Nadiman

Humoris, pendiam, gaul , aktif dan humble serta tidak sombong seorang yang ingin berkarya demi mencerdaskan bangsa...

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Perkenalkan saya Nadiman, S.Pd. dari SD Negeri Karangasem 08, calon Guru Peggerak Angkatan 9 tahun dari Kabupaten Batang Jawa Tengah. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin pembelajaran sebagai tugas koneksi antar materi modul 3.1 ini dengan modul-modul sebelumnya. Kita tahu bahwa modul-modul dalam PGP ini saling berkaitan satu dengan yang lainm sehingga akan memberikan pemahaman yang komprehensip. Beriku rangkuman koneksi anatar materi anatara modul 3.1 dengan modul sebelumnya.

Terlebih dahulu kita cermati sebuah kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.

“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)

Pendidikan adalah kegiatan mengajar, mengajar, dan/atau melatih adalah upaya sadar untuk mempersiapkan siswa menghadapi peran masa depan melalui mempersiapkan. Pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan potensi diri seseorang dan bertujuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu menjadikannya manusia seutuhnya. Mengembangkan potensi peserta didik bertujuan untuk mengembangkan kepribadiannya agar dapat menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri dan orang disekitarnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan moral merupakan miniatur dunia yang berkontribusi terhadap perkembangan budaya, nilai, dan moral setiap siswa. Tindakan warga sekolah dalam menjunjung tinggi penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah dapat menjadi teladan bagi siswa. Pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya. Hal ini tercermin dalam perilaku siswa sehari-hari, sehingga pendidik juga dapat menjadi teladan dalam lingkungan hidupnya bagi siswanya dan seluruh warga sekolah.

Dalam peran kita sebagai pendidik, kita harus mampu melayani siswa kita dengan mendampingi mereka dalam semua keputusan berdasarkan nilai-nilai yang masuk akal. Kami yakin bahwa semua keputusan yang diambil mencerminkan keutuhan sekolah dan nilai-nilai yang dijunjungnya, dan keputusan yang diambil selanjutnya menjadi acuan atau contoh bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan. Oleh karena itu, pendidik senantiasa berupaya menjunjung tinggi kebajikan universal dan menanamkan karakter dengan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini mengikuti pepatah bijak:

“Pendidikan adalah seni membuat orang berperilaku etis.

(~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~).

Mari kita pahami ungkapan ini, bahwa pendidikan adalah membimbing peserta didik dengan memperkuat karakter dan norma-normanya, sehingga menjadi generasi yang dibekali dengan nilai-nilai moral, kebajikan, dan kebenaran untuk dijalani dalam kehidupannya. Sebagai generasi penerus bangsa akan mencerminkan pendidikan yang kita asah saat ini dengan menciptakan karya-karya terhebat yang akan membentuk bangsa ini di masa yang akan datang.

Dengan mengingat beberapa hal di atas, saya ingin menyajikan pendekatan untuk mempertimbangkan keterkaitan antara materi dalam Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan.

1. Bagaimana hubungan falsafah Ki Hajjar Dewantara dan Pratap Triloka dengan pelaksanaan pengambilan keputusan sebagai pemimpin? Semboyan yang diusung KHD

Yang masih menjadi landasan pendidik hingga saat ini adalah semboyan beliau KHD, Ing Ngaruso Sung Tulodha (Pemimpin harus bisa memimpin dengan memberi contoh), Ing Madhya Mangankarsa juga harus mampu mendemonstrasikan (Semangat, Semangat, Motivasi dari Tengah), Tut wuri Handayani (Pemimpin harus bisa memberi semangat dari belakang), yaitu pemimpin (guru) harus memimpin dengan memberi contoh dan memberikan dorongan dan motivasi dari tengah dan dapat mendorong kemajuan siswa Anda dari belakang. Semboyan ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitikberatkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan dan proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan tidak merugikan orang lain.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita gunakan dalam pengambilan keputusan karena nilai-nilai tersebut membentuk dasar moral dan etika kita. Nilai-nilai ini mencakup prinsip-prinsip seperti kejujuran, integritas, tanggung jawab, dan empati. Ketika kita memiliki nilai-nilai ini, kita cenderung untuk mengambil keputusan yang mempertimbangkan kepentingan orang lain, menghormati hak orang lain, dan bertindak secara adil. Sebaliknya, jika kita tidak memiliki nilai-nilai ini, kita mungkin cenderung untuk mengambil keputusan yang egois, tidak adil, atau tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat penting dalam membentuk prinsip-prinsip yang kita gunakan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan coaching dalam konteks perjalanan proses pembelajaran. Coaching, atau bimbingan, dilakukan oleh pendamping atau fasilitator yang bertujuan untuk membantu individu mencapai tujuan mereka, mengatasi hambatan, dan meningkatkan keterampilan atau pengetahuan mereka. Ketika seseorang mengambil keputusan, terutama dalam konteks pembelajaran, mereka mungkin memerlukan bimbingan atau coaching untuk memastikan bahwa keputusan tersebut efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran mereka. Sesi coaching dapat membantu dalam mempertanyakan keputusan yang telah diambil, memperkuat keputusan tersebut dengan mengevaluasi risiko dan manfaatnya, serta mengeksplorasi alternatif yang mungkin lebih baik. Selain itu, sesi coaching juga dapat membantu individu mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang masih muncul dalam diri mereka terkait dengan keputusan tersebut. Penting untuk dicatat bahwa sesi coaching tidak hanya berfokus pada pengambilan keputusan yang telah diambil, tetapi juga membantu individu memahami proses pengambilan keputusan secara lebih mendalam, memperkuat keterampilan pengambilan keputusan mereka, dan memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada pemahaman yang baik tentang situasi dan tujuan mereka.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan, khususnya dalam menghadapi dilema etika. Aspek sosial emosional mencakup keterampilan interpersonal, kesadaran diri, manajemen diri, dan kesadaran sosial. Dalam konteks pengambilan keputusan yang melibatkan dilema etika, guru perlu mampu memahami dan mengelola emosi mereka sendiri, serta mampu berempati dan memahami emosi orang lain. Kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial emosionalnya akan membantu mereka untuk (1) Memahami perspektif dan perasaan siswa: Dalam menghadapi dilema etika, guru perlu memahami bagaimana siswa mungkin merasa dan berpikir tentang situasi tersebut. Kesadaran sosial dan empati akan membantu guru untuk memahami perspektif siswa, yang dapat membantu mereka membuat keputusan yang mempertimbangkan kepentingan siswa. (2) Mengelola emosi dan stres: Pengambilan keputusan, terutama dalam situasi dilema etika, dapat menimbulkan stres dan emosi yang kuat. Guru yang mampu mengelola emosi dan stres mereka sendiri akan lebih mampu untuk membuat keputusan yang rasional dan berdasarkan pada nilai-nilai etika. (3) Mengelola hubungan interpersonal: Dalam menghadapi dilema etika, guru sering harus berinteraksi dengan berbagai pihak, termasuk siswa, rekan kerja, dan orang tua. Keterampilan interpersonal yang baik akan membantu guru untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif, serta membangun hubungan yang baik dengan semua pihak yang terlibat. (4) Membangun lingkungan kelas yang positif dan inklusif: Guru yang memiliki kesadaran diri dan kesadaran sosial yang baik akan lebih mampu untuk menciptakan lingkungan kelas yang positif dan inklusif, yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang baik dan memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Dengan demikian, kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan, khususnya dalam menghadapi dilema etika.

Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan banyak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu (1)Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; (2) Menentukan siapa saja yang terlibat; (3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan; (4) Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola; (5) Pengujian paradigma benar lawan benar; (6) Prinsip Pengambilan Keputusan; (7) Investigasi Opsi Trilemma; (8) Buat Keputusan dan (9) Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika seringkali kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik karena pendidik adalah contoh utama bagi siswa dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai moral dan etika. Pendidik yang memiliki nilai-nilai etika yang kuat, seperti kejujuran, integritas, dan empati, akan cenderung untuk membuat keputusan yang adil dan bertanggung jawab dalam situasi dilema etika. Mereka juga akan mampu untuk memberikan contoh yang baik bagi siswa tentang bagaimana menghadapi dilema etika dengan cara yang benar.Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat membantu pendidik untuk merefleksikan nilai-nilai yang mereka pegang dan memahami bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam situasi praktis. Hal ini dapat membantu pendidik untuk meningkatkan kesadaran mereka akan implikasi etis dari keputusan yang mereka ambil dan memastikan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada nilai-nilai yang mereka pegang. Selain itu, pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat membantu pendidik untuk memahami perspektif siswa dan bagaimana nilai-nilai mereka mempengaruhi keputusan mereka. Hal ini dapat membantu pendidik untuk lebih efektif dalam membantu siswa untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai moral dan etika.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat sangat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Berikut beberapa alasan mengapa pengambilan keputusan yang tepat penting dalam menciptakan lingkungan yang positif yaitu (a) Kepuasan anggota: Keputusan yang tepat akan membuat anggota merasa dihargai dan dihormati. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan anggota dan menciptakan lingkungan yang positif. (b) Keterlibatan anggota: Keputusan yang tepat juga dapat meningkatkan keterlibatan anggota dalam kegiatan dan keputusan organisasi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk pembelajaran dan pertumbuhan anggota. (c) Kepercayaan dan keamanan: Keputusan yang tepat dapat membangun kepercayaan dan keamanan dalam organisasi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi anggota. (d) Pembentukan budaya organisasi yang positif: Keputusan yang tepat dapat membantu membentuk budaya organisasi yang positif, di mana anggota merasa didukung, dihargai, dan dihormati. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan kondusif untuk pertumbuhan organisasi.

Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang tepat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Sebagai guru, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika, terutama jika ada perubahan paradigma di lingkungan kerja. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi anatara lain : (1) Kurangnya waktu untuk refleksi: Sebagai guru, waktu adalah aspek yang sangat penting. Namun, dalam kasus dilema etika, pengambilan keputusan yang tepat memerlukan waktu untuk refleksi yang memadai. Tantangan ini menjadi lebih besar jika terdapat perubahan paradigma di lingkungan kerja yang mempercepat waktu pengambilan keputusan. (2) Tekanan dari berbagai pihak: Guru seringkali dihadapkan pada tekanan dari berbagai pihak, termasuk siswa, rekan kerja, orang tua, dan pihak administrasi. Tantangan ini dapat membuat guru merasa terdesak untuk membuat keputusan tanpa mempertimbangkan secara menyeluruh dampak etis dari keputusan tersebut. (3) Kurangnya dukungan dari pihak pimpinan: Dalam beberapa kasus, guru mungkin merasa kurang didukung oleh pihak pimpinan dalam menghadapi dilema etika. Tantangan ini dapat membuat guru merasa kesulitan untuk mengambil keputusan yang berdasarkan pada nilai-nilai etika. (4) Perubahan paradigma di lingkungan kerja: Perubahan paradigma di lingkungan kerja dapat mempengaruhi cara guru dalam mengambil keputusan. Tantangan ini terutama muncul jika perubahan paradigma tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai etika yang dianut oleh guru.

Kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda, tantangan-tantangan tersebut dapat menjadi lebih kompleks jika terdapat perubahan paradigma yang signifikan dalam cara kerja atau nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Dalam hal ini, guru perlu mempertimbangkan secara cermat dampak etis dari keputusan yang mereka ambil dan bagaimana keputusan tersebut akan mempengaruhi hubungan dengan berbagai pihak di lingkungan kerja

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan kita terhadap pengajaran dapat memerdekakan murid-murid kita, terciptanya merdeka belajar. Melalui merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan dan kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Dengan demikian, diharapkan murid-murid akan sukses dalam bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya, dan bertanggungjawab atas pilihan mereka. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa semua pengambilan keputusan berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi dan membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.

Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, seperti yang terlihat pada kurikulum kelas I,II,IV dan V Sekolah dasar yang tidak lagi memecah materi menjadi beberapa kompetensi, namun menjadi satu kesatuan utuh dan mendalam dalam satu mata pelajaran. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan sosial emosional murid-murid kita.

Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, kita dapat menggunakan berbagai macam strategi. Beberapa strategi yang dapat kita gunakan diantaranya mengevaluasi kebutuhan dan minat murid, mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan individu, mengevaluasi hasil pembelajaran.

Dengan demikian, pengambilan keputusan yang tepat dalam konteks pengajaran dapat mempengaruhi pembelajaran yang memerdekakan murid kita. Hal ini dapat membantu mereka merasa dihargai, merasa aman dan nyaman, serta merasa memiliki kendali atas pembelajaran mereka sendiri.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Ada beberapa cara di mana keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi masa depan murid-muridnya, diantaranya: (a) Penyediaan sumber daya yang memadai: Seorang pemimpin pembelajaran bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan untuk pembelajaran, seperti fasilitas, peralatan, buku teks, dan teknologi, tersedia secara memadai. Keputusan untuk menyediakan sumber daya yang memadai dapat memengaruhi kualitas pembelajaran dan kesempatan yang diberikan kepada murid untuk mengembangkan potensi mereka. (b) Pengembangan kurikulum yang relevan: Seorang pemimpin pembelajaran terlibat dalam pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan minat murid. Keputusan dalam merancang kurikulum dapat mempengaruhi jenis pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan kepada murid, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk bersaing di dunia yang terus berubah. (c) Pengelolaan dan pembinaan pendidik dan tendik: Seorang pemimpin pembelajaran berperan dalam mengelola dan membina pendidik dan tendik. Keputusan terkait dengan pelatihan, pengembangan profesional, penugasan tugas, dan dukungan bagi staf pengajar dapat berdampak langsung pada kualitas pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan kepada murid. (d) Membangun budaya sekolah yang kondusif: Seorang pemimpin pembelajaran berperan dalam membentuk budaya sekolah yang inklusif, mendukung, dan berorientasi pada pembelajaran. Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran dapat memengaruhi atmosfer sekolah, hubungan antar anggota sekolah, dan persepsi murid terhadap lingkungan belajar mereka.

Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Melalui pengambilan keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kepentingan murid, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu memastikan bahwa murid memiliki akses ke pembelajaran berkualitas dan peluang yang memadai untuk meraih kesuksesan di masa depan.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan utama yang saya dapat dari pembelajaran materi ini dan hubungannya dengan modul sebelumnya adalah bahwa kemampuan pengambilan keputusan merupakan kompetensi atau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Dalam melaksanakan tugas dan perannya, seorang guru harus mempertimbangkan prinsip filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan membentuk pola pikir dan karakter murid. Untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil dapat memberikan manfaat bagi banyak orang, menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman (well-being), serta dapat dipertanggungjawabkan, harus didasarkan pada budaya yang positif dan mengikuti proses yang teratur seperti BAGJA. Tujuannya adalah untuk membimbing murid menuju profil pelajar Pancasila, yang seringkali dihadapkan pada dilema etika dan godaan moral dalam perjalanan pembelajaran mereka.

Sebagai sebuah institusi yang bertanggung jawab atas pelayanan, bimbingan, pendidikan, dan pengajaran kepada peserta didik, sekolah memiliki peran penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan membentuk karakter peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya, sekolah seringkali dihadapkan pada banyak keputusan yang perlu diambil, dan guru sebagai pemimpin pembelajaran bertanggung jawab untuk mengambil keputusan yang bijak, dengan memprioritaskan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati di kelas. Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran dengan mengikuti alur BAGJA selalu bertujuan untuk mewujudkan budaya positif guna menciptakan lingkungan yang nyaman (well-being). Guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing murid agar menjadi individu yang cerdas dan berkarakter, sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Namun, untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan komitmen dari semua pihak. Dalam menghadapi permasalahan yang mungkin muncul, baik berupa dilema etika maupun godaan moral, diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil selalu berpihak kepada murid demi tercapainya merdeka belajar.

Salah satu implementasi merdeka belajar adalah melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi, kebutuhan individu murid dapat dipenuhi sesuai dengan bakat, minat, dan gaya belajar masing-masing

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman tentang konsep-konsep yang telah dipelajari dalam modul ini tampak cukup komprehensif. Dari pembahasan yang telah diberikan, dapat disimpulkan bahwa dilema etika dan bujukan moral merupakan dua aspek penting yang seringkali dihadapi dalam pengambilan keputusan, terutama dalam konteks pendidikan. Konsep dilema etika mengacu pada situasi di mana individu dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang semuanya memiliki konsekuensi etis yang baik dan buruk. Di sisi lain, bujukan moral adalah situasi di mana individu merasa tertarik atau tergoda untuk mengambil tindakan yang tidak etis, meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut tidak benar. Maka perlu di analisis paradigma yang di ambil dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengambialn sesuai dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Menurut saya, hal yang mengejutkan adalah bahwa dalam pengambilan keputusan, tidak hanya diperlukan pemikiran dan pertimbangan, tetapi juga paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting agar keputusan yang diambil dapat tepat sasaran dan memberikan manfaat yang besar bagi banyak orang. Selain itu, dalam pengambilan keputusan, diperlukan sikap keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya sudah pernah menghadapi situasi dilema etika sebelumnya, namun dalam mengambil keputusan saya hanya mengandalkan pemikiran dengan beberapa pertimbangan. Saya merasa cukup aman dengan keputusan saya karena sesuai aturan dan tidak merugikan banyak orang. Namun, setelah mempelajari modul ini, saya merasa lebih berpengetahuan dan telah mempraktikkan cara pengambilan keputusan yang tepat dengan langkah-langkah tertentu yang didasari oleh paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

13. Top of Form

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep-konsep yang saya pelajari dalam modul ini telah memiliki dampak yang signifikan pada pola pikir saya. Sebelumnya, saya beranggapan bahwa pengambilan keputusan yang didasarkan pada regulasi dan norma sosial saja sudah cukup. Namun, sekarang saya menyadari bahwa ada banyak aspek yang menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang baik. Dalam konteks ini, ada empat paradigma dilema etika: individu lawan kelompok, keadilan lawan belas kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, serta jangka pendek lawan jangka panjang, yang semua didasarkan pada tiga prinsip dan sembilan langkah. Saya berencana untuk menerapkan dasar-dasar tersebut dalam setiap pengambilan keputusan, baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan menggunakan dasar-dasar ini, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan lebih tepat dan akurat, serta selalu berpihak pada kepentingan murid.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi yang terdapat dalam modul 3.1 PGP angkatan 9 ini sangatlah penting dan bermakna bagi saya, karena dalam peran apapun yang kita emban, kita pasti akan menghadapi situasi yang memerlukan kita untuk membuat keputusan. Keputusan-keputusan ini akan membentuk kebijakan-kebijakan yang akan mempengaruhi perjalanan sekolah dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan memastikan bahwa guru-guru memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, kita dapat merujuk pada 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip yang telah dijelaskan dalam modul ini. Selain itu, keputusan yang diambil dapat diuji melalui tiga pendekatan: Uji Intuisi, yang berkaitan dengan berpikir berdasarkan aturan (Rule-Based Thinking), Uji Publikasi, yang berkaitan dengan berpikir berdasarkan hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mengutamakan hasil akhir, dan Uji Panutan/Idola, yang berkaitan dengan prinsip berpikir berdasarkan rasa peduli (Care-Based Thinking).

Demikian koneksi antar materi modul 3.1 PGP yang saya paparkan, saya menyadari masih jauh dari kata sempurna sehingga harus terus belajar lebih banyak, untuk itu mohon masukan, saran ataupun umpan balik agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak dalam belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Sehingga menjadi guru yang tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju menyongsong Indonesia Emas.

Nadiman, S.Pd

CGP-Angakatn 9 Kab. Batang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post