PENTINGNYA NIAT SEBELUM BERBUAT
PENTINGNYA NIAT SEBELUM BERBUAT
Oleh Indra Nurdianto
“Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niat. Dan sesungguhnya masing-masing orang akan memperoleh menurut apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang (niat) hijrahnya itu menuju kepada (keridhaan) Allah SWT dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu adalah kepada Allah SWTdan Rasul-Nya; dan barang siapa yang (niat) hijrahnya itu menuju kepada (keinginan) dunia yang hendak diperolehnya atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya sebatas apa yang ia niatkan itu saja.”
(HR. Bukhori Muslim)
Niat itu merupakan amalan hati seseorang yang paling besar. Hal ini sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam kitab-kitab ulama’ salafus sholih bahwa, “An-niyatu fil qolbi” yang mana artinya niat itu ada di dalam hati. Tidak akan ada amal (perbuatan maupun ucapan) tanpa disertai dengan niat. Semua perbuatan seseorang akan diperhitungkan oleh Allah SWT ketika disertai dengan niat dan tidak akan diperhitungkan pula oleh Allah SWT ketika tidak disertai dengan niat. Hal ini tidak secara keseluruhan (kulli), tetapi mayoritas atau kebanyakan saja (aksari). Maksudnya, adakalanya perbuatan yang tetap sah (diterima Allah SWT) meskipun tanpa niat, seperti ketika seseorang mau adzan dan mau membaca Alqur’an. Begitu pula sah meninggalkan sesuatu perbuatan tanpa disertai dengan niat, seperti meninggalkan segala perbuatan buruk.
Niat sebagai amalan perbuatan seorang mukmin dan muslim dapat ditinjau berdasarkan pengertiannya ke dalam dua aspek pembahasan, yakni secara bahasa (lughoh) dan istilah (syara’). Niat secara bahasa (lughoh) bermakna ‘qosdun’ (bermaksud atau menyengaja melakukan sesuatu), sedangkan secara istilah (syara’) yaitu seseorang yang bermaksud mengerjakan sesuatu yang disertai dengan mengerjakannya. Adapun ketika seseorang bermaksud mengerjakan sesuatu, tetapi tidak langsung dikerjakan maka dalam hal ini disebut sebagai ‘azman atau ‘kerentek hati’. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa antara niat dengan ‘azman itu berbeda dalam pelaksanaanya.
Perbuatan seseorang ketika dilandasi dengan niat yang baik, maka baik pula ganjarannya dan ketika dilandasi dengan niat buruk, maka buruk pula ganjarannya. Ada sebuah hadist yang menyatakan bahwa niat seorang mukmin itu lebih baik daripada amalnya (orang kafir). Maksudnya, niat seorang mukmin yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT lebih baik dari pada perbuatan orang kafir dalam hal sama-sama melakukan perbuatan baik yang semisal, tapi telah didahului oleh orang kafir tersebut. Niat yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT telah diperintahkan-Nya secara umum kepada umat-umat terdahulu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya di dalam QS. Asy-Syuro (42) ayat 13 yang artinya, “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada nabi Nuh.” Abul ‘Aliyah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah SWT telah mewasiatkan kepada orang-orang mukmin agar beribadah dengan ikhlas semata-mata karena-Nya dan tidak pula menyekutukan-Nya.
Seseorang yang hendak melakukan suatu perbuatan baik atau taat sebaiknya menghadirkan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT terlebih dahulu. Perbuatan yang harus diniati tidak terkhusus pada ibadah yang sifatnya mahdzoh dan ghoiru mahdzoh saja. Perbuatan-perbuatan seseorang yang sifatnya mubah, misalnya tidur, makan, berjalan, dan lain sebagainya ketika diniatkan untuk kebaikan maka akan mendapatkan ganjaran baik dari Allah SWT. Niat merupakan pokok dari segala amal (perbuatan maupun ucapan) dan menjadi asas, yang mana di atas asas itulah tiang-tiang bangunan dipancangkan. Allah SWT akan membukakan tujuh puluh pintu taufik (hidayah) bagi seseorang yang membukakan satu pintu kebaikan. Sebaliknya, Allah SWT juga akan membukakan tujuh puluh pintu kehinaan bagi seseorang yang membuka satu pintu keburukan. Oleh karena itu, pintu kebaikan berasal dari niat yang baik dan pintu keburukan berasal dari niat yang buruk pula.
Seseorang yang berniat untuk melakukan suatu kebaikan akan diberi pahala oleh Allah SWT meskipun tidak sampai dikerjakannya. Sebagaimana disebutkan dalam Musnad Abi Ya’la, bahwa Rosulullah SAW bersabda yang artinya: “Pada hari kiamat, Allah SWT berfirman pada malaikat hafazhah ‘Tuliskanlah buat hamba-Ku sekian-sekian pahala,’ mereka menjawab, ‘Oh Tuhan kami, kami tidak mengingatnya dan juga tidak tertulis di lembaran amalnya?’ Allah SWT berfirman: ‘dia telah berniat untuk melakukannya.” Sudah jelas bahwa niat baik seseorang akan tetap dicatat oleh Allah SWT sebagai perbuatan baik meskipun belum sempat melakukannya. Misalnya saja, ketika pagi ini kita berniat dengan ikhlas untuk bersedekah, tetapi tiba-tiba kita terkena musibah secara tak terduga sehingga kita tidak memungkinkan lagi untuk bersedekah, maka Allah SWT sudah mencatat niat baik kita tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa rahmat (kasih sayang) Allah SWT kepada makhluk-Nya sangat besar dan tidak terbatas.
Ada sebuah hikayat yang isinya tentang betapa berharganya niat ikhlas seseorang itu di hadapan Allah SWT meskipun belum sampai terlaksana atau berbuat. Dikisahkan pada hari kiamat kelak seorang hamba dihadapkan ke hadirat Allah SWT, lalu diserahkan kitab amalnya kepadanya, yang diambilkannya dengan tangan kanannya. Si Hamba tadi melihat di dalam catatan amal perbuatannya itu pahala haji, jihad, dan sedekah yang belum pernah dilakukannya. Maka ia pun berkata: “Oh Tuhanku, ini bukan catatan amal perbuatanku karena dahulu aku tidak pernah melakukannya semua.” Allah SWT menjawab: “Itu adalah benar-benar catatan amalmu. Dahulu engkau hidup panjang umur dan engakau sering berniat baik. Engkau pernah berkata, ‘Kalau aku punya uang aku akan naik haji; kalau aku ada uang aku akan bersedekah,’ Maka Aku ketahui niatmu yang tulus itu, lalu Aku beri engkau pahala atas niatmu itu.” Semoga dari kisah ini kita semua mendapatkan kemurahan Allah SWT untuk selalu berbuat kebaikan meskipun itu hanya sebatas pada niat yang tulus karena tidak ada yang sia-sia di hadapan-Nya kelak. Wallahu ‘alam bisshowab.
Malang, 20 Agustus 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar