CERBUNG TAK KUTEMUKAN CINTA ITU (Berpisah) H. 109
Oleh. Imelda. SE
Sudah satu bulan Tambrin berada di kampungnya, dalam kegelisahannya dia berfikir dan merenung tentang apa yang terjadi tentang dirinya, dan langkah apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Rindu terhadap anak semata wayangnya itu selalu saja mengusik hari-harinya. Akhirnya Tambrin memutuskan untuk menjemput sah bauh hati kepulau Jawa, dia sudah bertekat dalam hati untuk membesarkan anaknya itu. Atas dukungan semua keluarganya dia bisa mengobati luka yang telah tergores di hati karna perbuatan sang istri. Rencananya dua hari lagi Tambrin berangkat kepulau Jawa.
Subuh itu Tambrin bersujud kepadaNYA, dia menegadahkan wajah dan mengangkat kedua tangannya, dia bermohon kepada yang Maha Kuasa supaya di permudahkan perjalanan dan segala urusannya nanti di palau Jawa. Segala keputusan yang terbaik tentang rumah tangga dan urusannya di serahkan kepada Allah yang memiliki Dunia dan segala isinya.
Setelah beras-beres dan sarapan pagi, Tambrin pun berpamitan kepada ibunya dan semua saudara yang ada saat itu, dia melangkahkan kaki dengan membaca Basmallah dan berlalu menuju terminal bus. Trambrin pun berangkat ke Pulau Jawa untuk menjemput putranya tercinta, bus pun melaju dengan kecepatan sedang karena penumpang sudah penuh duduk di bangku masing-masing.
Sampai di pulau Jawa, Tambrin pun langsung menuju rumah mertuanya. Dia berharap Tito anaknya ada disana. Memang benar Tito sedang bermain bersama kakek dan neneknya, dia kelihatan kurus sekarang mungkin karena menahan rindu kepada ayahnya. “Tito” suara Tambrin terdengar memanggil nama Tito, “ayah ………” teriak Tito sambil berlari kearah Tamrbin ketika dia melihat ayahnya datang. Anak dan ayah itu langsung berpelukan melepas rindu yang selama ini telah tertahan karena keadaan. “ayah jangan tinggalkan Tito lagi” kata Tito sambil merengek manja kepada ayahnya, “tidak sayang mulai sekarang kita akan selalu sama-sama” kata Tambrin sambil meyakinkan Tito.
Nenek dan kakeknTito mendekat kepada mereka berdua. “Tambrin ibu minta maaf ya, atas perlakuan anak ibu kepada nak Tambrin, ibu tidak menyangka sama sekali kejadian ini nak” kata ibu mertuanya seakan menyesali perbuatan anaknya, “sudah lah bu, mungkin ini sudah nasib saya” kata Tambrin sambil menghela nafas panjang, lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya, “ini surat cerai untuk anak ibu” kata Tambrin sambil memberikan kertas itu kepada mertuanya, “Tambrin, maafkanlah anak ibu, kalian sudah mempunyai Tito yang di amanahkan Allah untuk kalian” kata mertuanya membujuk Tambrin supaya mau memaafkan putrinya yang sudah bersalah. “maaf bu aku tidak sanggup lagi di khianati, kalau masalah Tito biarlah aku bawa dia ke Ranah Minang dan aku besarkan dia di sana” kata Tambrin sambil mengusap kepala Tito yang ada di depannya. “Tambrin, jangan kau pisahkan ibu dengan Tito nak, ibu sangat sayang sekali kepada Tito, begitu juga dengan kakeknya” kata ibu mertua Tambrin sambil memohon supaya Tito jangan di bawa.
Tambrin termenung seketika, maksud hati dia mau membawa putra kesayangannya keranah minang, namun kedua mertuanya memohon supaya Tito jangan di bawa, “ibu, nanti suatu saat kami akan kesini lagi untuk melihat Ibu dan Bapak” kata Tambrin membujuk mertuanya supaya dia bisa membawa Tito, “ Ibu dan Bapak sudah tua nak Tambrin, kalau Tito di bawa entah kapan lagi kami bisa bertemu dengannya, berilah kesempatan untuk kami bisa bersama-sama Tito”, kata ibu mertua kepada Tambrin sambil memohon dan mengeluarkan air mata, “ kapan pun nak Tambrin boleh kesini untuk melihat Tito” Kata Bapak mertuanya menambahkan. Tambrin menatap kedua mertuanya, dia tak sanggup menyakiti hati keduanya, lalu dia menatap si kecil Tito dan memeluknya erat sekali, mungkinkah ayah akan berpisah lagi denganmu nak, kata Tambrin dalam hati.
Tambrin pergi lagi meninggalkan kedua mertuanya dan si kecil Tito, dia bermaksud pulang lagi keranah minang dan memulai kehidupan baru di sana. si kecil Tito menagis sekuat tenaga dan memanggil –manggil ayahnya, sepertinya dia tak ingin lagi berpisah dengan si ayah, namun keduanya terpaksa berpisah demi kakek dan nenek dan keadaan yang memaksa.
Galogandang, 12 September 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang mengharu biru. Keren, bu Imelda. Ditunggu kelanjutannya. Sukses selalu...
Ok pak
keren bu cerita yang ditampilkan,,tetapi kisahnya kisah sedih ya bu
Iya perpisahan ayah dan anak
Kisah yang keren. Itulah romantika kehidupan. pakah itu karma dalam kehidupan... Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.
Trimakaih
terkadang keadaan yang membuat semua ini karena alasan kerja mantap bun
Trimakasih kasih
Ditunggu lanjutannya bu.saya follow ya
Sip
Oh tito kasihan kau nak
Ok trimakasih
Oh tito kasihan kau nak
Kisah yg menyedihkan. Semoga Tambrin dan Tito bisa bersatu kembali
Kesalahan yang orang tua perbuat, anak yang jadi korbannya. Kasian Tito. Salam literasi.
Salam kembali