Indah Sukawati

Qudrat sebagai Literat. Inilah amanah yang pertama dititipkan Sang Pencipta kepada manusia, agar menjadi mulia dan mampu memimpin dunia. Mari membaca....

Selengkapnya
Navigasi Web
Semua (Tidak) Dibuang ke Tempat Sampah

Semua (Tidak) Dibuang ke Tempat Sampah

#TG hari ke- 86

Membaca tulisan CEO Media Guru Indonesia hari ini saya ikut prihatin dengan komentar yang pesimis seperti itu. Hal seperti itu bukanlah guyonan. Kemana tulisan yang tidak dimuat? Takut dibuang di tempat sampah? Bukankah kita sudah berkarya dengan hati? Bagi saya bahagia bisa berkarya, bisa dimuat di majalah itu sebuah bonus tambahannya. Bukan menjadi target yang harus dicapai, hingga mengakibatkan lemah dan mencari kambing hitam bila tidak diterbitkan.

Menulis menjadi media untuk bercerita, apalagi Gurusiana kita memberi ruang bagi pembaca seluruh dunia untuk membaca tulisan kita. Bukankah itu luar biasa? Sekitar 27 sampai 30 tahun yang lalu saat saya masih duduk di bangku SMP dan SMA, saya mencurahkan semua isi hati dengan tulisan saya pada buku harian. Zaman saya dulu kami sebut diary. Puluhan buku harian saya punya yang saya beli dengan menyisihkan uang jajan. Saya tulis dengan tulisan tangan sendiri, dalam senyum, tangis, dan tawa seorang diri saja. Karena masa itu tak ada komputer, tiada internet apalagi blog-blog menulis yang menjadi media. Tak ada yang membaca tulisan saya selain saya sendiri. Saya tulis sendiri lalu saya baca sendiri, ternyata semua itu sangat berarti. Mengoreksi dan mengagumi sendiri tulisan saya. Kadang cerita-cerita itu membahagiakan saya, saat kembali saya mengulang membacanya. Bahkan tak jarang mengajari saya akan sebuah peristiwa yang menyertakan hikmahnya. Itu yang membuat saya kecanduan menulis buku harian.

Lalu setelah sekian tahun puisi-puisi dan cerpen-cerpen saya sempat diterima di majalah sekolah saya. Meskipun hanya organisasi jurnalistik tingkat sekolah, guru kami juga mengajari bagaimana memilih naskah yang layak untuk dimuat. Majalah Dwi Adisma milik SMA Negeri 2 Semarang pada 1992 dan 1993. Masih ingat cerpen masa SMA saya yang berjudul Champion Lover, yang sempat sejenak jadi bahan pembicaraan di sekolah karena dikatakan bagus. Meski sebentar hilang lalu dilupakan. Dan setelah itu, tak pernah ada lagi tulisan saya di majalah, mungkin karena saya yang kurang belajar. Namun setiap penolakan itu, tak pernah membuat saya terluka. Karena menulis saja itu sudah sangat membahagiakan saya.

Ketika perjalanan waktu membawa saya menjadi seorang guru, tulisan saya sedikit berbeda nuansa. Menulis laporan-laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas, beberapa jurnal ilmiah, buku antologi dan opini pendidikan. Hingga membawa saya menjadi Juara II Penelitian Tindakan Kelas Tingkat Kota Semarang pada jenjang SMP 2018, menjadi Juara II Guru Berprestasi Tingkat Kota Semarang pada jenjang SMP 2019. Itu semua adalah bonus, bukanlah target.

Sampai akhirnya Pelatihan Sagu Sabu Semarang 3 menjatuhkan saya pada pelukan Gurusiana. Sebuah pertemuan luar biasa anugrah sang Pencipta. Saya bisa menulis tiap hari, berekspresi tiap hari, dan banyak yang mengapresiasi. Ini adalah kepuasan bahkan kebahagiaan tersendiri.

Yang sakit hati dan merasa tulisannya tidak berguna, mungkin harus kembali meluruskan hatinya. Menulis bukanlah tentang target, tapi tentang passion. Hasrat yang kuat untuk mengungkapkan dan menyampaikan sesuatu. Entah untuk diri sendiri atau untuk hal-hal yang lain. Biarkan semua mengalir sesuai gelora hasrat di dada, tanpa tanpa harus terkurung dengan target diterbitkan atau sebuah capaian yang membanggakan. Bila masih belum diterima berarti masih belum mengena atau belum cukup diambil manfaat. Bila sudah dimuat, maka akan semakin menguatkan hasrat. Namun dengan mampu menulis saja, harusnya sudah sangat bahagia. Begitulah, setidaknya itu menurut saya.

Marilah terus menulis, meskipun belum juga berhasil dimuat pantanglah penat. Bukankah kita juga masih punya Gurusiana yang setia menampung cerita kita? Dan rekan-rekan sesama penulis yang aktif dengan komentar motivasinya. Jangan berhenti mengungkapkan hati, karena kita harus berekspresi. Seperti pada Teori Kebutuhan Maslow bahwa kebutuhan manusia pada tingkat yang tertinggi adalah aktualisasi diri, bukan sekedar penghargaan apalagi materi. Mari terus aktualisasikan diri. Kelak barangkali tulisan kita bisa menginspirasi dan memberi manfaat lebih dari yang kita targetkan yaitu sekedar dimuat di majalah atau surat kabar.

Terus berkarya Gurusianer literat yang hebat! Teruslah menulis pantang penat! Kelak tulisan kita pasti bermanfaat!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

barakallah... alhamdulillah...

17 Jul
Balas

Matur nuwun..pak CEO sebuah kebahagiaan yg sangat besar..pak Kumendan memberi komentar utk sy di sini. Barakallah..

17 Jul

Setuju bun. Semoga yang salah niat segera berubah.

17 Jul
Balas

Aamiiin..ya Allah...

17 Jul

Keren, inspiratif

17 Jul
Balas

Makasih bu..mari terus semangat

17 Jul

Keren bu

17 Jul
Balas

Makasih bu cantik..sedang belajar terus

17 Jul

Sip. Keren.

16 Jul
Balas

Matur nuwun pak

17 Jul

very good..sangat inspiratif, menggugah jiwa bu..

17 Jul
Balas

terima kasih..

17 Jul

Mantap,Bu. Menyemangati...

16 Jul
Balas

Trima kasih bu.kita saling menyemangati..

17 Jul



search

New Post