Hari ke-4

Begini, setiap guru memiliki cara tersendiri untuk mengatasi permasalahannya dalam proses pembelajaran. Baik itu terkait dengan masalah akademik yang bisa berupa konten materi atau pun non akademik yang berkaitan dengan siswa atau hal-hal di luar pelajaran.

Benar nggak?

Misalnya, pada saat pembelajaran tiba-tiba ada salah seorang siswa yang menangis. Sudah dirayu dan dibujuk-bujuk tetap saja tak diam. Jadi bingung kan? Mau dibiarkan saja? Wowww jelas tak mungkin. Sebab disamping akan mengganggu proses belajar, tentunya itu sangat bertentangan dengan hanura. So, apa yang dilakukan guru?

Ehemmmm, guru mempunyai seribu satu cara untuk mengatasinya. Saya yakin seyakin-yakinnya. Guru akan mendekati siswa tersebut dan mengajak menjauh dari teman-temannya, kemudian akan mengeluarkan rayuan mautnya. Sehingga siswa tersebut akan diam dan menurut apa kata gurunya. Pasti pernah mengalaminya kan?

Nah, jangan heran bila kadang-kadang ada kecemburuan dari orang tua siswa. Kenapa siswa seolah lebih sayang kepada guru daripada orangtuanya.

Eiiit... Jangan salahkan guru bila semua itu terjadi. Sebab kehadiran guru dalam kehidupan siswa terutama di SD akan sangat dominan. Apa yang dikatakan guru akan dipatuhi oleh siswa, bahkan apa yang dikatakan oleh guru itulah yang terbenar. Betul nggak?

Makanya guru harus berhati-hati di sini, jangan sampai melukai hati siswa. Jika siswa sudah kehilangan kepercayaan pada gurunya, lantas apa kata dunia?

Hal yang menyedihkan. Kalau sudah begitu pengobatannya akan sulit. Mengembalikan kepercayaan yang hilang harus mengerahkan segenap kesungguhan, ketulusan dan keikhlasan.

Nah, itulah yang saya anggap sebagai ekspresi kreatif dari guru. Jadi, tidak benar bila ada anggapan guru Indonesia itu tidak kreatif. Sebab kreatif itu mencakup banyak dimensi lho. Suweeerr!!!!

Edisi Remidi