Misteri di Hutan Karet 2 (Catatan ke 94)
Kini Ningsih berusia 6 tahun.
Sujiman dan Sartinah merawat Ningsih dengan penuh kasih sayang. Ningsih pun tumbuh sehat, tubuhnya tinggi, kulitnya hitam manis, rambutnya panjang dan tebal. Sejak kecil, Ningsih lucu dan menggemaskan, terlihat cerdas dalam setiap tingkah lakunya. Dia pintar dan pandai bergaul. Banyak teman suka kepadanya. Sayangnya, emosi Ningsih mudah terbakar, sikapnya juga sangat berani, seperti anak laki-laki. Jika ada yang meledek, Ningsih langsung berontak, bahkan berkelahi pun Ningsih mau melakukan asal ia merasa diganggu terlebih dulu.
***
Keluarga Sujiman ke Baru Ranji
***
Pagi ini udara sangat segar. Ningsih bertanya pada mamak tentang kebun karet dalam dongengnya. Ia ingin bermain ke sana tapi tidak ada yang menemaninya. Mamak harus menunggu simbok dan bapak ada urusan penting di keluarganya bapak. Ya, Sujiman sedang pergi menemui keluarganya di dusun sebelah.
“Ningsih ingin bermain ke kebun karet?” tanya Miskun pada Ningsih.
“Iya, Pakde, kata Mamak, kebun karet itu indah, udaranya sejuk, dan di sana ada peri cantik yang menjaganya. Ningsih ingin ke kebun karet, Pakde,” Ningsih merajuk.
“Ayo ikut Pakde,” Miskun mengulurkan tangannya yang disambut dengan riang oleh Ningsih.
“Horeeee, asyiiiik, Ningsih mau ke kebun karet, ya Mak?” Ningsih berjingrak. Wajahnya terlihat sangat senang.
Ningsih dibonceng Pakde Miskun naik motor menuju kebun karet. Sepanjang perjalanan Ningsih selalu bertanya dan tak bisa diam. Ningsih memang pemberani dan selalu ingin tahu.
Cukup lima menit perjalanan menuju kebun karet dari rumah Miskun. Ningsih senang sekali. Apa yang diceritakan mamak saat menjelang tidurnya benar-benar nyata. Pohon karet tumbuh berjajar berjarak dengan rapi. Membentuk seperti Lorong, wow, indah sekali. Udaranya segar karena hanya ada pohon karet yang tumbuh di lahan yang sangat luas ini.
Tapi kata mamak, di kebun karet ada perinya. Hiiiii. Ningsih mendekat Pakde Miskun dan bersembunyi di balik jaketnya.
“Ada apa, Ning?” tanya Pakde.
“Kata Mamak, di kebun karet ada perinya, … hiiii,” jawab Ningsih sambil menutup matanya.
Pakde tertawa lepas. Ningsih digendong dan hendak dibawa ke tempat para penyadap karet. Sebelum sampai ke tempat penyadap, mereka melewati para perempuan yang bertugas membagi makanan untuk para pekerja. Beberapa pekerja memperhatikan Miskun yang menggendong anak perempuan.
“Ratna, coba lihat! Mandor Miskun menggendong siapa ya? Perasaan tidak punya anak perempuan.” Kata Lastri sambil melirik Ratna.
“Mana saya tahu, Las,” Ratna tidak bersemangat menjawab pertanyaan Lastri. Ratna fokus pada pekerjaannya. Ia sedang membagi jatah makan siang hari ini.
“Maaf, ya Rat, seandainya bayimu ada, mungkin besarnya seperti anak itu ya, Rat, lihat Ratna!... dia cantik seperti kamu, Ratna, lihat dia lucu sekali!”
Lastri terus berbicara tentang anak kecil yang digendhong mandor Miskun, tapi Ratna sama sekali tidak menanggapi perkataan Lastri.
“Sudahlah, Las, mungkin dia saudara mandor Miskun atau siapa, ndak penting. Ini nih lebih penting, segera antar bungkusan makanan ini ke Kang Barno. Paling dia sudah menunggu!” jawab Ratna.
Lastri segera menerima bungkusan makanan itu dan membawanya ke Kang Barno. Kang Barno akan membaginya ke pekerja-pekerja di bawah pengawasannya.
Diam-diam Ratna memperhatikan Ningsih. Parasnya mirip dengan suaminya dulu, ah, tidak, bukan suaminya, ia tidak bertanggungjawab. Mengenangnya membuat luka hatinya semakin dalam. Sudah dikuburnya dalam-dalam tentang peristiwa 7 tahun yang lalu, kenapa tiba-tiba bayangan itu muncul lagi. Degup jantungnya seperti berdetak lebih kencang. Ah, seandainya anak itu kurawat, pasti dia sebesar anak kecil itu, batin Ratna.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Seremmmm
Hiiii
Hiiii
Hiiii
Waduuhh...jangan..jangan...dia adalah...ah tggu bsk aja dech...he he
Kayaknya looo
Kayaknya looo