Sajadah usang
Berpuluh tahun hamparan merah
Terbentang tenang di sepanjang malam
Tenang tak bersuara
Namun setiap bisik terdengar melengking
Setiap tetes air mata selalu membasahi
Kini merahmu telah usang
Namun makna harga mu tak berkurang
Ku urai benang benang pengharapan di atas bentanganmu
Menghantarkan ku dengan sang pencipta
Setiap kening Ku tersentuh dihamparanmu
Ada doa yang terucap
Ada belas kasih terharap
Ada harap hadir ku rindukan
Setiap ku lupa akan hadir dirimu
Disitu diri lengah tak bertuju
Kadang diri Lena akan dunia semu
Namun kau selalu menanti dengan ridho mu
#Hari ketiga# setelah bangkit dari tidur panjang
#menuju# 30 hari tanpa henti# wisuda ke 2 tahun 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi religi nan menawan. Sehat dan sukses selalu
Alhamdulillah makasih buk.Salam literasi
Salam pak dari Padang namun ambo gadang di taluak batuang
Biarlah sajadah usang namun doanya selalu upgrade ya bu cantik
Benar buk.
Keren bu puisinya
Makasih buk salam literasi
Ondeh Mande Tusde .... keren bana puisinyo. Salam suksesdan salam Literasi dari Batang Kapaeh.
Sakampuang Wak pak
Mantap puisinya, Bu. Di atas sajadah usang, bentangkan semua harapan... Salam sukses, Bu.
Alhamdulillah
Puisinya mantap sekali Bu, sukses selalu
Makasih