dibahas dapat dikembangkan dengan leluasa di sanggar seni sastra dan teater. Kedua tempat ini, kelas dan sanggar seni sastra dan teater, sama-sama membahas mengenai kesusastraan.

Kesusastraan merupakan bidang yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di samping kebahasaan. Materi yang tercakup dalam kesusastraan adalah puisi, prosa, dan drama. Pembelajarannya pun terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Tujuannya adalah agar peserta didik beroleh pengalaman apresiasi dan ekspresi sastra secara langsung. Melalui apresiasi dan ekspresi sastra secara langsung, diharapkan akan tumbuh dalam diri peserta didik sebuah pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan penghargaan terhadap karya sastra seperti tercantum dalam kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu dapat memperoleh manfaat dan memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan.

Daya pikir, rasa, dan kemampuan psikomotor diolah pada kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra. Melalui kegiatan semacam itu, pikiran menjadi kritis, perasaan menjadi halus, kemampuan psikomotor lebih terlatih. Semua itu merupakan modal dasar yang sangat berarti dalam pengembangan pendidikan karakter. Ketika seseorang membaca, mendengarkan, menonton, menampilkan karya sastra, pikiran dan perasaan diasah. Mereka harus memahami karya sastra secara kritis dan komprehensif, menangkap tema dan amanat yang terdapat di dalamnya dan memanfaatkannya.

Karya sastra mempunyai peran dalam berbagai aspek tujuan pendidikan dan pengajaran, seperti aspek sosial, susila, keagamaan, intelektual, kepribadian, dan lain-lain. Kegiatan sanggar seni sastra dan teater tidak akan terlepas dari apresiasi dan ekspresi karya sastra. Karya sastra memiliki tema dan amanat serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Melalui karya sastra, kita dapat merenung, memikirkan kehidupan, dan terkadang dapat menyadarkan kita untuk berbuat lebih baik.

Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler akan digiring untuk mengapresiasi dan mengekspresikan sebuah karya sastra. Pada umumnya, peserta didik antusias apabila mengapresiasi dan mengekspresikan sebuah karya sastra. Minat dan antusiasme mereka terhadap karya sastra dapat kita manfaatkan untuk menanamkan nilai karakter dan akhlak mulia.

Karya sastra lain yang dapat dijadikan bahan apresiasi dan ekspresi di dalam sanggar seni sastra dan teater yaitu prosa dan drama. Prosa dan drama memiliki tema yang mengandung nilai karakter yang dapat bermanfaat bagi pembacanya. Melalui apresiasi dan ekspresi karya sastra, kita memiliki kesempatan yang luas dan lebih leluasa menyampaikan nilai karakter yang tujuan utamanya adalah membentuk peserta didik yang berakhlak mulia.

3. Aktivitas Berkompetisi

Layaknya organisasi ekstrakurikuler yang lain, sanggar seni sastra dan teater juga memiliki tujuan. Salah satunya yaitu mengikutsertakan anggotanya untuk berkompetisi. Kompetisi yang dilakukan dapat berupa kompetisi yang diadakan di dalam ekstrakurikuler itu sendiri atau kompetisi yang diadakan di luar ekstrakurikuler sanggar seni sastra dan teater tersebut.

Sebuah kompetisi mampu menanamkan nilai karakter karena di dalamnya terdapat persaingan antarteman atau dengan peserta didik dari sekolah lain. Persaingan tersebut memotivasi peserta didik untuk menampilkan yang terbaik dengan cara yang sehat. Mereka dituntut bekerja keras dengn cara berlatih dengan tekun, disiplin, dan kreatif.

Kompetisi menulis puisi atau cerita pendek misalnya, akan menuntut kreativitas peserta didik untuk menghasilkan karya terbaik dan bukan merupakan hasil plagiasi dari karya orang lain. Maka, secara langsung atau tidak langsung, kompetisi tersebut telah menanamkan nilai karakter kreatif dan jujur pada diri peserta didik.

Kompetisi membacakan puisi, mendongeng, atau teater akan menuntut peserta didik kreatif dalam menampilkan ekspresi sastra yang dimaksud. Mereka pun harus tampil dengan penuh percaya diri. Selain itu, untuk menghasilkan penampilan yang terbaik, mereka pun dituntut untuk berlatih dengan keras, disiplin, dan bertanggung jawab. Secara langsung atau tidak langsung, kompetisi semacam ini pun akan menanamkan nilai karakter kreatif, kerja keras, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab.

Hasil dari sebuah kompetisi adalah menang atau kalah. Hasil yang diraih merupakan buah dari kerja keras peserta didik dalam mengikuti kompetisi tersebut. Menang atau kalah merupakan hal yang lumrah dalam sebuah kompetisi. Kemenangan harus disikapi dengan penuh rasa syukur dan tidak menjadikan seorang peserta didik sombong. Sedangkan kekalahan harus disikapi dengan jiwa yang besar. Seorang peserta didik yang kalah harus dapat menghargai prestasi lawannya yang menang. Nilai karakter yang dapat muncul dari hasil sebuah kompetisi yaitu: selalu bersyukur, rendah hati, menghargai prestasi, sportif, dan optimis.

Pada bagian akhir tulisan ini, penulis ingin menyampaikan harapan dan ajakan kepada seluruh guru di Indonesia untuk merenungkan kembali tujuan pendidikan nasional negara kita. Tugas membentuk karakter bangsa ada di pundak kita sebagai guru. Kita tidak hanya membentuk peserta didik yang unggul dari segi pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga dari segi sikap dan perilakunya.

Pendidikan karakter merupakan hal yang penting dilaksanakan di sekolah. Berbagai upaya harus dicoba dalam rangka menerapkan nilai karakter pada peserta didik. Kegiatan sanggar seni sastra dan teater merupakan salah satu kegiatan yang dapat membantu penerapan nilai karakter pada peserta didik. Masih banyak kegiatan penerapan nilai karakter lain yang dapat dilaksanakan di sekolah. Kegiatan tersebut harus kita kembangkan demi keberhasilan peserta didik, khususnya untuk membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang berakhlak mulia.

Tidak lupa, hal terpenting yaitu keteladanan kita sebagai guru. Sebelum kita menanamkan nilai karakter pada peserta didik, nilai karakter tersebut harus sudah melekat dalam diri kita. Peserta didik akan meneladani setiap sikap dan perilaku kita. Keteladanan merupakan cara paling efektif untuk menerapkan nilai karakter pada peserta didik. Kita harus menjadi garda terdepan yang menjadi teladan bagi peserta didik.

Penulis ingin mengutip salah satu larik puisi Chairil Anwar ”kerja belum selesai, belum apa-apa”. Masih banyak tugas yang harus kita emban dalam rangka menyukseskan tujuan pendidikan nasional negara kita, yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

*) Penulis adalah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Cipongkor

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post