Indah Ayu Nursita Rahmawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Make A Match Tingkatkan Hasil Belajar  SAINS

Make A Match Tingkatkan Hasil Belajar SAINS

Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran SAINS menekankan pada pengalaman siswa secara langsung. Siswa harus dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Menurut Durukun (2011) Keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya ditentukan oleh peran guru dalam mengembangkan metode yang digunakan. Peran guru dalam hal ini adalah bagaimana kreatifitas guru dalam mendesain proses belajar mengajar yang efektif, yaitu proses belajar yang mengembangkan metode dengan penekanan pada partisipasi dan keaktifan siswa di kelas. Guru hendaknya berperan sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan pembimbing. Menurut Tiballa (2017) Pembelajaran merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain guru, siswa, sarana, media, serta lingkungan. Agar pembelajaran berlangsung efektif, guru memiliki peran yang sangat penting. Guru tidak hanya berfungsi sebagai sumber ilmu, tetapi juga harus berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pengembangan minat siswa dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. Namun pada kenyataannya guru masih kesulitan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga proses pembelajaran belum memenuhi standar proses sesuai dengan yang diharapkan, yang kemudian mengakibatkan hasil belajar siswa di kelas VI (enam) SDN 2 Pasuruhan Kecamatan Karagkobar Kabupaten Banjarnegara pada materi Perkembangbiakan Tumbuhan secara Vegetatif hasilnya belum sesuai yang diharapkan, terbukti dari 10 siswa hanya 3 siswa (30%) yang mencapai nilai ketuntasan sesuai KKM yang dipersyaratkan yaitu nilai 70.

Permasalahan-permasalahan diatas membutuhkan suatu solusi. Alternatif solusi yang akan penulis lakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran yang diterapkan yaitu Cooperative Learning Tipe Make A Match, menurut penulis dengan model pembelajaran ini siswa lebih aktif karena dituntut untuk mengamati tumbuhan contohnya tunas pisang (observing), siswa merumuskan pertanyaan terkait hal-hal yang ingin diketahui (questioning), mengumpulkan informasi atau mencoba dengan melalui pengamatan, eksperimen, wawancara, membaca buku maupun sumber belajar lainnya (eksperimenting), siswa menggunakan data yang didapatkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan sehingga siswa dapat menarik kesimpulan (associating), siswa menyampaikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mereka didepan kelas baik secara lisan maupun laporan tertulis (networking). selain itu, model Cooperative Learning Tipe Make A Match merupakan variasi model pembelajaran yang menyenangkan sehingga diharapkan menumbuhkan minat belajar siswa serta memotivasi siswa dalam belajar. Menurut Deschuri (2016) dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Make A Match siswa akan lebih bersemangat karena model pembelajaran tersebut terdapat unsur permainannya dan siswa pun dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Model Cooperative Learning Tipe Make A Match ini mampu menciptakan kondisi kelas yang interaktif, aktif, dan efektif sebagai sarana untuk melatih keberanian siswa, serta mampu menghilangkan kebosanan siswa ketika pembelajaran berlangsung.

Penggunaan model Cooperative Learning Tipe Make A Match di SDN 2 Pasuruhan kelas VI (enam) adalah sebagai berikut : (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yag cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; (2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu; (3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang; (4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban); (5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi point; (6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya; (7) Kesimpulan atau penutup.

Dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Make A Match, hasil belajar siswa kelas VI (enam) di SDN 2 Pasuruhan pada materi Perkembangbiakan Tumbuhan secara Vegetatif mengalami peningkatan yang signifikan dimana pada kondisi awal ketuntasan belajar baru mencapai 3 siswa (30%) dan setelah dilakukan penerapan model Cooperative Learning Tipe Make A Match ketuntasan belajar menjadi 9 siswa (90%). Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sesuai dengan teori belajar menurut pandangan konstruktivistik dalam (Siregar, 2014), belajar merupakan suatu proses pembentukkan pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan siswa dari proses pembelajaran yaitu siswa menjadi lebih tau, sehingga nilai siswa menjad lebih baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post