ANDAI MEREKA ITU....
Sebenarnya, aku tak ingin ikut bicara soal kasus susur sungai. Tapi tiap kali melihat foto kakak pembina yang digunduli, beredar di mana-mana tiba-tiba ada yang terasa sakit di hati, perih merinai sepanjang ingatan.
Aku seperti trauma, tak ingin melihat, mendengar, atau pun membaca berita itu. Aku membayangkan bahwa salah satu dari beliau adalah bapakku, Suamiku, atau saudaraku. Betapa luka ini akan abadi mendiami hati.
Mereka adalah guru, mereka ayah, mereka suami, mereka kakek. Tak kan mungkin melukai keluarganya dengan niat membunuh murid-muridnya.
Katakanlah ini petaka di dunia pendidikan, tapi benarkah dengan cara itu menghakimi. Tidakkah engkau tahu, bahwa jerit tangis para ibu yang kehilangan adalah pisau yang mencabik-cabik hati mereka. Lebih sakit dari segala dera. Lebih remuk dari semua hukuman.
Aku hanya bisa bilang bukan begitu caranya!
Ini masih Februari, tidak hanya hujan yang dijatuhkan dari langit, untuk merendam angkara yang mulai merajalela. Tapi juga air mata yang turut menggenapi setiap duka dari negeri yang katanya loh jinawi.
Benar atau salah memang ada batas dan ketentuannya. Seberat dan sebesar apa sudah ada takarannya.
Tentu tahu bagaimana memperlakukannya.
Tentu beda cara menjalankannya.
Bayangkan jika itu bapakmu, suamimu, saudaramu. Bagaimana kau menempatkan hatimu, untuk menjadi orang yang paling tabah?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Suka sekali style tulisan jenengan bu. Pelukan hangat dari jauh.
Ma kasihhhh hadirnya say
Keren
Ma kasih pak
Salam PRAMUKA itu tak seriuh dan semeriah sapa hangat Kaka pembina. Menggudulnya bak menghilangkan mahkota kehormatannya.Oke lah ..kasus hukum ..hukum mereka ..apakah protapnya harus gundul...trus di post di banyak medsos ...sebagai kuli ilmu hati saya merasa teriris....Tulisan ibu guru ini sebenarnya adalah wakil dari tangisan dari para guru...Semoga kita bisa petik hikmahnya...dan Arif menyikapinya..
Benar pak, sebab saya pernah jadi pembina Pramuka lebih dari 10 tahun. Tahu betul bagaimana rasanya. Jujur saja hati saya miris setiap mendengar kasus itu diberitakan di mana-mana. Apalagi yg terbaru katanya penggundulan itu atas permintaan nya sendiri. Sungguh naifnya, mereka itu.