INDAH KURNIASIH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kolaborasi dan Budaya Diet Plastik

Kolaborasi dan Budaya Diet Plastik

Sekolah pada dasarnya sebagai sarana guna melaksanakan pendidikan memang diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih maju, berilmu, dan berkarakter. Di sekolah, nilai kehidupan masyarakat dan juga pribadi, peluang pengembangan diri serta peningkatan produktivitas dapat di gali dan kemudian dikembangkan. Sekolah dapat diartikan sebagai center of excellence terbentuknya karakter masyarakat yang lebih kritis dan juga memiliki keterampilan untuk jauh lebih berkembang.

Sekarang ini, berbagai hal didapat lebih mudah. Pola pikir manusiapun sudah terbiasa dengan mendapatkan sesuatu harus dengan mudah, banyak diantara kita yang sudah melupakan proses. Bahkan proses yang berpengaruh terhadap masa depan bumi yang kita tempati ini memiliki resiko lestari atau rusak, sudah tidak lagi menjadi pemikiran banyak orang.

Dalam dunia industri hampir semua barang dikemas dengan plastik. Memang plastik lebih awet, murah, praktis. Hampir semua jajan di sekolahpun dalam kemasan plastik. Hal ini berakibat sampah plastik semakin menumpuk, dan resiko kedepannya sangatlah berbahaya untuk kelestarian alam. Kita semua tahu, jika plastik sangat sulit diuraikan bahkan membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal inilah yang menjadi perhatian penulis walaupun dalam lingkup sekolah.

Pembiasaan untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai, dengan harapan semua warga sekolah dapat ikut serta mengurangi meningkatnya sampah plastik di lingkungan sekolah.

Sehingga sekolah perlu menerapkan pembiasaan menjadi budaya untuk membentuk karakter warga sekolah terutama peserta didik. Penekanan pembiasaan yang dimaksud adalah pembiasaan diet plastik. Diet plastik atau meminimalkan penggunaan plastik sangat penting dilaksanakan dirumah maupun di sekolah. Suatu contoh, untuk meminimalkan sampah plastik di sekolah, peserta didik diharuskan membawa botol minum dari rumah. Dengan cara ini peserta didik tidak lagi membeli minum kemasan plastik yang sering dijual pedagang di pinggir jalan dekat sekolah. Hal ini ada beberapa keuntungan, diantaranya; 1) air yang diminum peserta didik betul-betul higienis, 2) ekonomis karena peserta didik tidak perlu membeli, 3) menekan bertambah banyaknya sampah plastik, 4) kebersihan sekolah lebih terjaga.

Pembiasaan dilaksanakan baik di rumah maupun di sekolah. Karena pembelajaran dilaksanakan secara daring, maka pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah terbatas jika peserta didik hadir di sekolah karena keperluan tertentu. Juga dilaksanakan oleh wali kelas untuk memantau lewat WA grup kelas, baik dalam memberikan tugas maupun laporan yang disertai foto peserta didik hasil melaksanakan diet plastik. Peran orang tua juga sangat penting dalam pembiasaan di rumah, karena waktu terbanyak adalah bersama orang tua di rumah. Peran penting ini dilaksanakan dengan keteladanan dan pembimbingan secara terus menerus.

Agar mereka di rumah, terbiasa tidak menggunakan plastik sekali pakai. Jadi plastik yang masih dapat digunakan tidak langsung dibuang namun disimpan agar dapat digunakan lain waktu. Plastik bekas bungkus makanan atau yang lain yang tidak mungkin dapat dimanfaatkan lagi, dikumpulkan dan dimasukkan dalam botol bekas air mineral. Botol bekas tersebut dijadikan sebagai tempat sampah khusus plastik kering, bila sudah terisi penuh dan padat maka botol akan terasa berat, inilah yang disebut ecobrick. Hal tersebut dilaksanakan secara terus-menerus, maka akan terjadi penurunan jumlah timbunan sampah plastik dilingkungan kita.

Melakukan kebiasaan-kebiasaan baik secara terus menerus, banyak berpengaruh pada keberhasilan pembentukan budi pekerti seseorang. Anis Ibnatul M, dkk (2013: 1) mengatakan bahwa pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah segala sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk membiasakan individu dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir dengan benar. Dalam proses pembiasaan berintikan pengalaman, sedangkan yang dibiasakan adalah sesuatu yang diamalkan.

Pembiasaan akan menjadi budaya bagi pribadi yang melaksanakan dan budaya memberikan andil besar pada lingkungan dimana peserta didik berada. Dengan berkolaborasi antara orang tua, kepala sekolah, guru, penjaga, dan peserta didik, untuk menerapkan diet plastik. Gerakan ini diikuti semua warga sekolah, peserta didik diwajibkan membawa tempat makan dan botol minum atau tumbler dari rumah bila ke sekolah, sehingga menjadikan makanan dan minuman yang dikonsumsi peserta didik lebih sehat. Sedangkan pedagang kantin, meminimalkan penggunaan plasik dengan menjual nasi menggunakan piring atau daun. Walaupun masih ada jajan ringan dalam kemasan plastik, namun bungkus kemasan tersebut dimasukkan dalam botol bekas minuman mineral dibuat ecobrick.

Penerapan diet plastik dilingkungan sekolah pada awalnya memang susah. Banyak peserta didik dan wali murid merasa repot. Berkat kerjasama guru dan penjaga sekolah yang memantau terus-menerus serta kesadaran dari wali murid niscaya akan menyadari pentingnya program tersebut, sehingga lingkungan akan menjadi lebih asri. Jika semula timbunan plastik merajalela dilingkungan sekolah, dengan memanfaatkan sampah plastik lingkungan akan menjadi rapi dengan ecobrick yang indah, bahkan dapat dimanfaatkan menjadi meja kursi dan sebagainya.

Melalui kolaborasi dalam penerapan pembiasaan rutin, ternyata dapat menjadi budaya warga sekolah. Orang tua peserta didik sudah terbiasa membawa botol sendiri bila menghadiri undangan di sekolah. Pihak sekolah lebih ringan karena minum tamu undangan langsung ambil air galon yang sudah disediakan. Siswa juga terbiasa bila datang ke sekolah dengan membawa air minum dari rumah.

Diet plastik dengan berkolaborasi berbagai pihak, membangun kesadaran peserta didik, wali murid serta masyarakat. Kesadaran masyarakat menjadi gerakan dari bawah yang sangat efektif dalam mengatasi persoalan sampah ini. Sehingga ada keterpaduan dalam hasil budaya tersebut. Budaya peserta didik menunjang lingkungan sekolah menjadi minim plastik dan asri. Sedangkan budaya wali murid berpengaruh pada jumlah sampah di lingkungan masyarakat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post