Inayatul 'Izzah

Terlahir dari keluarga guru, menginspirasinya untuk menjadi guru yang baik. Being a Multitalented Teacher adalah mimpi terbesarnya....

Selengkapnya
Navigasi Web

SLIME OH SLIME!

Setiap pagi, baru bangun tidur langsung menyambangi slime. Siang juga slime. Sore pun slime. Malam slime. Pasti ketika tidur, itu anak juga mimpi slime. Sepertinya mainan anak-anak yang satu ini telah menguasai hari-hari si kecil. Oh, God! What should I do?

Gendhuk kumat lagi. Kukira sudah selesai masanya bermain slime. Pasalnya, sudah beberapa hari ini aku tidak melihat anak semata wayangku itu mengublek-ublek wadah kecilnya. Sempat lega rasanya ketika dia tak lagi minta uang untuk membeli lem dan juga bahan-bahan lainnya. Rupanya, kebahagiaanku itu hanya berlangsung sementara.

“Assalamu’alaikum!”Wa’alaikum salam!” sahutku. “Kok senyam-senyum, ndhuk? Ada apa?” Itu, buk. Abang-abang yang jualan di sekolah sekarang juga jualan slime instant!” katanya mengawali cerita. “Slime instant?” “Iya. Slime-nya udah jadi gitu. Jadinya kita ndak usah bikin sendiri deh!” lanjutnya. Tersenyum tipis, ia pun masuk ke dalam kamarnya.

Oh, God! Alamat bakal sibuk dengan slime lagi ini. Dulu memang gendhuk selalu meracik sendiri slime-nya. Maklum, banyak video tentang slime di dunia maya. Banyak juga anak seumuran gendhuk yang berusia sepuluh tahunan atau bahkan lebih muda sudah menjadi ‘Pengusaha Slime’. Jadi, aku tidak heran dari mana dia mempelajarinya. Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa dia selalu merebut hape ibunya. Sebentar aja lah, ini lah itu lah. Ada saja. Huh ….

Aku paham bahwa slime lagi mendunia. Di mana-mana, anak-anak disibukkan dengan mencet-mencet lendir berwarna warni berbau wangi (baca slime) itu. Pagi. Siang. Sore. Malam. Berkecimpung dengan slime. Geregetan rasanya. Dia harus tahu waktu. Aku seharusnya bisa bersikap lebih tegas pada gendhuk. Batasi waktumu, ndhuk!

Pernah aku membuat sebuah tabel tentang nilai positif dan negatifnya bermain slime. Anak menjadi berani mempresentasikan hasil karyanya, menyusun kata mejadi kalimat yang luwes, mengekspresikan diri. Lalu, tabel satunya berisi lupa makan, mandi, tidur, ngaji, belum lagi si kuman dan bakteri. Terus apa lagi?

Bunda, apakah bunda juga mempunyai masalah yang sama? Apa yang harus kita lakukan bila anak sudah terlena dengan slime? Meski ibunya marah, sepertinya tu anak enjoy aja. Oh, God! What should I do?

*Penulis adalah peserta Sagusabu Surabaya 3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tulisan yang renyah dan bergizi. Dahsyat

20 Oct
Balas

Keren.....

20 Oct
Balas

Matur nuwun, Pak Leck! Saya ingin belajar menulis yang baik dan berisi. Mohon nasehatnya.

20 Oct
Balas

Keren suka..

20 Oct
Balas



search

New Post