K/80
Aku termangu, hatiku berdebar setelah menerima kunci dari bagian administrasi. Kasak kusuk yang kudengar bahwa aku akan menempati ruang istimewa yang sudah melegenda di kantor ini. Aku tidak tahu apa istimewanya ruangan ini. Biarlah, aku tak mau berpikir macam-macam yang penting bismillah, tidak berniat buruk dan mencoba bersahabat dengan alam. Yang kutahu bahwa ruangan ini bersebelahan dengan pemakaman, meski ada pagar pembatas dan sebuah gang menuju ke sawah penduduk namun aura adem dan lembab sangat terasa ketika aku membuka pintu kamar, dingin menusuk pori-pori.
Rasa penat setelah menempuh perjalanan hampir 12 jam, dengan oper kendaraan sebanyak empat kali membuatku merasa lelah dan ngantuk. Apalagi pembukaan acara masih dua jam lagi, cukup untukku rebah tiduran.
"Kak, bisa nggak minta tolong?"
Belum juga memejamkan mata, sebuah suara lembut mengusik penatku. Aku keluar menuju ke arah datangnya suara. Setelah membuka jendela aku terkesima, ada perempuan cantik yang kerepotan membawa buku-buku. Subhanallah cantiknyaaaa, ini peserta dari manakah???
"Sini dik, aku bantu," jawabku spontan.
"Boleh Kak," jawab perempuan itu sambil tersenyum.
Ada lesung pipi yang membuat dadaku bertalu-talu, setelah menduda hampir dua tahun baru kali ini aku merasa tertarik pada seorang wanita. Tapi sungguh naif, bila langsung kunyatakan. Biarlah kunikmati rasa indah yang menjalar di sendi kelelakianku. Aku menemani perempuan itu menuju ruangan, sepanjang koridor kami bercerita panjang lebar.Tahulah aku bahwa perempuan cantik itu bernama Respati, berasal dari Madiun.
"Kak, bisa nyalain laptopku?" tanyanya ketika aku hendak pamit.
"Memang ada masalah dengan laptopnya, dik?" Aku balik bertanya.
Lagi-lagi dia hanya tersenyum, dan aku makin kalang kabut. Aku sungguh terkiwir-kiwir pada Respati. Aku mencoba mengoperasikan laptopnya, tidak ada masalah.
"Sudah beres, dik?" Jawabku bangga bisa membantunya.
"Ma kasih, kak," jawab Respati dengan mata berbinar.
Aku terpesona dengan matanya yang bulat, seperti melihat purnama yang cahaya cerlang cemerlang.
"Minum dulu kak!"
Respati menyodorkan minuman ringan dari dalam tasnya padaku. Sambil minum kami ngobrol panjang lebar. Mulai dari isu-isu ringan hingga berita politik yang sedang bergejolak. Respati memiliki wawasan yang luas. Aku makin tertarik dengan perempuan satu ini.
Setelah beberapa saat membantu dan ngobrol ringan, aku pamit pada Respati kukatakan bahwa aku harus mengikuti acara pembukaan diklat. Dia tersenyum seraya mengucapkan terimakasih padaku.
Aku keluar ruangan melewati koridor yang menghubungkan kamarku dengan ruang diklat. Hampir sepuluh menit aku berjalan tapi tidak segera menemukan kamarku, perasaan tadi begitu dekat. Tapi sekarang aku hanya berputar-putar, ada banyak ruang dan koridor yang bentuknya sama sampai kakiku merasa capek tapi belum kutemui juga kamarku K/80. Akhirnya aku duduk di lobbi sebuah ruangan, sambil menunggu orang lewat untuk bertanya.
"Cobalah dicek di kamarnya, Pak. Soalnya di daftar penerimaan peserta ini ada orangnya," Bu Yuli koordinator kegiatan tampak panik.
"Beliau di kamar berapa sih?" tanya Bu Yuli lagi.
Setelah melihat daftar peserta Wanto menjawab, "Di kamar K/80, Bu,"
"Waduuhhh....!" Bu Yuli kelihatan makin panik.
"Mas Wanto, tolong hubungi Ustad Hanafi dan Mbah Sastro kuncen makam sebelah sekarang juga!" perintah Bu Yuli tegas.
Tiba-tiba semua menjadi tegang, suasana makin mencekam ketika Ustadz Hanafi dan Mbah Sastro datang. Mereka bergegas ke kamar K/80, ternyata di depan kamar itu sudah banyak peserta lain yang berkerumun. Tidak ada yang berani membuka pintu mereka hanya menduga-duga saja. Sampai Ustadz Hanafi dan Mbah Sastro datang, kemudian pintu dibuka ternyata tidak ada siapa-siapa selain tas ransel dan tas diklat yang diberikan panitia.
Suasana lembab dan bau wangi tiba-tiba menyeruak, Ustadz Hanafi dan Mbah Sastro khusyuk berdoa. Hampir satu jam beliau khusyuk berdoa sementara Bu Yuli mondar-mandir cemas tiada terkira.
...
Tiba-tiba semua orang di kamar dikejutkan oleh sapaan salam yang begitu lemah dari arah pintu. Sontak mereka menoleh, terkejut sekaligus merasa lega melihat siapa yang datang. Laki-laki dengan baju compang-camping itu ambruk di depan pintu.
Ustadz Hanafi dan Mbah Sastro mengakhiri doanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ma kasih dah membaca
Waduh. Saya yang terkejut karena kejutannya di belakang.
Keren..bikin penasaran kelanjutannya , bu