Hari kita saya masuk kelas zoom, beberapa anak sangat bersemangat mengikuti kegiatan yang baru hari ke dua dilaksanakan. Yang membuat saya tertarik adalah ada seorang anak yang menangis, tiba-tiba ada seorang anak yang berkata “sudah jangan menangis ya…dari kejauhan secara sayup-sayup. Betapa perdulinya anak tersebut. Untuk anak usia kelompok B, memang sikap perduli harus selalu ditananamkan. Karakter peduli ini yang harus dibiasakan saat anak masih usia dini.

Jika kita perhatikan banyak sekali orang yang peduli saat pandemic seperti ini. Ada cerita tentang seorang tukang bubur yang membagikan buburnya secara gratis kepada oaring-orang yang isoman, padahal tukang bubur tersebut masih ngontrak rumahnya. Seorang pedagang ayam geprek juga melakukan hal yang sama. Ada warga yang memberikan makan secara bergantian pada orang yang sedang isoman di dalam rumahnya, khawatir mereka membutuhkan makan sehari-hari. Juga bantuan obat-obatan serta buah yang mendukung isomannya.

Di lain tempat ada warga yang marah-marah kepada tetangganya, karena tetangganya terpapar covid tapi masih keluar rumah, dengan alasan ingin membeli obat, karena persediaan obatnya sudah habis. Ada lagi ditemukan suami istri yang sedang isoman meninggal dan tidak ada satupun warga yang mengetahuinya. Ada yang menjauhi karena khawatir akan tertular sampai-sampai dia jalan berputar tidak mau melewati rumahnya, apalagi membantunya.

Menurut KBBI arti kata peduli mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Kalau kepedulian adalah sikap mengindahkan, sikap memeprhatikan. Perhatian kita semua memang sangat diperlukan saat ini. Saat saya masih kecil hidup dikampung masyarakatnya sangat peduli. Sepertinya gotong royong atau membantu orang yang kesusahan itu sesuatu yang sudah terbiasa. Tidak ada yang menyuruh, rata-rata mungkin pendidikannya tidak tinggi. secara spontanitas dilakukannya. Kegiatan makan bersama sering sekali dilakukan biasanya di bawah sebatang pohon yang rindang masing-masing kita membawa makanan lalu kita makan secara bersama-sama tanpa memandang kasta dan tahta. Jika ada yang memerlukan bantuan seperti ada acara pesta perkawinan, rata-rata tidak memanggil orang untuk memasak tapi dari tetangga-tetangga saja yang membantu memasak. Atau apabila ada orang yang meninggal maka tanpa disuruh mereka bergotong royong membantu mengurus sesuatu untuk keperluan penguburan dan lain-lainnya. Jika dekat maka mayatnya digotong beramai-ramai untuk dikuburkan. Sangat indah kepedulian saat itu.

Namun saat ini rasanya kepedulian kita sangat dibutuhkan sekali dan sudah menjadi keharusan untuk dilakukan. Memang saat yang terpapar meninggal kita tidak bisa mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, minimal kita memiliki kepedulian terhadap keluarganya. Membantu memberikan semangat dan motivasi, mendoakan agar yang meninggal diberikan tempat yang terbaik di sisinya. Banyak yang bisa kita lakukan, kita ditantang untuk peduli. Peduli terhadap sesama manusia peduli terhadap penderitaannya, tidak banyak bicara namun langsung dilakukan. Tinggalkan sikap kita yang sering pamer karena banyak orang-orang yang tidak beruntung seperti kita. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman “Dan tolong menolonglah kamu dalam menegrjakan kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaanya. (Qs. Al Maidah ayat 2).