Nadiman

Humoris, pendiam, gaul , aktif dan humble serta tidak sombong seorang yang ingin berkarya demi mencerdaskan bangsa...

Selengkapnya
Navigasi Web
KESIMPULAN DAN REFLEKSI (KONEKSI ANTAR MATERI 1.1.A.8)

KESIMPULAN DAN REFLEKSI (KONEKSI ANTAR MATERI 1.1.A.8)

Salam guru penggerak, bergerak, tergerak menggerakkan dan bahagia selalu. Perkenalkan saya, Nadiman. Calon guru penggerak angkatan 9 Guru di SD Negeri Karangasem 08 Kab. Batang Jawa Tengah

Pada kesempatan kali ini, saya akan meninjau ulang pemahaman saya dalam membuat kesimpulan Koneksi Antar Materi dan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman baru yang telah saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada modul 1.1 di Pembelajaran 1-Pembelajaran 6.

Koneksi Antar Materi

Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak sesuai kodratnya agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan di masa depannya (KHD). Meskipun pendidikan itu hanya tuntunan saja di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, tetapi perlu juga Pendidikan itu berhubungan dengan kodrat alam dan keadaannya setiap anak, sehingga kelak mereka benar-benar siap dan tangguh dalam melaksanakan segala kegiatan untuk kepentingan hidup sebagai insan, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbudaya dalam arti yang komplek. Ada dua kerangka dasar penting dari intisari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan yaitu Perubahan dan Pendidikan yang berorientasi pada murid. Poin perubahan terdiri dari 3 kerangka dasar yaitu Kodrat Keadaan, Prinsip melakukan perubahan, dan Apa yang berubah? Kerangka dasar yang pertama, Kodrat Keadaan. Dalam melakukan suatu perubahan, haruslah disesuaikan dengan kodrat keadaan, yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman.

Kodrat alam terkait dengan tempat dimana anak itu berada. Anak yang tempat tinggalnya di daerah pertanian, di daerah pesisir atau daerah lain tentunya akan mempunyai kodrat yang berbeda dengan anak yang tinggal di daerah pegunungan. Anak yang tempat tinggalnya di daerah yang mempunyai dua musim seperti di Indonesia, akan berbeda dengan anak yang tempat tinggalnya di daerah yang mempunyai empat musim di eropa sana. Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa sebagai pendidik, kita harus memahami dan menghormati kodrat alam ini. Ini artinya, cara kita mengajarkan anak harus mengakomodasi potensi alami mereka. Sebagai contoh, cara pendekatan terhadap siswa abad ke-20 tentu berbeda dengan cara pendekatan terhadap siswa abad ke-21. Sebagai guru atau pendidik, kita perlu beradaptasi dengan dinamika zaman agar tetap relevan dan efektif.

Kodrat Zaman terkait dengan keadaan zaman dimana anak itu berada. Guru harus menyadari, bahwa masing-masing zaman memiliki keadaan dan tantangannya masing-masing, sesuai dengan kodrat zaman. Zaman waktu guru menjadi murid berbeda dengan zaman sekarang ketika menjadi seorang guru. Kodrat zaman juga tentang memahami dan menghargai era yang dijalani oleh anak. Pendidikan di era mereka harus mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan mereka saat ini. Seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya, anak-anak mengalami perubahan dalam cara mereka belajar dan berinteraksi. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidik membimbing anak-anak untuk beradaptasi dengan zaman, sambil tetap menjaga nilai-nilai budaya dan karakter bangsanya.

Kerangka dasar yang kedua, adalah, prinsip melakukan perubahan, dimana kita mengenal namanya Asas Trikon yaitu Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris. Asas kontiunitas, mengharuskan kita untuk melakukan dialog kritis tentang sejarah. Bergerak maju ke depan, tanpa melupakan nilai luhur budaya masyarakat. Asas Konvergensi. Pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Asas Konsentris. Pendidikan harus menghargai keragaman dan keunikan, serta memerdekakan peserta didik.

Kerangka dasar yang ketiga adalah, Apa yang berubah? Yang berubah adalah, Budi Pekerti. Budi, terdiri dari tiga komponen yaitu Cipta, Rasa, dan Karsa. yang artinya adalah Pikiran, Perasaan, dan Kemauan. Pekerti adalah tenaga. Perubahan tersebut harus terjadi secara seimbang dengan adanya olah cipta, olah rasa, olah karsa, dan olah raga. Sehingga pendidikan itu harus holistik dan seimbang. Apabila pendidikan dilakukan dengan seimbang, maka akan terciptalah kesempurnaan budi pekerti yang akan melahirkan generasi muda yang penuh kebijaksanaan. Sehingga, semua disiplin ilmu harus menuju kepada kebijaksanaan.

Pendidik dalam melaksanakan pendidikan haruslah berprinsip pada Budi Pekertidan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan berasaskan Trilogi Pendidikan: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang berarti, Di Depan Menjadi Teladan, di Tengah Membangun Semangat dan di Belakang Memberikan Dorongan.

Refleksi

Dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya akan menjawab beberapa Pertanyaan pemantik berikut ini:

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum saya mempelajari Modul ini, saya beranggapan bahwa tugas saya sebagai pendidik paling utama adalah mentransfrer ilmu dan pengetahuan, menganggap semua siswa mmeiliki kemampuan yang sama, melaksanakan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata, dan hanya mengutamakan nilai kognitif/pengetahuan siswa saja dan mengesampingkan kemampuan dan bakat anak, serta hanya sebagai pemenuhan target kurikulum yang berlaku, baik kurikulum 2013 ataupun kurikulum Merdeka.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah saya mempelajari Modul 1.1, saya berpikir saya sadar bahwa apa yang selama ini saya lakukan atau saya pikirkan keliru dan bahkan bisa di bilang salah, karena kesalahan itu sehingga saya harus segera berubah untuk memperbaikinya. Perubahan yang saya lakukan diantaranya adalah: melaksanakan pembelajaran yang berorientasi dan berpusat pada siswa sesuai dengan kodrat keadaan. Siswa bukan lagi menjadi objek pendidikan, melainkan harus menjadi subjek pendidikan. Sebagai guru saya harus menuntun siswa saya dengan keteladanan, baik keteladanan berliterasi, bersikap dan berbudi pekerti. Kurikulum Merdeka bukan untuk mempersulit guru, tetapi untuk mempermudah proses pembelajaran. Sehingga Bapak/Ibu guru bisa mewujudkan suasana belajar yang interaktif, bermakna, mendalam, dan si anak merasa menemukan dunia belajarnya di situ. Nahkoda yang tangguh tidak pernah lahir dari laut yang tenang. Oleh karena itu, ia mengajak para guru agar menjadi ‘nahkoda’ yang Tangguh. “Semua persoalan yang kita hadapi saat ini akan mematangkan dan memperkaya kita sebagai guru. Sebab, guru-guru yang hebat tidak akan pernah lahir (jika tidak ada) murid yang bermasalah.

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Untuk menciptakan kelas yang sesuai dan mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, langkah awal saya adalah berusaha sebaik mungkin dengan sadar dan tulus menjadi teladan berbudi pekerti yang baik bagi siswa-siswa saya. Saya melaksanakan diagnotik awal dengan menggunakan tolak ukur asesmen awal untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik saya , sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi serta keunikan peserta didik yang beragam. Melaksanakan pendidikan yang berpusat pada siswa, dan memposisikan diri saya sebagai penuntun dan bukan sebagai pusat pembelajaran dengan konsep merdeka belajar. Salah satu kebiasaan saya dan menjadi sebauah aksi nyata yang telah saya laksanakan diantaranya: saya hadir dan keluar kelas sesuai jadwal pelajaran dan tepat waktu (masuk pukul 07.00 dan pulang pukul14.00 WIB). Melaksanakan pembiasaan mengapresiasi, baik kepada siswa dan juga antar siswa, misalkan dengan memberi jempol atau memuji kamu hebat dsb. Menerapkan rasa saling membantu dan menghargai, Pembiasaan sadar untuk saling memaafkan, bertutur kata dan bersikap sesuai dengan norma dan tata krama. Memperkuat rasa religius dan seni budaya nasional dalam pembelajaran, diantaranya bersama-sama menyanyikan lagu nasioanl dan membaca surat-surat pendek, asmaul husna di setiap awal pembelajaran. Memberikan kebebasan siswa untuk memilih bakat dan kemampuannya pada kegiatan ekstrakurikuler yang ada. Sedangkan Aksi nyata yang saya lakukan untuk sekolah diantaranya adalah: Saya berusaha sebaik mungkin untuk bersikap, bertutur kata, dan berpenampilan sesuai dengan aturan dan tata tertib serta budaya sekolah. Selain itu, saya juga cekatan dan cakap untuk melakukan action jika ada hal yang harus segera di selesaikan untuk kepentingan sekolah. Misalnya melatih anak menjadi petugas upacara, membetulkan pohon besar yang tumbang dan menyapu halaman jika penjaga sekolah tidak hadir di sekolah dan lain-lain.

Demikian kesimpulan Koneksi Antar Materi dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang telah saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada modul 1.1. Hendaknya semua guru di Indonesia bisa menerapkan konsep dan pemikiran dari KHD, sehingga tercipta pendidikan yang berkarakter bagi generasi penerus bangsa. Trilogi pendidikan KHD, ketiganya merupakan peran pendidikan. Ketika kita berada di depan untuk mengajar, ia mampu memancarkan aura kepemimpinan yang member suri tauladan yang baik bagi siswanya. Membagikan keutamaan diri yang bersumber dari pengolahan dan refleksi terus menerus. Pada saatnya kita berada di tengah-tengah orang lain, ia mesti mampu menggelorakan semangat dan motivasinya demi perubahan yang lebih baik. Ketika kita berada di belakang sebagai pengayom/penasehat, ia mampu menggerakkan orang-orang di depannya supaya kehendak tetap menggelora dan keteladanan tetap berjalan sesuai aturan yang berlaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post