Indah Patmawati

Indah Patmawati, Widyaiswara di P4TK PKn dan IPS. Lahir di Madiun, sebuah kota yang penuh sejarah dan terkenal dengan nasi pecelnya. Alamat di Jalan Parianom B4...

Selengkapnya
Navigasi Web
Miss Portofolio

Miss Portofolio

Hari ke-14

Pernahkah kau mendapat julukan tertentu, karena mengemban tugas yang berulang-ulang. Seolah-olah bila yang mengerjakan bukan dirimu maka semua akan terbengkelai dan tak bisa jadi. Sebab hanya dirimu yang menguasai baik secara substansi maupun secara finishing pekerjaan. Pasti awalnya kau merasa sesuatu banget kan? Senang, bangga, dan merasa paling OK di antara semua teman-teman di kantor.

Seperti yang kualami nih, aku mendapat julukan Miss Portofolio di sekolahku. Entahlah mengapa begitu. Kenapa nggak Miss Universe yang sudah jelas dengan slogannya “Confidently Beautiful”(cantik dengan penuh percaya diri). Lha ini apa hubungannya dengan Miss Portofolio yang menjadi julukanku sekarang? Upss... yang jelas nggak ada sama sekali. Beda haluan gitu ya.

Semula aku tertawa riang aja menerima julukan itu. Senang juga, karena menurutku mereka memberi julukan itu tentunya bukan tanpa maksud. Hal ini berkaitan dengan beberapa kegiatan yang dilaksanakan di sekolah akhir-akhir ini.

Aku adalah guru yang mendapat tugas mengajar di sekolah yang difavoritkan masyarakat. Difavoritkan? Emang masih ada istilah seperti itu setelah adanya sistem zonasi? Meskipun pemerintah mengharapkan adanya pemerataan baik segi kuantitas maupun kualitas dari sebuah sekolah, serta memudahkan orang tua murid untuk memberikan pengarahan pasca kegiatan belajar mengajar sekolah berakhir. Tetapi, sebagian masyarakat masih ada yang punya sudut pandang berbeda dalam menilai sebuah institusi untuk mempercayakan pendidikan putera puterinya. Mereka tetap punya keyakinan bahwa sekolah tertentu memiliki nilai plus dalam pelayanan sehingga out put lulusan sangat bagus dan memuaskan hati. Hal ini tidak bisa dipungkiri dan faktanya memang begitu. Ah, itu mungkin hanya di daerahku saja. Kalau di tempat lain mungkin berbeda.

Sekolahku sering sekali mengikuti kegiatan lomba, baik itu yang berangkat atas inisiatif dan inovasi sekolah sendiri mau pun karena penunjukan dari dinas. Beginilah resiko sekolah yang difavoritkan. Selalu menjadi harapan dan tumpuan mulai dari tingkat kecamatan maupun kota/kabupaten untuk kegiatan lomba.

Mengapa begitu?

Ada banyak alasan tentunya. Yang pertama, di sekolahku memiliki guru dengan etos kerja yang tinggi karena sudah terbiasa dan dibudayakan kerja keras. Kedua, memiliki SDM yang setara atau berimbang sehingga memudahkan untuk komunikasi dan koordinasi. Ketiga, didukung oleh peran aktif orang tua wali murid yang sangat peduli pada kemajuan lembaga. Keempat, menurutku yang paling tak kalah penting, adalah adanya leader (kepala sekolah) yang visioner dan memiliki kemauan kuat untuk maju.

Setiap kegiatan lomba, sering diawali dengan pengiriman portofolio. Nah, disinilah cerita ini berawal. Kebayang nggak seberapa banyak dan seberapa tebal portofolio itu. Sebenarnya sih tergantung komponen yang diikuti dalam kegiatan tersebut, semakin banyak komponen akan semakin tebal. Terutama bukti fisiknya.

Memang, semua adalah team work (kerja tim). Tidak mungkin bisa dikerjakan sendiri. Oleh kepala sekolah semua telah dibagi-bagi. Dan dasar pembagiannya pun dengan pertimbangan yang matang dan masak. Artinya sesuai dengan bidang dan kemampuan dari masing-masing guru. Dan aku sering ditunjuk sebagai ketua atau penanggung jawab. Kalau yang ini dasar penunjukannya apa, aku nggak tahu. Kegiatan ini pun tidak cukup dikerjakan seminggu dua minggu. Bahkan kadang lebih. Karena mengerjakannya tentu saja setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. Kalau perlu setiap hari lembur.

Di sini aku sering dihadapkan pada sebuah dilematis. Di satu sisi ingin segera menyelesaikan portofolio dengan sebaik-baiknya, tapi di sisi lain juga harus tetap maksimal dalam mengajar. Ini adalah hal terberat bagiku. Kalau sudah menangani lomba begini mau tak mau proses belajar mengajar akan terganggu. Sebab kadang siswa juga akan dilibatkan untuk kegiatan. Semua harus disiapkan dengan maksimal kan, supaya berhasil dan sukses. Ibaratnya terlanjur basah ya sudah mandi sekali (wuiiihhh kayak lagu dangdut aja).

Kalau masing-masing kelompok sudah menyerahkan tugas dalam bidangnya (sesuai komponennya), siapa finishingnya? Huhuhu....itulah bagianku. Seabrek kertas-kertas yang berupa bukti fisik itu harus disusun menjadi sebuah portofolio yang menarik dan enak untuk dibaca. Yang tidak familier dengan tumpukan kertas yang berserak sedemikan banyak, tentu akak kliyeng-kliyeng melihatnya. Suwerrr berani jamin nih...!

Awalnya aku juga begitu saudara, melihat kertas sebegitu banyak vertigo mulai ngintip ngajak bercanda. Tapi ketika berpikir mau nggak mau bahwa ini harus diselesai. Jadi yang modalnya nekat aja.

The power of kepepet.

Pada menit terakhir selalu berharap ada keajaiban seperti saat bermain sepak bola. Sudah tidak ada teman lagi, kalau sampai di sini. Karena mereka punya alasan masing-masing untuk masuk ke ranah ini, rata-rata mereka nggak sanggup. Sebab tidak hanya sekedar menumpuk, menata, atau menyusun. Tapi yang lebih menyita waktu adalah mencari di titik mana terdapat kekurangan, di bagian mana harus menambah, atau harus mengadakan lagi. Jadi, butuh konsentrasi tingkat tinggi.

Andai bisa hanya dengan mantra bim salabim semua jadi. Maka ingin kubayar pesulap yang dengan sekali ayunan tangan selesai.

Kembali pada the power of kepepet, tekanan dan tuntutan memberikan energi ekstra dalam bekerja, tidak mudah lelah karena ada motivasi intrinsik untuk segera mengakhiri tugas ini maka jadilah portofolio yang cantik dan menarik dan mudah dibaca. Karena seringnya aku menyelesaikan portofolio ehhh mereka menyebutku sebagai Miss Portofolio.

Bayangkan jika setahun ada dua sampai tiga kegiatan seperti ini, betapa tak berdayanya aku. Sementara kadang sekolah tak bisa menolak tugas dari dinas, atau lebih tepatnya kadang kepala sekolah tak punya nyali untuk menolak. Maka kamilah yang njleput, tentu saja akan berimbas pada siswa. Sebab gurunya terlalu sibuk dengan portofolio.

Rasanya ingin punya mantra apa gitu, yang bisa menyulap segala sesuatu sesuai keinginan. Cling!

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post