Nak, jika besok kamu memilih jalan penulis, maka jangan memuja seseorang. Ketika itu kamu lakukan, kamu kehilangan ketajaman nurani. Kamu memuja, kehilangan kritik dan keberanian. Lebih repot lagi, hanya menjadi corong pembela tak berkesudahan.

Nak, jika besok kamu memilih jalan penulis, maka jangan tempelkan kakimu ke kelompok tertentu. Ketika kamu lakukan, jemarimu kelu tak lagi bermutu. Kamu bagian dari kelompok; tulisanmu kejam tanpa ampun kepada kelompok lain, imut bagai kucing anggora untuk kelompokmu.

Nak, jika besok kamu memilih jalan penulis, maka berdirilah pada prinsip-prinsip kehidupan. Tidak peduli siapa dia, tidak peduli berapa juta orang yang akan berbeda pendapat denganmu, tulisanmu tetap mengaum buas. Karena ditulis dari nurani yang lurus tak mudah bengkok.

Nak, jika besok kamu memilih jalan penulis, maka menulislah karena sesuatu itu harus dibaca orang lain, bukan karena orang ingin membaca (yang menyenangkan hati mereka saja). Tidak peduli berapa orang yang akan sakit hati, apalagi cuma lalat-lalat tukang bully tak jelas wujudnya, tulisanmu akan mengaum menggetarkan. Karena ditulis dari akal sehat yang waras.

Lantas genapkan dengan terus berlatih dan belajar. Selalu cari cara terbaiknya menyampaikan sesuatu. Lihai dan lincah, mendekap pembaca. Terbuka atas kritikan dan masukan. Terus produktif dan maju.

Ingatlah. Penulis akan mati. Tulisannya akan tertinggal. Dibekukan oleh waktu.

Tapi hanya penulis paling “buas” di belantara piciknya pemikiran yang tulisannya akan sungguh abadi. Dibaca lagi, lagi, dan lagi. Setelah puluhan tahun berlalu.

Follow fb : Apotoxin