Indah khurotul Ainia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Merebut Hati Siswa dengan Instagram
replika instagram dipapan tulis

Merebut Hati Siswa dengan Instagram

Kala itu, dibulan Agustus 2015, saya berkesempatan mengajar disekolah menengah kejuruan (read: STM) tepatnya di SMKN 1 Madiun. Walau hanya berlabel sebagai guru Bahasa Inggris PPL, dan hanya bias melangsungkan kinerja selama 1 bulan, namun pantang bagi saya untuk tak berantusias dan memanfaatkan setiap kesempatan merantau di kota pecel itu dengan sebaik-baiknya. Alhasil, berbagai warna cerita kutemukan selama berkesempatan mengajar mereka, para siswa kejuruan dari berbagai macam jurusan seperti teknik gambar bangunan (TGB), teknik batu beton (Bbt), dan juga teknik perkayuan (Kky).

Salah satu cerita hadir ketika saya berkesempatan mengajar dikelas XI teknik gambar bangunan. Kelas yang berpenghuni para calon arsitek ini membuat saya harus memutar otak mendesain materi pembelajaran beserta cara penyampaian yang mengena dibenak siswa. Tidak cukup mengena tapi juga diharapkan sampai ke long term memory mereka. Sementaraitu, berbicara mengenai kemampuan guru dalam membuat materi pembelajaran beserta kepiawaiannya dalam menyampaikan materi yang telah dibuat, saya bersyukur pertengahan maret lalu berkesempatan mengikuti seminar mengenai“Pedagogical contents Knowledge on the Teaching of Languages” denganpembicara Prof. Dr. Qismullah Yusuf (UniversitiPendidikan Sultan Idris, Perak, TanjongMalim, Malaysia) di auditorium K.10 Pascasarjana Unesa. Dalam kesempatan langkah tersebut, saya mendapat ilmu yang berharga, tepatnya ilmu menjadi seorang guru yang dapat merebut hati siswa.

Prof. Qismullah menguraikan beberapa poin terkait kiat menjadi guru yang peka terhadap siswanya. Pertama, seorang guru diharapkan mengerti dan memahami persepsi siswa. Singkatnya, untuk menjadi guru yang baik kita diharapkan mampu memosisikan diri sebagai siswa. Seorang guru diharapkan melakukan pengajaran tidak hanya berdasar pada motif pribadi, namun ada baiknya menimbang dari sisi persepsi siswa. Apakah ketika diberi materi A dengancara penyampaiannya tertentu misalnya, siswa dapat tertarik, nyaman dan antusias dalam belajar? Kiat yang kedua adalah seorang guru yang baik diharapkan mampu mendeteksi kesulitan belajar siswa. Dengan kemampuan tersebut, guru kemudian harus mampu memberi solusi belajar yang tepat sesuai level dan gaya belajar siswa. Kemudian yang terakhir adalah menggunakan cara penilaian yang baik pula. Ada kalanya guru menerapkan sistem penilaian yang variatif disebuah kelas yang dikatakan heterogen karena hasil belajar siswa dipengaruhi oleh variabel-variable yang berbeda terutama dari segi internal siswa . Benang merah dari poin-poin tersebut yakni seorang guru diharapkan tidak hanya mahir dalam hal content-knowledge namun juga harus menjadi sosok yang berkapasitas dalam hal pedagogy.

Back to kelas teknik gambar bangunan yang saya ajar. Saya mencoba menerapkan pembelajaran yang erat kaitannya dengan gambar visual. Secara anak-anak Tgb tiap harinya bergelut dengan hal sketsa gambar dan sejenisnya. Oleh karena itu, ketika mengajarkan pelajaran expression, saya mencoba untuk memutarkan video dialog penggunaan ekspresi-ekspresi yang diharapkan siswa mampu menguasainya. Setelah itu, mengenai tugas/projek,saya menginstruksikan mereka mentransfrom pembuatan dialog dalam bentuk comic strip. Tak sampai disitu,sebuah ide dating ketika semua media pengajaran berbasis elektronik yang telah saya persiapkan tak mampu mengiringi performa saya dikarenakan listrik mati. “Inna ma’al usri yusro.” Dimana ada kesulitan, disitu ada kemudahan.

Tak kehabisan akal, akhirnya saya memanfaatkan media konvensional yang ada seperti whiteboard dan boardmarker untuk menjadi dewa penolong. Saya menggambar sebuah tempat wisata di magetan, yakni telaga sarangan. Sebuah tempat wisata yang popular dikalangan anak muda Madiun dan sekitarnya termasuk siswa-siswa saya kala itu. Kemudian, saya memanfaatkan hobi para siswa yang suka berselancar di sosial media salah satunya aplikasi buat majang foto, Instagram sebagai alat pemancing partisipasi siswa.Dibawah gambar yang telah saya buat dipapan tulis tersebut, saya cantumkan caption mengenai opini saya terhadap telaga sarangan. Kemudian saya mengakhiri caption tersebut dengan ekspresi asking for their opinion.Dan Alhamdulillah, satu persatu dari siswa berlomba-lomba maju untuk mengekspresikan pendapat mereka terhadap “telaga sarangan”. Dan tak sedikit dari mereka yang memberi suggestion mengenai tempat pariwisata lain yang lebih keren dari telaga itu.See, kesederhanaan tak membatasi sebuah keajaiban untuk terjadi hehehe.

Walau hanya bermodal ide dadakan, papantulis, dan sebuah board marker; para siswa dapat belajar secara antusias dan meaningful. Hal sederhana yang membuat siswa meras asedang bermain dengan gadgetnya, berselancar di social medianya, mengekspresikan dirinya. Padahal kenyataannya, mereka sedang belajar. Belajar secara fun dan otentik tentunya :).

Terima kasih, semoga menginspirasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

great bu, ide power of kepeped yang powerful.....

07 Apr
Balas

Terima kasih pak sudah berkenan membaca tulisan saya yg amatir ini :D Salam kenal.

07 Apr

Keren de. The power of kefefet

04 Apr
Balas

Hehehe terima kasih pak. Semoga brmanfaat. Salam kenal

05 Apr



search

New Post