Indiah Dewi Murni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Catatan Hari Pertama

CATATAN HARI 1

Hari Sabtu, 12 Desember 2015 perjalanan di awali dari Bandara Adi Sumarmo Solo tepat pk. 07.40 dg pesawat Garuda GA 223 jurusan Solo – Jakarta. Pukul 08.55 Alhamdulillah tiba di Bandara Sukarno hatta. Proses pindah pesawat cukup singkat waktunya karena pk. 09.40 pesawat GA 608 jurusan Jakarta – Palu telah menunggu. Proses boarding selesai dan sekitar lima menit menunggu, mulai terdengar panggilan untuk memasuki pesawat. Perjalanan dengan GA 608 memakan waktu kurang lebih 5 jam 30 menit. Transit di makasar hanya beberapa menit. Hem...selama ini terbang bersama Garuda memang selalu puas.

Pukul 15.10 WITA pesawat GA 608 sudah mulai persiapan pendaratan di bandara Mutiara Palu. Dalam perjalanan ke pengambilan bagasi, saya melihat di depan saya beberapa orang menggunakan rompi kemitraan kepala sekolah. Dalam hati saya bersyukur, Alhamdulillah ketemu dengan teman seperjuangan. Sambil menunggu koper tiba, saya sempatkan menghampiri teman-teman dan berkenalan, langsung akrap. Mungkin karena sama-sama perantauan. Akhirnya kita bersepakat menuju ke hotel bersama. Saya, pak Agus dan pak Suparto keduanya dari Jogyakarta.

Karena sudah ada koordinasi dengan teman mitra dari Petasia Barat tempat tujuan maka dengan mudah kami sampai di penginapan hotel Dely. Istirahat sebentar, observasi lingkungan, dan menunggu waktu esok hari untuk menuju lokasi.

Pukul 04.00 sopir Delita Trans yang sudah dipesankan teman mitra, sdh mulai memberi informasi akan segera menjemput kami, dan kami pun segera siap-siap dan Salat subuh. Kurang lebih pk. 04. 45 kita berankat berenam. Saya, pak Agus, pak Parto, Pak Lilik dari Rembang yang sudah datang lebih dulu, dan 2 teman dari Tasik. L 300 Delita Trans mulai meluncur membawa kami perjalanan dari Palu menuju Morowali Utara (Kolonodale).

Beberapa saat dari hotel kita sudah keluar dari kota Palu, dan memulai perjalanan nan menyenangkan. Sepanjang jalan di kanan dan kiri silih berganti pemandangan gunung dan jurang nan indah. Sekitar pk. 07.45 kita bertemu dengan kampung Tubuli kecamatan Pargi Utara. Disini pak sopir menghentikan kendaraannya, kemudian berkata “ Kita sarapan disini saja karena kita akan bisa ketemu warung lagi masih sekitar lima jam kedepan”. Kita manut saja karena kita tidak tahu sama sekali dengan kondisi perjalanan yang akan kita lalui. Kami turun dan sarapan nasi kuning dengan lalampa tersedia di atas meja. Kami mengira lalampa adalah lauk yang bisa kita makan bersama nasi kuning. Oleh karena itu satu persatu dari kami mengambil dan membuka bungkus dari daun yang masih hangat dan berbau harum daun pisang yang dibakar. Berharap ada pepes dibalik daun pisang, ternyata lalampa adalah lemper. Ha...ha.... nasi kuning lauk lemper bakar ? Sambil bergurau tentang pepes lemper, akhirnya sebungkus nasi kuning, sebungkus lalampa dan ditemani teh celup panaspun kami habiskan sampai bersih.

Usai makan kita meneruskan perjalanan, dan beberapa saat kemudian disebelah kiri jalan ada pemandangan indah bagian dari teluk Tomini. Teman saya berkata, “ indah pak, kenapa tidak berhenti foto sebentar pak ?”. kemudian pak sopir menjawab, “ ndak cukup waktu kita untuk berhenti karena akan ada penutupan jalan di Tentena. Jika sampai di sana lebih dari pk.14.00 bisa-bisa kita sampai tujuan esok subuh” katanya dengan logat khasnya.

Keluar dari Tubuli, berjalan beberapa saat kemudian sampai di perkampungan muslim., masih di wilayah Parigi Utara. Disepanjang jalan dipasang asmaul husna seperti di kota Demak kalau di Jawa Tengah. Kendaraan terus melaju kencang dan pemandangan sekitar tidak ada yang saya tinggalkan utk melihatnya.

Sekarang kita masuk di wilayah Parigi Selatan, daerah ini adalah daerah pertanian. Di kanan kiri jalan tampak persawahan hijau yang sangat luas, berselang – seling dengan kebun kelapa dan coklat. Kata pak sopir daerah ini merupakan lumbung padi Sulawesi Tengah. Pendududknya mayoritas pemeluk Hundu Budha karena penduduk di sini merupakan transmigran dari Bali. Suasana betul2 seperti di Bali, karena di setiap rumah, petak sawah dan kebun selalu ada pura tempat sesaji dan persembahyangan. Subhannallah.... kebhinekaan, keindahan, kesuburan Indonesiaku tampak jelas didepan mataku. Puja-puji pada Illahirobbi tak henti ku senandungkan dalam hati sepanjang jalan, yang telah menganugerahi alam Indonesia ini. Kekagumanku pada bangsaku membuat makin cinta padanya dan menimbulkan motivasi untuk berbuat lebih untuknya.

Dari perkampungan transmigan Bali perjalanan kami kembali melewati pegunungan, jurang, perkebunan kelapa, coklat berselang-seling. Kendaraan melaju tudak sekencang sebelumnya karena jalan menanjak berkelok-kelok. Kurang lebih 1,5-2 jam kami keluar dari Parigi selatan dan masuk ke kabupaten Poso. Melewati gapuro kab. Poso perjalanan kami masih melewati jalan naik turun berkelok-kelok untuk sampai di kota Poso. Pada jalan yang sudah mulai datar kami lihat di sebelah kiri jalan hutan bakau dan pantai. Kurang lebih 30 menit di jalan datar, ternyata masih naik turun lagi bahkan makin tajam. Beberapa kilometer sebelum kota Poso ada pondok Gontor Poso yang cukup besar.

Pukul 11.14 kami sampai di kota Poso dengan pemandangan laut di sebelah kiri jalan, Subhanallah...masjidnya besar-besar dan megah-megah. Beberapa saat masuk kota Poso, pak sopir tiba-tiba menghentikan kendaraan di depan Resort kepulisian Poso. Di depan kantor terpampang daftar pencarian buronan TERORIS. Sedih rasanya dalam hati.... berkecamuk antara percaya dan tidak, antara sedih dan geram.... pertanyaan dlm hati muncul, sebetulnya siapa mereka. Sempat saya mengabadikan daftar itu. Sebentar kemudian pak sopir melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi menghentikan kendaraan, disebuah perempatan jalan besar. Katanya di perempatan itulah terjadi peristiwa POSO beberapa waktu yang lalu. Saya mencoba mengamati sekeliling, di seberang perempatan pemandangan sudah sangat berbeda dengan sebelumnya karena bukan lagi masjid besar yang saya lihat tapi gereja – gereja besar dan umbul2 disana sini untuk menyambut peringatan natal. Sekali lagi saya kagum dengan keberagaman bangsaku, toleransi yang tinggi, dan kebhinekaannya yang harus kita jaga dan junjung tinggi, yang seringkali dicederai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Kendaraan terus melaju kencang, dan ternyata kabupaten Poso luas sekali dengan keanekaragaman pemeluk agama, keanekaragaman suku, adat, bahasa daerah dan keanekaragaman kekayaan alam. Pemandangan yang indah disepanjang jalan terus berada di depan mata. Tak sekejap-pun mata tertidur. Saya sendiri heran mengapa tidak ada rasa kantuk selama perjalanan. Alhamdulillah...akhirnya tempat penutupan jalan yang dikatakan pak sopir telah kita lewati pk.13.55....huuuh hampir saja ditutup jalan, alat2 berat perbaikan jalan sudah hampir beroperasi. Kendaraan terus melaju dan kemudian berhenti di dekat danau Tentena untuk makan siang.

Perjalanan terus dilanjutkan sampai akhirnya kita sampai di tempat tujuan kota KOLONODALE yang merupakan kota kabupaten Morowali Utara, pemekaran dari Morowali. Dari kami berenam hanya saya yang turun di penginapan J & J Kolonodale, karena lima teman yang lain masih melanjutkan perjalanan ke Baturube. Alhamdulillah sampi juga di penginapan tujuan pertama denganselamat setelah perjalanan kurang lebih 16 jam. Setelah menerima kunci kamar, yang terfikir oleh saya adalah segera beristirahat agar esok hari siap menjalankan tugas di SMPN 3 Petasia Barat.

Namun tidak seperti yang saya harapkan, karena baru saja selesai mandi tiba – tiba listrik mati. Ya Allah gelap gulita, alhamdulillah HP masih ada battry 15 %. Saya coba nengok ke jendela, siapa tahu ada pemilik penginapan yang memberi lampu penerang. Tapi ternyata diluar gelap juga, tiada siapa-siapa, ngeri juga karena belum tahu pasti lingkungan di luar penginapan. Karena pada saat datang belum sempat lihat-lihat sekitar. Untuk mengusir rasa takut, saya coba chatting dengan teman-teman di grup SMPN 1 Sukoharjo sekaligus menunggu siapa tahu petugas penginapan memberi penerangan. Namun sudah 30 menit tidak datang juga penerang yang datang. Rasanya ingin menangis, ada perasaan takut, udara panas, tapi....kemudian saya menarik nafas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri dan berdoa dalam hati. Kurang lebih 1 jam kemudian hidup juga listrik. Walaupun sudah pukul 22.30 WITA saya mencoba keluar dari kamar untuk mencari makanan, dan alhamdulillah depan ada toko roti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tulisannya dahsyat

30 Jul
Balas

Catatan perjalanan yang menyemangati, Bu. Keren pokoknya.

30 Jul
Balas

nice and inspiring narration

30 Jul
Balas

Matur nuhun.....

30 Jul
Balas

Sungguh perjalanan yang luar biasa, hebat

12 Oct
Balas

Hebat Bunda. Monggo terus berkarya. Selamatttt.

20 Oct
Balas



search

New Post