Iman Rozikin Bayu Aji

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

JANGAN MEMUTUSKAN TALI SILATURAHIM

JANGAN MEMUTUSKAN TALI SILATURAHIM

Saya menuliskan kisah nyata kehidupan saya selama hidup, saya mempunyai seorang ayah yang pernah hidup berumahtangga dan mendapatkan 2 keturunan perempuan yang bernama solehah dan rohyati, nama istri ayah saya yang pertama bernama bu sri,ayah saya dengan ibu pertama bercerai dan anak-anaknya tinggal bersama istri pertamanya, kemudian ayah saya hidup berumah tangga dengan ibu saya, dan di beri keturunan 4 orang anak dan semuanya laki-laki. Anak yang pertama dan terakhir berturut turut adalah Hajar Kisworo, Iman Rozikin Bayu Aji, Imam Samsudin dan yang terakhir Rozak Subakir. Kehidupan kami sangat mampu tidak kekurangan apapun nama ayah saya bapak sumitro dan nama ibu saya ibu supeni kehidupan kami hari demi hari bertambah makmur keluarga saya mempunyai harta yang banyak diantaranya sawah, kebun, dan ladang. Keluarga saya bisa dibilang orang terkaya di desaku waktu itu. Di saat kecil sampai saya menginjak mau SMA saya tidak tau kalau ayah saya pernah berumahtangga dengan orang lain dan sampai mempunyai 2 orang anak,

Kemudian suatu ketika saya mendengarkan kalau ayah saya sudah mempunyai 2 orang anak perempuan dan ingin mengajak anak perempuan itu pindah dan tinggal bersama di rumahku,saya mendengar kalau saya punya saudara perempuan dan mau diajak tinggal serumah, saya sangat senang sekali, saya berterimakasih kepada Allah telah di kasih saudara perempuan, saya sangat senang dan saya sangat bangga mempunyai saudara perempuan, saya sama sekali tidak mengganggap dia sebagai saudara tiri anggapan saya dia adalah saudara kandung, kemana mana dan di mana mana saya selalu memamerkan keteman-teman saya tentang kebaikan dan kecantikan saudara perempuan saya, selama saya belum ketemu saudara perempuan saya, saya selalu senang bermain dengan teman-teman saya di luaran, tapi semenjak ada saudara perempuan saya tinggal serumah dengan saya, saya sudah jarang berteman dengan teman-teman saya di rumah, saya lebih senang bermain dengan saudara perempuan saya yang bernama solehah, saya bermain, belajar bersama dengan rasa senang dan gembira. Intinya saya sangat senang bagaikan mendapat anugrah telah diberi saudara perempuan yang bernama solehah. Hidup saya hari demi hari bertambah senang dan gembira tinggal bersama solehah. Kemana mana kubangga-banggakan saudara perempuan saya, saya ceritakan tentang kebaikan-kebaikan saudara perempuan saya keteman-teman saya dan ketetangga-tangga saya. Saya sekolah di SMA yang sama dengan saudara perempuan saya, saya merasa senang bisa berekolah bersama saudara perempuan saya dan di sekolahanpun saya selalu membicarakan dan menggunggul-unggulkan kebaikan saudara perempuan saya keteman-teman saya di sekolah, boleh dibilang tidak seharipun saya tidak membangga-banggakan saudara perempuan saya, saya sangat sayang pada saudara perempuan saya.

Dan hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti taun, keluarga kami mendapat musibah ayah tercinta saya meninggal dunia. Saya sangat sedih ketinggalan seorang tulang punggung keluarga yang membiyayai hidup kami, untuk membiayai kehidupan sehari-hari makan dan sekolah adik-adik saya, ibu saya yang hanya sebagai ibu rumahtangga untuk membiayai hidup ibu saya sedikit demi sedikit menjual sawah, pekarangan dan ladang yang ada.

Kehidupan keluarga saya yang tadinya kaya raya kemudian berubah menjadi tidak punya, dan akhirnya saudara perempuan saya yang tadinya baik dan saya selalu memuji-muji kebaikannya dan selalu tek sanjung-sanjung di minta sama paman saya yang kaya raya dan saudara perempuan saya di jodohkan dengan orang kaya raya dan saudara perempuan saya tidak mengakui saya sebagai saudaranya karna saya dan keluarga saya sudah jatuh miskin, saudara perempuan saya hidup sangat kaya raya, sangat kejam dan sangat tega saudara perempuan saya tidak mau mengakui saya sebagai saudaranya, untuk mempersingkat cerita dan panjangnya cerita insyaallah nanti saya uraikan di buku saya, yang akhirnya karna memutuskan silaturahmi kehidupan saudara saya menjadi miskin, hidup terlunta-lunta yang tadinya kaya raya hidup serba mewah dan akhirnya saya dan keluarga saya menjadi kaya kembali dan saudara sekandung saya yang tadinya miskin dan tidak berpendidikan atas rahmat Allah saudara-saudara ekandung saya menjadi sukses dan menjadi orang yang berkecukupan harta, itulah azab bagi pemutus silaturahim.

Peserta Sabu-sabu 2 Purbalingga

SD Negeri 1 Bakulan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah ceritanya sangat runut, bagus buat cerminan hidup tentang pentingnya silaturahmi, kereen

30 Oct
Balas



search

New Post