Wajah nan bulat mengingatkanku bulan purnama yang sedang tersenyum. Aku tak tahu bulan itu tersenyum karena apa. Tersenyum mengejekku ataukah tersenyum menyapa, yang pasti aku juga membalas senyumannya dengan penuh keikhlasan. Aku terlalu banyak berhayal. Bulan taklah muncul disiang hari.

Pipiku yang mengembang membuat hidungku terlihat minimalis, terkadang aku merasa bingung mengapa pipiku bisa mengembang padahal gigiku tidak sakit. Entah fotoku yang menipu. Mengenai hidung, Aku sangat berharap tidak ada yang mengatakan hidungku pesek, sekali lagiku katakan ini minimalis bukanlah pesek.

Kulihat kulit wajahku yang mulai kusam memberiku nasehat, bahwa sudah lama dia membutuhkan perawatan, jika bisa dia berbicara pastilah dia akan membentakku, dia pasti akan berkata “Mengapa tak kau rawat titipan Tuhanmu ini.” Mata bulat laksana bola pimpong dengan hitam dibawahnya benar-benar menyadarkanku bahwa beberapa hari ini aku kurang dalam beristirahat. Mata memang tak pernah bisa menipu. Faktor lelah dan kurang istirahat dapat membuat wajah menjadi berubah.

Bibir, disinilah Allah menitipkan senyuman penenang hati bagi orang-orang yang menyayangiku. Allah yang Maha Pengasih juga memberikanku kesempatan untuk dapat bersedekah setiap hari hanya dengan tersenyum. Aku bahkan sering tersenyum saat didepan cermin, hanya sekedar untuk menyapa diriku sendiri, menyatakan bahwa aku kuat dan siap melalui rintangan di hari ini.

Aku sangat bersyukur Allah menciptakanku sebegitu rupanya, semuanya menjadi pas. Lukisan Tuhan yang tak boleh di hina. Aku hanya perlu menjaganya dan tak lupa merawatnya sebagai bentuk syukurku kepada Allah. Semoga kita selalu dapat bersyukur atas apa yang diberikan Allah swt.