PELAJARAN HIDUP
Namanya Bu Malika (jadi ingat iklan kecap ya), tukang sayur langganan ibuku. Usianya mungkin sepantaran dengan ibu antara enam puluh tujuh sampai tujuh puluhan.
Tak peduli panas dan hujan, yang penting tiap hari nggenjot sepeda tuanya dengan menggunakan caping sebagai penutup kepalanya. Dan seombyok dagangan di boncengan maupun bergelantungan di stangnya.
Sikapnya yang low profil, nrima ing pandum membuatku seperti mendapat pembelajaran hidup.
Apa yang kupetik dari sikap hidupnya?
Bahwasanya hidup ibarat orang berjalan. Kalau sudah tahu alamat dan tujuannya maka tinggal menentukan mana jalan terdekat yang bisa ditempuh. Tapi kalau belum tahu jalan, harus rajin bertanya agar tidak "keblasuk dan keblusuk,"
Wong bertanya saja juga harus melihat, apakah yang ditanya itu benar-benar tahu atau tidak.
Sepintas seperti lagunya Ayu Ting Ting, Alamat Palsu, analogi sederhana, tapi bila dipahami sarat akan makna.
Kembali pada Bu Malika, yang dengan santai berjualan keliling, entah sejauh mana rutenya. Tidak gentar, dengan pagebluk yang namanya Corona. Katanya bahwa segala sesuatu harus dihadapi dengan Arif bijaksana. Karena sadar bersikap 'kebat' seringkali bakal 'kliwat'.
Hidup, kadang memang harus memilih, tapi kadang tak sempat juga menentukan. Tiba-tiba, mak benduduk harus dijalani begitu saja. Siap nggak siap, mau nggak mau, dan suka nggak suka.
Begitu saja, ya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar