“Berkata, Berpena, dan Bermakna”

Oleh: Indra Nurdianto, M.Pd.

Dua hal yang saling berkaitan dan tak mungkin bisa terpisahkan. Pendidik adalah tentang menanam. Sedangkan, penulis adalah tentang menyiram. Segala hal yang ditanam harus selalu disiram agar tak layu di sepanjang jalan.

Saya memulai karier sebagai pendidik tak lepas dari niatan dan tekad yang kuat sedari awal. Mengajar siswa-siswi di ruang kelas menjadi sebuah seni dan tantangan tersendiri dalam mengolah jiwa maupun rasa. Waktupun terlampau cepat silih berganti, saya menyadari bahwa ada banyak hal yang ingin saya sampaikan. Sementara ruang kelas terlalu sempit untuk diceritakan. Maka, mulai menulis memberi saya ruang lain untuk leluasa bersua dengan siapa saja. Bukan hanya untuk siswa-siswi saya, tapi untuk mereka yang membaca. 

Tulisan adalah perpanjangan suara yang bisa melintasi ruang dan asa. Seorang pendidik yang menulis tak hanya menyampaikan ilmu, namun juga mewariskan nilai-nilai luhur. Ia bisa menyentuh hati yang sangat jauh, menyemangati jiwa yang putus asa, dan menjelaskan pelajaran hidup yang kadang tak tertulis di buku cerita.

Saya percaya, pena pendidik tak kalah penting dari suara yang keluar saat di ruang kelas. Sebab, ketika kelas berakhir dan siswa-siswi mulai berpencar, tulisan akan tetap mengendap, dikenang, dan bahkan mungkin kelak bisa mengubah hidup seseorang ke arah yang bermakna.

Guru yang menulis bukan ingin dikenal atau dikenang. Namun lebih dari itu, ingin semua yang diajarkannya tak menguap begitu saja. Bagi saya, mendidik adalah panggilan dan menulis adalah cara untuk bertahan.

https://malangposcomedia.id/pendidik-multitalenta-menyatukan-kecerdasan-dan-spiritualitas/