Iman Taufik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menulis Ilmiah Syarat Mutlak Naik Pangkat

Menulis Ilmiah Syarat Mutlak Naik Pangkat

Berberapa tahun yang lalu, saat rapat menjelang UAS semester satu (Kurtilas) kelas X dan XI tahun 2014 di sekolah tempat penulis bekerja. Kepala Sekolah mengemukakan beberapa hal, salah satunya tentang kenaikan pangkat dan golongan bagi PNS. Prasyarat untuk kenaikan pangkat dan golongan itu, pendidik harus melengkapi salah satu indikator PKG ( Penilaian Kinerja Guru), yaitu Karya Tulis ILmiah (KTI). Semua itu harus dan wajib dipenuhi oleh guru jika ingin naik pangkat dan golongan.

Salah satu yang membuat penulis tertarik menyimak paparan Kepala Sekolah yakni, tentang PKG yang didalamnya terdapat sayarat, bahwa seorang pendidik harus membuat dan menyertakan Karya Tulis Ilmiah (KTI), seperti makalah (PTK) atau artikel.yang nantinya dilampirkan untuk memenuhi prasyarat di atas. Dengan demikian kegiatan menulis adalah kebutuhan sebagai salah satu bentuk pengembangan intlektual bagi para pendidik pada khususnya. Jadi tidak ada lagi kegiatan menulis atas dasar perintah Kepala Sekolah, tetapi itu sudah ketentuan yang harus dilalui oleh seorang pendidik. Aturan kenaikan pangkat dan jabatan guru sebenarnya sudah diatur dalam Permenegpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Guru dan Angka Kreditnya. Aturan ini efektif mulai tahun2013. (Idris Apandi, M.Pd dalam artikel” Naik Pangkat dengan Cara Bermartabat” Suara Daerah Edisi 504 Tahun 2014).

Oleh sebab itu, penulis memberanikan diri untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan ini sebagai bentuk apresiatif bahwa menulis itu merupakan kebutuhan, baik bagi jasmani maupun rohani. Bagi jasmani sudah barang tentu manfaat menulis dalam bentuk fisik salah satunya sebagai prasyarat kenaikan pangkat dan golongan, sedangkan manfaat lainnya adalah membantu finansial agar dapur kita tetap “Ngebul”. Karena pada akhirnya yang akan kita dapatkan adalah rewads dalam bentuk kenaikan pangkat dan finansial sebagai penghasilan tambahan. Sedangkan manfaat batiniayah yang akan didapatkan yaitu, kepuasan batin, karena setidaknya kita telah turut berkiprah memberikan buah fikiran bagi kemajuan negeri ini.

Kegiatan menulis merupakan jembatan penuangan gagasan dari dunia abstrak ke dunia nyata. Gagasan yang sebelumnya berada dalam dunia fikiran akan terasa ringan jika kemudian dituangkan dalam bentuk nyata dan bisa dinikmati banyak orang. Menulis juga sering disebut output dari dalam fikiran yang kemudian dituangkan melalui media tulisan.

Yang jadi pertanyaan khususnya bagi penulis pribadi, sudah banyakkah para pendidik yang menulis? Sedangkan, dari hampir tujuh ratus calon yang seharunya lulus prasyarat kenaikan pangkat dan golongan ternyata yang lolos sekitar tujuh puluh lima orang pada tahun 2014. Dan diantaranya penyebabnya mereka tidak lolos dalam PKG yang di dalamnya ada syarat “Menulis Ilmiah”. Begitu yang disampaikan Kepala Sekolah saat rapat menjelang UAS tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan jika melihat kondisi di atas, bahwa menulis belum jadi bagian dari budaya intlektual kita. Banyak diantara para pendidik yang enggan untuk menulis, sehingga mereka tidak terbiasa menulis. Sedangkan tuntutan bagi pendidik profesional salah satunya dilihat dari kinerja dan karaya tulisnya.

Namun dengan adanya tuntutan bahwa pendidik harus membuat KTI sebagai syarat kenaikan pangkat dan golongan, membuat segelintir oknum pendidik melakukan tindakan yang tidak terpuji dengan membuat KTI palsu hasil copy paste atau hasil dari menyuruh orang untuk membuat. Faktanya dalam artikel “Naik Pangkat dengan Cara Bermartabat”( Idris Apandi, M.Pd dalam Suara Daerah Edisi 504 Tahun 2014), ada juga segelintir oknum guru yang memang dari awal sudah memiliki niat ingin naik pangkat walau harus membayar. Karena bagi mereka, itu cara yang mudah dan sudah dianggap sudah lumrah. Dalam pandangannya naik pangkat dianggap sebagai prestise sehingga rela menghalalkan segala cara.

Dari fenomena di atas, sudah seharusnya jadi bahan kajian bagi pemerintah dan kita selaku insan yang bergerak di bidang pendidikan, agar kenaikan pangkat dan golongan bisa membentuk kualitas pendidik lebih berkarakter dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran. Pada akhirnya, naik pangkat tanpa menurunkan harga diri dengan berbuat keji. Pendidik adalah orang kedua setelah orang tua di rumah yang mengajarkan budi pekerti. Jadi bagaimana bisa seorang pendidik mengajarkan budi pekerti jika ia sendiri memiliki mental seperti itu. Bagaimana dengan anak didiknya di sekolah yang dituntut harus berbudi? “ Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, begitu mungkin jadinya.

Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk malas dan tidak ada alasan tidak bisa menulis, serta tidak ada alasan lagi untuk menyuruh orang membuat KTI, karena dalam kegiatan tersebuat setidaknya telah memberi contoh tidak baik pada anak didik kita. Banyak media untuk meningkatkan rewads kinerja pendidik saat ini, seperti majalah pendidikian dan surat kabar. Artikel adalah sarana sederhana untuk memulai dan mengawali menulis. Kuncinya yaitu, keberanian membuka diri untuk mencoba menulis. Sejatinya menghargai karya sendiri jauh lebih baik daripada naik pangkat hasil membeli dan copy paste.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post