Tantangan Menulis Hari ke 175

#TantanganGurusiana#

"Ayaaah.....," Nina berlari meneluk tubuh ayahnya yang mulai kaku. Air mata tak terbendung lagi. Nina menciumi wajah ayahnya berkali- kali, sambil terus memanggil ayahnya. Ia lupa kalau dirinya bukan anak kecil lagi, tapi disaat seperti ini ia seakan tak peduli. Ia melepaskan rasa sesak didadanya dan sakitnya akan akan kehilangan sang pahlawan hatinya.

"Nin... sudah... kasihan ayah, ia akan sakit jika diratapi," ungkap Kakaknya Zain sambil berusaha untuk membangunkan tubuh Nina yang masih memeluk ayahnya.

Nina menegakkan wajahnya, namun pandangannya masih menatap ayahnya lekat- lekat. Ia bergumam," Tak kan ada lagi yang menghiburku saat sedih dan galau, takkan kudengar lagi ungkapan bijak yang menyejukkan hati. Engkau terlalu baik dan penyayang, sehingga Aku tak pernah merasa sakit dan kecewa" bisik Nina dalam hatinya.

"Nina... kalau Heri dah hilang rasa capeknya, kembalilah pulang dan terus je kampung kita, sekarang udah pukul 03 dinihari, bukalah pintu, setelah sholat Subuh kami akan berangkat membawa jenazah ayah pulang," pinta Zain pada adiknya itu.

Semenjak ditinggal sang Ibu, rumah mereka sering ditinggal, tak ada penghuni. Nina lebih senang kalau ayahnya tinggal bersamanya di tempat ia menjalankan tugas. Hari ini dan untuk selamanya, rumah masa kecil itu akan sepi, Nina hanya akan menemui dua buah batu nisan yang tertanam disana.