Satu hikmah terbesar serangan Sars Cov 2 buat saya pribadi, mata saya menjadi terbuka bahwa di luar sana banyak loh dokter genah dan baik hati. Meski saya ga tau lebih banyak jumlah mereka atau dokter- dokter yang udah pernah saya temui dan buat saya antipati berurusan dengan dokter dan RS di negeri Namdwa.

Bencana ini juga membuat saya jadi bisa melihat lebih banyak profil dokter; gini toh yg ada di pikiran si dokter tipe A, atau oooh jd segitu aja ya niat nya si dokter tipe B, atau masya Allah alangkah mulianya si dokter tipe C. Dll dsb - etc ( end of thinking capacity Ina dalam mengelaborasi kata lol). Satu hal yang pasti buat kita orang awam, era ini memberi kita kemudahan untuk bisa melihat apa yang dulu tak terlihat.

Yah semoga dengan begini kualitas pelayanan medis negeri ini jadi lebih baik. Saya no problem sih mereka run business, why not? Tapi bukan apa- apa di business kan donk, kaya.....hah yg ini isilah titik- titik sesuai pengalaman anda aja ya.

Saya juga mainnya di bisnis pendidikan, padahal medis dan pendidikan dua sektor yg mestinya tidak berorientasi pada profit. Tetapi buat saya pribadi ada kok celah me-monetize nya tanpa menciderai idealisme. Karena itu saya ga serta merta bilang dokter tu harus gratis, RS tu jangan cari untung, no bun....der.

Ngomong- ngomong sebenernya mo nulis gini agak ragu- ragu ya, soalnya takut dikira saya follower membabibuta dokter- dokter yang vokal menyuarakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan, atau saya takut dianggap tersesat karena postingan orang- orang jenius Indonesia yang sebenarnya ilmiah, tapi sayang mereka tidak bergelar.

Padahal ya, kayanya IQ saya ga jongkok- jongkok amat, insya Allah masih bisa lah menelaah, memproses, baru memutuskan mau diapakan sebuah informasi yang saya temui, jadi ya saya setuju dengan ide belajar bisa dimana saja dan dari siapa aja. Sebagai guru, kita bukan team yang penting klik share dulu baca kemudian donk kan ya?