Imeldayati

Salah satu staf di Direktorat PGTK PAUD dan Dikmas, Kemendikbud Jakarta. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Masa-masa indah itu muncul

"Bingung Memilih Apa"

Raihlah mimpimu setinggi langit, itulah kata- kata yang sering diucapkan sese orang ketika ingin memberikan motivasi.

Selesai sudah saya menjalani pendidikan Sekolah Dasar (SD) di sebuah desa kecil yang sangat damai dan jauh dari kebisingan kota. Mengingat Masa-masa SD itu sering tertawa sendiri. Pernah suatu hari Bapakku marah-marah sambil teriak " hei siapa tuh yang diatas pohon jambu, ayo turun, ga boleh maling jambu orang." Teman ku dengan santai jawab, sudah bayar pak tuo. Di kampungku namanya jambu parawe, rasanya enak dan manis, yang ada hanya di belakang rumah saya.

Setiap kali teman-teman ingin beli jambu, akan saya minta uangnya terlebih dahulu dan mereka saya suruh ambil sendiri jambunya di belakang rumah. Ambil sesuai yang dibayar ya, kata saya setiap teman-teman ingin beli jambu. Sampai saat ini kenangan itu selalu jadi bahan guyonana masa kecil.

Rumahku kalau malam hari berubah menjadi tempat mengaji anak se kampung. Karena hanya ibu saya yang bisa dan dipercaya untuk mengajar mengaji.

Bermain sebelum magrib suasana yang sangat ditunggu anak-anak yang ingin mengaji. Permainan tradisional apa saja ada waktu itu. Yang paling saya sukai petak umpet, karena pas ngumpet saya ke kamar mandi sekalian mandi sore.

Masa-masa indah itu akan berakhir karena ibu saya akan menyekolahkan ke Jakarta. Sebuah Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta (Ponpes DN), harapan nantinya menjadi kader ustazah di sebuah Ponpes di sekitar rumah saya.

Saya hanya mengiyakan walau hati saya sedih akan berpisah dengan kedua orang tua dan anak-anak yang mengaji, sebagian dari mereka juga ada teman-teman saya. Sisa-sisa masa kecil yang ta terlupakan.

Sepanjang jalan menuju Jakarta saya tidak bisa menikmati indahnya pemandangan di luar sana, karena anak desa yang tidak pernah kemana-mana, pas naik bis rasa mual mau muntah ketika mencium bau asap bis ANS jurusan Padang Jakarta. Muntah dan mual sepanjang jalan membuat saya rasanya mau mati saja ditempat.

Sesampai di Jakarta saya tidak langsung ke Ponpes DN, kami mampir di rumah saudara di daerah Pademangan Jakarta Utara, untuk beberapa hari sekalian mempersiapkan bahan-bahan untuk ujian masuk DN. Ketika detik-detik pengumuman deg-degan dan khawatir tidak lulus karena yang akan diterima hanya separoh dari yang mendaftar.

Setelah nama saya disebut, ada rasa bangga bisa lulus di Ponpes terkenal itu.

Di semester pertama saya sering menangis ingat rumah, masa-masa indah bersama teman-teman sepermainan dan anak-anak yang mengaji.

Aktifitas pondok yang begitu padat, lambat laun rasa kangen ingat rumah itu hilang. Jam tiga pagi sudah bangun siap-siap antri untuk mandi. Sebenarnya jadwal mandi itu selesai solat subuh, daripada ngantri dan bisa-bisa terlambat ke sekolah, dibela-belain bangun lebih awal. Solat subuh harus berjemaah 5 waktu di mesjid, tadarrusan, sarapan lanjut ke sekolah. Siangnya setelah solat zuhur dan makan siang lanjut lagi ke sekolah belajar siang. Pada waktu sore hari setelah asar lah waktu bebas. Biasa nya santri gunakan untuk nyuci baju. Menjelang magrib siap-siap lagi ke mesjid sekalian tadarrusan dan makan malam. Setelah solat isya belajar sampai jam 10.00Wib, lanjut tidur sampai jadwal besok harinya lagi. Rutinitas inilah yang ku lalui di pondok. Mendapatkan info-info terkini hanya lewat majalah dinding (mading) koran Repukblika yang dipasang setiap rayon kamar. Karena tidak boleh pegang gadget, nonton tv pun hanya dunia dalam berita jam 21.00, yang di pasang di aula. Walaupun begitu kami para santri tidak pernah ketinggalan informasi luar pondok. Selain jadwal rutinitas ada juga kegiatan-kegiatan yang mengekspresikan bakat-bakat santri melalui pentas seni seperti panggung gembira, dan kepramukaan yang selalu juara ketika lomba dengan sekolah-sekolah sekitar pondok. Walaupun saya hanya 4 tahun sekolah di Ponpes DN, tapi cukup membuat hari-hari saya sangat berkesan baik itu disiplin pondok maupun pelajaran- pelajaran nya, ditambah lagi bahasa sehari-hari nya Arab dan Inggris.

Ponpes DN ini binaan dari Ponpes modern Gontor. Saat ini kembar saya mondok di Gontor.

Semoga kedepannya menjadi anak yang soleh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post