PEMBELAJARAN IPA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PEMBELAJARAN IPA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHN PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh:
RISDA AMINI DAN INGE KADARSIH
UNIVERSITAS NEGERI PADANG (UNP)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana proses pembelajaran IPA menuntut pengalaman langsung siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar. Memaknai pembelajaran IPA ini sama dengan melihat hakekat atau inti sari pembelajaran IPA yang mana generasi bangsa atau dalam hal ini adalah peserta didik Sekolah Dasar (SD) tidak hanya sekedar paham tentang alam sekitar, tidak hanya memiliki sikap ilmiah, baik kritis ataupun kreatif, namun jauh dari itu bagaimana peserta didik ini memilki sikap atau karakter yang peduli terhadap lingkungan (Amini, 2005).
Fenomena sekarang ini kita lihat dari hasil atau produk pendidikan adalah banyak generasi yang tidak paham terhadap lingkungan (Inge, 2019). Ini dapat kita amati melalui perilaku atau kebiasaan kebanyakan orang sekarang, baik anak muda remaja, dewasa bahkan ada juga yang sudah tua, dan tak terkecuali juga pada peserta didik TK, SD/MI, ataupun SMP/SMPI. Contoh kecilnya membuang sampah sembarangan, jika ada yang membuang sampah pada tempatnya itupun jika diawasi, tanpa pengawasan dan hukuman, maka kembali kepada kebiasaan melempar sampah sesuka hati. Bahkan sebagian dari mereka, masih banyk yang membuang sampah ke sungai ataupun ke pinggir banda, dan bahkan ke laut. Tentu sangat ironis dan menyedihkan sekali.
Kebiasaan yang kita lihat itu tidak hanya sekadar memberikan pemandangan yang jelek, namun jauh dari itu merupakan musibah besar, bahkan tergolong bencana dunia atau bencana global, yang tanpa mereka sadari akan melenyapkan kehidupannya dan semua yang ada di alam semesta ini. Bagaimana tidak, satu sampah plastik saja tidak akan pernah hancur walaupun sudah beribu tahun lamanya tertimbun tanah, satu sampah kecil itu seperti bungkus permen akan merusak kualitas tanah. Karena zat pembuat plastik itu dari zat berbahaya yang dapat merusak kesuburan tanah. Tidak hanya tanah yang akan rusak akan tetapi juga kualitas air di dalam tanah. Maka air bersih di dalam tanahpun akan ikut akan tercermar. Jikalau tanah dan air sudah tercemar, maka tumbuh-tumbuhana akan sulit hidup, lama-kelamaan bisa layu dan mati. Sementara manusia, kita-kita ini hidup dari tanah. Dapat kita renungkan secara agama islam kita, bahwasanya kita manusia berasal dari tanah, makan dari tanah, hidup di atas tanah dan akan kembali masuk kubur ke dalam tanah.
Sudah sepatutnya manusia memikirkan masalah lingkungan ini sebagai hal sangat urgent atau nomor satu diperhatikan. Agar diperbaiki semua kebijakan ataupun sistem yang sudah ada dalam mengelola sumber daya alam dan manusia untuk lebih menuju pada kesungguhan memperbaiki lingkungan demi kelangsungan hidup umat manusia. Bahwasanya manusia hidup di atas tanah dan hidup di dalam lingkungan, maka apabila manusia tidak mengindahkan aturan dan seni bersahabat dengan lingkungan, maka siap-siaplah lingkungan akan menggulung manusia kepada musibah global, kepada kehancuran hidup manusia.
Masalah kerusakan lingkungan ini tentu berawal dari perilaku peserta didik yang tidak cinta dan peduli dengan lingkungannya. Peserta didik SD merupakan generasi penerus bangsa yang terus tumbuh dan berkembang. Yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat atau jenjang berikutnya. Sekolah dasar merupakan pondasi utama, atau peletakan batu pertama semua teori dan karakter yang akan ditanamkan pada peserta didik. Peserta didik SD merupakan kertas putih. Dan yang akan mengisinya di sini adalah guru. Apakah yang akan diisi oleh guru, kebaikan ataukah keburukan, atau hanya teori pendidikan belajar saja ataukah karakter dari yang dipelajari di setiap proses pembelajaran. Maka guru harus bertangung jawab dalam masalah ini, salah satunya memperbaiki kualitas sebagai pendidik.
Guru adalah aktor yang terbaik yang akan memberikan semua pembelajaran, begitupun dengan pembelajaran IPA bersamaan dengan semua hakekat dari pembelajaran IPA tersebut. Agar peserta didik bisa memiliki dan terwujud dari sikap nyata mereka yakninya karakter peduli terhadap lingkungan maka pendidikan lingkungan hidup juga diberikan dan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA (Timpakul, 2007).
Begitu besar dan beratnya tugas atau amanah menjadi seorang guru yang tugas beratnnya sebenarnya adalah membentuk karakter peserta didik. Maka guru harus menguasai dan memilki ilmu pedagogik pendidikan dasar, yaitu ilmu ata cara mendidik anak dengan tepat sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Salah satunya adalah guru harus memahami model pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang dikuasai dan dipahami guru untuk digunakan disetiap proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA, maka akan membantu guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang mengintegrasikan penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan. Pembelajaran IPA ini sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan. Di kondisi tertentu pendidikan IPA memberikan kontribusi pada individu untuk meningktakan taraf hidup dan dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Amini, 2016).
Begitu bermaknanya pembelajaran IPA dalam kehidupan inii terutama dalam kehidupan lingkungan manusia, maka sebagai guru haruslah jeli dan memfasilitasi proses pembelajaran yang optimal yang akan memberikan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksankan. Penggunaan model pembelajaran merupakan strategi dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat menarik minat dan kesungguhan peserta didik dalam belajar. Salah satu model pemebelajaran yang tepat dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada peserta didik adalah model pembelajaran berbasis masalah atau yang dikenal dengan Problem Based Learning (PBL). Keterlibatan peserta didik dalam belajar secara aktif dalam memecahkan masalah dan memikirkan serta melakukan tindakan untuk menemukan solusi dari permasalahan merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning (Fitria, 2019).
Pembelajaran berbasis masalah banyak digunakan guru untuk menunjang keterlibatan peserta didik belajar secara aktif, mandiri, kritis, kreatif, dan ilmiah, dan displin karena dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam belajar yang mengedepankankan tindakan aktif pencarian atau pemecahan masalah. Sehingga kebosanan siswa dalm belajar dapat terusir. Inel dan Balim (2010) memaparkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan ”belajar untuk belajar”. Peserta didik mampu secara aktif bekerja sama untuk menmukan atau mencari jalan keluar dari permasalahan dunia nyata.
Permasalahan dunia nyata sekarang yaitu terenggusnya karakter peduli lingkungan dari peserta didik. Padahal peserta didik telah melalui pendidikan dasar, namun masih miskin dengan karakter peduli lingkungan. Neal (1995) menjelaskan meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan maka peserta didik perlu dimotivasi untuk tertarik dan selanjuitnya dibimbing melakukan observasi dan mencari pemecahan masalah.
Permasalahan yang disuguhkan kepada peserta didik merupakan patokan dalam merumuskan, menganalisis dan memecahkannya yang menyajikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student center of learning. Problem based learning merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai macam kecerdasan peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan sekalipun sangat kompleks, dengan begitu akan membuat peserta didi tertantang, mahir, dan mampu melahirkan strategi-strategi berfikir yang jitu dalam pemecahan masalah.
Hosnan (2014) memaparkan bahwa model problem based learning merupakan model pembelajaran yang menghadapakan peserta didik pada masalah nyata, dan diharapkan apeserta didik dapat menyusun sendiri pengetahuannya atau dapat mengkonstruksi pengetahuannya, mandiri dalam belajar serta disiplin dan memiliki kepercayaan diri dalam belajar.
Dengan demikian sangat strategis membekali siswa sejak dini atau sejak usia SD dengan pengetahuan tentang lingkungan alam sekitar yang merupakan hakekat dari pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sehingga tumbuhlah kesdaran dan rasa bertanggung jawab terhadap lingkungan. Praktis kepedulian terhadap lingkungan akan terterap dan terwujud pada setiap peserta didik. Yang itu semua tidak lepas dari kerja keras guru sebagai teladan atau contoh bagi peserta.
Jika ini dapat diterapkan terlebih dahulu oleh setiap guru di satuan pendidikan, baik itu kepala sekolah, pengawas dan semua tenaga kependidikan, maka akan sangat membantu peserta didik lebih bersemangat, dan komitmen dalam menjaga lingkungan. Dampak nyata kesadaran peserta didik peduli terhadap lingkungan ini dapat kita rasakan langsung, lihat atau amati pada kebiasaan peserta didik yang telah keras terhadap dirinya dengan membuang sampah hanya di tempat sampah, memisahkan sampah organik dengan anorganik dan perilaku hidup hemat listrik dan terutama perilaku hidup hemat air.
Dapat kita tegaskan lagi karakter peduli lingkunngan akan terwujud secara massa jika guru disiplin dan komitmen dalam menjadi contoh dan menerapakan pembelajaran yang mengintegrasikan karakter peduli lingkungan denga menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di SD.
.
DAFTAR PUSTAKA
Amini, R. (2005). Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor untuk Calon Guru Sekolah Dasar (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Kadarsih, I., Firman, F., & Neviyarni, N. (2019). EFEKTIVITAS PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR (SD). Jurnal Bahana Manajemen Pendidikan, 8(2), 346-353
Amini, R. (2016). Effect of The Use of Project Based Learning and Motivation for Learning Outcomes for Elementary School. Research Report.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta: BNSP.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontektual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia.
Inel, D. & Balim, A. (2010).The Effects of Using Problem-Based Learning in Science and Technology Teaching upon Students' Academic Achievement and Levels of Structuring Concepts.Asia-Pacific Forum on Science Learning & Teaching, 11(2), Article 1. (Tersedia http://www.ied.edu.hk/apfslt/v11_issue2/inel/.Diakses 6 Mei 2012).
Fitria, Y. (2019). Mampukah Model Problem Based Learning meningkatkan Prestasi Belajar Sains Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar?. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3(1), 83-91.
Boud, D., & Feletti, G. (Eds.). (1998). The challenge of problem-based learning. Psychology Press.
Barrows, H. S., & Tamblyn, R. M. (1980). Problem-based learning: An approach to medical education. Springer Publishing Company.
Wood, D. F. (2003). Problem based learning. Bmj, 326(7384), 328-330.
Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn?. Educational psychology review, 16(3), 235-266.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantaap bu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
terima kasih Ibu
Salam literasi
salam literasi ibu..terima kasih
mantul
terima kasih Ibu
mantul
Mantap say...
terima kasih sayang bet
masyaAllah..senang dapat komentar dari.. Terima kasih ya Bu..
luar biasa ibu guru ingesalam literasi
Terima kasih cakniku EKA ASIH FBRIANI...