Guru adalah profesi mulia dan terhormat. Di tangan dan hatinyalah ada kekuatan besar. Kekuatan untuk mengantarkan anak didik menjadi generasi emas dan bertakwa. Itu tugas yang cukup berat. Tetapi, para guru yang berkualitas dan berdedikasi tinggi terhadap negeri, tentu mampu berusaha mewujudkannya.

Di sini, ada satu hal yang mengusik rasa di hati. Khususnya bagi Ibu Guru yang sudah berkeluarga. Aneka tugas kewajiban di rumah, sekolah dan komunitas yang diikutinya, tentu akan banyak menyita waktu. Tentunya sang Ibu Guru dituntut untuk pandai memenej waktu dengan sebaik-baiknya.

Nah, peran suami yang sudah merestui profesi istrinya menjadi guru sangat penting. Suami harus komitmen dengan janjinya mendukung tugas istri. Selama Sang Ibu Guru bisa memenej waktu dengan baik. Karena bagaimanapun, Ibu Guru yang sudah berkeluarga mempunyai tanggung jawab sebagai istri bagi suaminya. Dan bertanggung jawab sebagai Ibu bagi anak-anaknya.

Tinggal ada komitmen kesepakatan antara suami dan istri, untuk saling bantu. Bukan terpaksa membantu dengan setengah hati. Karena Rasulullah SAW pun menjahit baju beliau sendiri yang robek, karena beliau berniat membantu dan menghargai istrinya.

Bila kurang ada support dari suami, Sang Ibu Guru yang kelelahan dengan berbagai amanah tugas, tentu akan mudah sakit. Bila sudah begini, tentu suami jugalah, orang pertama yang super repot menjalaninya. Dan membina keluarga yang saling support antara suami istri, perlu kesabaran, kelapangan hati dan keikhlasan. Agar Ibu Guru lebih nyaman berkontribusi mendidik generasi bangsa. Generasi Emas Indonesia, masa depan cerah, bahagia dan sejahtera.