#Tagurke-36

Dengan langkah sempyongan dan bir anggur di tangan si Burik meninggalkan pos pangkalannya menuju ke rumahnya. Orang kampung memanggilnya Si Burik karena sekujur tubuhnya banyak bekas luka dan dipenuhi tato yang menyeramkan. Pria paruh baya itu kerap membuat onar di kampung karena ia suka dengan mabuk-mabukan. Ia hanya lontang-lantung dan sering berkeliaran di pasar untuk memalak para pedagang di pasar. Istri dan anaknya setiap hari dibuat menangis karena ulahnya sebagai preman kampung . Si Burik Benar-benar laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

Saat ia sampai di rumah istri dan anaknya sudah terlelap tidur. Ia segera merebahkan badannya di bale-bale dan akhirnya terbuai oleh mimpinya yang indah, sampai tak terdengar adzan subuh sudah berkumandang.

Hari sudah siang tapi Si Burik masih mendengkur dengan keras .Byurrr...si Burik terbangun karena wajahnya sudah basah oleh gebyuran air istrinya yang jengkel melihat kelakuannya. Tanpa melawan si burik beranjak dari tidurnya. Kemudian Ia memacu sepeda motornya dengan kencang menuju pangkalannya . Ketika si burik melewati tikungan ia tidak menyadari di depan ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba brakkk..jederr... tabrakan tidak terelakkan lagi hingga si burik terpental dan tak sadarkan diri.Dan saat dia bangun si Burik menangis meronta -ronta karena ia sudah kehilang satu kakinya.

Rembang, 6 Juli 2020

SALAM LITERASI