Indra Nurdianto, M.Pd.

Indra Nurdianto, lahir di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Alumnus S1 Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang/UM (2014) dan S2 Pendidikan Bahasa In...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru Pembelajar Bahagia Mengajar
Guru Pembelajar Bahagia Mengajar

Guru Pembelajar Bahagia Mengajar

Guru Pembelajar Bahagia Mengajar

Oleh: Indra Nurdianto, M.Pd.

(Guru MA Almaarif Singosari)

Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap tanggal 25 November oleh seluruh bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari ketetapan yang telah tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994. Dilansir dari laman www.gurudikdas.kemdikbud.go.id/, peringatan Hari Guru Nasional tersebut bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 November 1945 (30/11/22). Peringatan ini merupakan momentum refleksi dan apresiasi jasa para guru yang telah berjuang mendedikasikan dirinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, momentum ini juga diperingati untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran pendidikan bagi masyarakat Indonesia secara luas.

Berbicara tentang peringatan Hari Guru Nasional tentu tersimpan sosok di balik sebutan pahlawan tanpa tanda jasa. Sebutan itu pantas disematkan pada sosok guru sebagai salah satu profesi mulia yang memiliki beberapa alasan atau pandangan yang kuat. Pertama, guru dikenal sebagai figur inspiratif, inovatif, dan produktif. Kedua, guru tidak pernah merasa lelah untuk mengajar atau mendidik para siswa. Ketiga, guru menjadi idola bagi para siswa atas keteladanan diri yang selalu ditunjukkan dalam berbagai kesempatan. Keempat, guru memiliki peran di setiap proses perjalanan para siswa dalam meraih kesuksesan atau keberhasilan. Kelima, guru selalu menjalankan tugas yang diembannya dengan penuh rasa tulus, ikhlas, dan bahagia.

Guru pembelajar bahagia mengajar merupakan representatif sosok ideal guru sesuai kelima pandangan di atas. Hal ini juga bentuk ungkapan komitmen untuk menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran yang dinamis dan penuh kegembiraan. Sejatinya, guru pembelajar adalah guru yang dengan tulus memperbaiki kompetensi atau kemampuannya sepanjang hidup. Guru tidak boleh larut dalam mempersepsikan dirinya sebagai sosok yang serba bisa atau serba tahu. Akan tetapi, guru pembelajar justru akan selalu meningkatkan kompetensinya dengan berbagai cara seperti mengikuti kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), seminar, memiliki perpustakaan pribadi, dan kegiatan positif lainnya yang mengarah kepada peningkatan profesionalisme.

Berkenaan dengan hal tersebut, profesionalisme guru akan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini juga akan berdampak positif pada peningkatan sumber daya manusia yang telah ditegaskan dalam tujuan pendidikan nasional. Peningkatan profesionalisme guru bisa diawali dari diri masing-masing. Maksudnya, setiap guru harus memiliki keinginan kuat untuk terus belajar melalui berbagai kegiatan yang mengarah kepada peningkatan kualitas diri. Peningkatan profesionalisme guru harus berjalan beriringan dan berkolaborasi dengan semua pihak terkait, di antaranya satuan pendidikan, organisasi profesi, pemerintah, masyakarat, serta pihak swasta. Atas dasar itu, peningkatan profesionalisme guru menjadi salah satu kata kunci untuk kemajuan pendidikan di tanah air.

Ada beberapa alasan seorang guru harus terus belajar selama berprofesi sebagai pendidik. Pertama, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas untuk dikembangkan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menuntut guru untuk terus belajar beradaptasi dengan perubahan atau hal baru yang berlaku saat ini. Ketiga, karakter siswa yang berbeda dari generasi ke generasi tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Sehingga, metode pembelajaran yang digunakan pada siswa terdahulu tentu akan sulit diterapkan pada siswa generasi sekarang. Oleh karena itu, metode atau teknik pembelajaran yang digunakan guru harus disesuaikan dengan kondisi siswa saat ini.

Guru pembelajar harus mengajar dengan perasaan bahagia karena menjadi kunci keberhasilan dalam dunia pendidikan. Guru yang bahagia mampu memberikan pengajaran yang berkualitas, memunculkan hubungan yang baik dengan siswa, dan menciptakan lingkungan sekolah yang positif. Semua ini berdampak baik pada motivasi siswa, kepuasan kerja guru, dan kesuksesan proses pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, guru harus selalu berkomitmen untuk mengajar dengan perasaan bahagia, memberikan yang terbaik bagi siswa, dan menciptakan masa depan yang cerah bagi genarasi penerus bangsa.

Menurut Gobin Vashdev (2012) dalam bukunya “Happiness Inside”, ada tiga sikap yang bisa membuat guru merasa bahagia, yaitu terus belajar, mental positif, dan selalu bersyukur. Mengapa guru harus selalu bahagia? Karena tingkat kebahagiaan guru dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran di dalam kelas. Guru yang mengajar dengan hati bahagia akan menularkan energi positif kepada siswanya, membuat suasana kelas hangat dan akrab, lapang dalam memberikan bimbingan, serta penuh senyum dan canda tawa. Tentunya kondisi seperti ini bukan hanya disukai guru, tetapi juga akan dirindukan oleh para siswa saat di sekolah.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa hanya orang bahagia yang bisa membahagiakan orang-orang di sekitarnya. Ketika hal ini dikaitkan dengan profesi guru, tentu hanya guru bahagia yang bisa membahagiakan peserta didiknya. Sehingga, sekolah akan menjadi tempat yang membahagiakan bagi siswa dan bukan justru sebaliknya. Bayangkan saja jika seorang guru mengawali pertemuan pembelajaran di kelas dengan perasaan yang tidak bahagia tentu akan menular menjadi energi yang negatif bagi siswa.

Kita tahu otak manusia tidak akan mampu bekerja secara maksimal jika dalam kondisi yang buruk atau sedang tidak bahagia. Misalnya saja hal-hal sepele yang ditemui di dalam kelas, bisa saja membuat atau menimbulkan amarah guru. Akibatnya, guru akan marah sepanjang pelajaran bahkan bisa saja menggebrak meja ketika meluapkan emosinya. Hal yang ditularkan dalam kondisi seperti ini jelas akan berpengaruh buruk pada prikologis siswa, sehingga siswa menjadi bosan dan berharap agar pelajaran cepat berakhir. Ketika kondisi seperti ini dibiarkan, maka bisa dipastikan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai karena siswa tidak mampu berdamai dengan suasana hatinya dan tidak siap mendapatkan asupan ilmu. Ketidaksiapan alam bawah sadar siswa dalam menerima sesuatu yang baru ini akan berefek pada rasa kantuk dan malas saat mengikuti pembelajaran.

Guru yang tidak bahagia justru rentan terkena stress karena selalu merasa tertekan dengan adanya tuntutan dari semua pihak yang menghendaki harus bisa segalanya. Sementara itu, kompleksitas permasalahan guru begitu banyak seperti harus siap menghadapi kemampuan dan karakter siswa yang beragam, serta belum lagi menghadapi tuntutan orang tua. Tentunya, seorang guru harus memiliki mental yang tidak hanya kuat tetapi juga sehat. Dengan demikian, sosok guru pembelajar bahagia mengajar menjadi pilar utama untuk kemajuan pendidikan bangsa Indonesia. Selamat Hari Guru Nasional 2023; Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar.

Link Tulisan di Koran Malang Posco Media (MPM):

https://malangposcomedia.id/guru-pembelajar-bahagia-mengajar/

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post