Im Tri Suyoto

Im Tri Suyoto, anak desa yang terdampar di kota tanpa bisa melepaskan kedesaannya. Sekarang berumah di Semarang, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
Passive Income Mau? Menulis Buku!
http://steihamfara.ac.id/hukum-royalti-buku/

Passive Income Mau? Menulis Buku!

Uang memang bukan segalanya. Bahkan kalau kita salah dalam memandang uang, hidup kita bisa sengsara oleh karena tergila-gila pada uang. Namun, siapapun kita pasti butuh uang. Itu sebabnya, sekalipun kita sudah memiliki sumber pendapatan yang tetap, sering kali ada di antara kita yang berusaha memiliki sumber pendapatan lain.

Asal saja kita benar dalam memandang dan mengelola uang, keinginan untuk mendapatkan sumber pendapatan di luar pendapatan tetap adalah sah adanya.

Seseorang yang berprofesi sebagai guru, adalah orang yang berkesempatan memiliki sumber pendapatan lain di luar pendapatan tetap dengan area kesempatan yang sangat luas dan pasti. Sebagai contoh, di luar gaji bulanan, seorang guru bisa mendapatkan penghasilan dari melakukan les privat, mengajar di lembaga pendidikan di luar sekolahnya (tentu di luar jam dinas utama), menulis buku, dan kegiatan jenis lain.

Dari sekian jenis kegiatan tambahan yang bisa mendatangkan penghasilan tambahan, hanya satu yang penulis sebut sebagai passive income yang menjanjikan yaitu menulis buku. Bagaimana lebih jelasnya?

Memberikan les privat memang memberikan tambahan penghasilan. Namun, penghasilan yang diperoleh hanya sebanyak tenaga yang dikeluarkan. Misalnya, memberikan les privat sekali maka hanya dapat honor sekali. Demikian juga dengan mengajar di lembaga pendidikan lain. Sekali mengajar sekali mendapatkan honor.

Hal tersebut berbeda dengan passive income menulis buku.

Passive income adalah sekali bekerja dan dimungkinkan bisa mendapatkan hasil berulang-ulang. Maka, penulis berpendapat, salah satu passive income yang menjanjikan bagi guru yaitu menulis buku.

***

Dengan menulis buku, Anda akan memiliki pendapatan berulang. Jika buku itu diterbitkan dan dikelola oleh penerbit skala nasional, maka Anda cukup nulis sekali dan selanjutnya penerbitlah yang mengelola buku Anda.

Dalam hal ini, Anda tinggal menunggu royalte yang diberikan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Jika royalte dari satu buku, Anda merasa masih kurang, sementara Anda juga memiliki segudang ilmu yang bisa dibagikan, maka Anda bisa menulis buku berikutnya.

Nah, sekarang bayangkan jika Anda memiliki lima judul buku di penerbit bonafide yang masing-masing buku berharga Rp40.000,00 dengan royalte sebesar 6%, yang diberikan setiap 6 bulan sekali, bukankah itu sumber pendapatan (passive income) yang besar!

Sudah barang tentu, pendapatan uang bukanlah tujuan utama juga bukan kepuasan utama. Namun, memanfaatkan kemampuan yang sudah Tuhan berikan kepada diri bukankah itu bentuk bersyukur dan berbagi? Sebab memulis bagi guru sesungguhnya sama dengan mengajar dengan jangkauan yang lebih luas dari mengajar di kelas! @Salam

(Catatan : bentuk penerbitan dan jenis buku yang menjajikan di bahas pada artikel selanjutnya).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menulis saja dulu ya Bu Rini, @ bisa juga model barengan

18 Sep
Balas

Oh begitu ya Pak....kalau ada info mungkin Pak Im bisa share di sini....

18 Sep

Kalau ada kesempatan, boleh berdiskusi via WA atau email, Bu Rini

18 Sep

No WA berapa Pak...

18 Sep

08157775733

18 Sep

Kalau penerbitan indie memang kita harus banyak jaringan untuk memasarkan buku kita, apalagi kita khan penulis baru dan belum punya nama, pengalaman saya yang cetaknya 200-300, karena memang kita biaya sendiri, ya lumayan bisa 2-3 bulan baru habis, sambil terus belajar dan membuka jaringan pemasaran lewat media sosial yang kita miliki

18 Sep
Balas

Ini menurut saya pemompa semangat yg tidak bisa dibeli dan tidak didapat disekolah. Pak Ahmad Syaihu benar, memiliki itu. Saya sangat setuju. Jadi untuk teman teman ayo kita miliki semangat itu. @salam Pak

18 Sep

Kalau model menerbitkannya indie gimana Pak Im? Berati tidak ada royalti dari penerbit, kita yang harus pintar memasarkan buku kita sendiri. Nah saya termasuk orang yang tidak jago memasarkan buku.

18 Sep
Balas

Nah, itu yg sedang berkembang di sini. Lemahnya, kalau belum memiliki cara dan belum punya banyak pengikut, jadi tidak seberapa.

18 Sep

Nah...inilah salah satu alasan mengapa saya belum berani membuat buku...

18 Sep

Berani saja Bu Rini, tahun kemarin saya coba cara indie, lumayan cetak 4000 habis dalam 3 bulan

18 Sep

Caranya gimana pak? saya hanya cetak 50 buku saja belum habis sampai sekarang

18 Sep

Ini harus ada pembahasan lebih lanjut, Bu. Seperti perencanaan nulis buku untuk siapa, jenis apa, bagaimana tingkat kompetisi jenis buku yg kita buat dan lainnya. #menurut saya sih kalau sedang berlatih membangkitkan semangat tidak perlu sampai ke sana. #Akan saya bahas sebatas etis di grup ini

18 Sep

Saya belum berani membuat buku....Pak Im....

18 Sep
Balas

Berani saja, yuk! Bu Rini bisa kok. Nulis Buku jauh lebih mudah dari menulis artikel lo Bu

18 Sep

Jujur saja...saya belum tahu prosedur penerbitan sebuah buku Pak....

18 Sep



search

New Post