Intan irawati

Intan Irawati, mengajar sejak tahun 2001. Mulai menulis artikel ilmiah dan populer sejak tahun 2008. Menempuh pendidikan S-1 UNJ jurusan pendididikan fisika dan...

Selengkapnya
Navigasi Web
DRILL PANGKAL BODOH ?

DRILL PANGKAL BODOH ?

Ilmu pengetahuan adalah harta karun tetapi latihan adalah kunci pembukanya. (anonim)

Kening saya berkerut dan mata saya terbelalak membaca judul Diskusi Mingguan dengan tema ‘Drill Pangkal Bodoh’. Judul yang sangat menggelitik dan membuat kepo ini perlu banget diikuti. Ya, kebetulan saya tergabung dalam sebuah komunitas yang concern dengan aktivitas belajar mengajar. Diskusi-diskusi mingguan yang dibahas sangat bagus dan mencerahkan. Diskusi berjalan selama dua jam tanpa terasa. Semua peserta sangat antusias ingin mengetahui lebih detail maksud judul heboh itu.

Ibu Unun, demikian nara sumber kami akrab disapa. Beliau menjelaskan beberapa hal yang perlu dipahami semua pendidik. Ada beberapa miskonsepsi yang didiskusikan pada malam itu mengenai drilling.

1. Seringkali kita berpikir bahwa kalau anak tidak melalui prosess drilling atau latihan berulang-ulang sampai anak hafal, maka anak tidak belajar.

2. Drilling adalah strategi yang efektif untuk mencapai keberhasilan belajar.

3. Otak siswa seringkali dianggap sebagai botol kosong, sehingga praktik drilling terus menerus dilakukan agar botol tersebut terus diisi. Sebaliknya, otak tidak dilatih untuk mengelola keterampilannya pada level yang lebih tinggi, semisal untuk melakukan analisa dan sintesa terhadap fenomena sehari-hari yang terjadi.

Selanjutnya, kami merefleksikan kembali apa sebenarnya tujuan mengajar siswa, apa saja cara untuk mencapai tujuan tersebut, dan bagaimana metode belajar insidental menjadi alternatif yang bisa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Drill wajar digunakan untuk Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari, pertukangan dan sebagainya) dan Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan sebagainya.

Dalam pembelajaran tidak ada satu formula pun yang bisa menjawab semua kebutuhan belajar siswa. Setiap siswa unik dan butuh pendekatan dan strategi tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Pada dasarnya metode atau cara apapun akan efektif jika itu sesuai, termasuk drilling. Hanya saja, jika strategi kita hanya drilling maka keterampilan berpikirpun hanya akan berhenti pada tahap menghafal saja.

Misalnya, setelah siswa paham konsep perkalian dan pembagian, maka sah saja untuk melakukan drilling secukupnya sebagai latihan. Namun, apabila drilling menghafal perkalian dan pembagian digunakan dari awal belajar proses pembelajaran, maka keterampilan yang lain tidak akan terasah, semisal keterampilan operasi bilangan, memahami hubungan antara perkalian dan pembagian, serta konteks perkalian dan pembagian dalam kehidupan nyata.

Menurut nara sumber kami, drilling lemah kalau hanya menyasar tujuan mampu menghafal atau menjawab pertanyaan. Namun, drilling atau latihan yang sesuai dengan porsi dan kebutuhan akan menjawab kebutuhan, misalnya untuk keterampilan tertentu. Untuk membelajarkan HOT (Higher Order of Thinking) siswa perlu mengembangkan keterampilan berpikir dalam ranah yang lebih tinggi, seperti menganalisa, membuat kesimpulan, membuat sintesa, aplikasi, dan sebagainya. Dengan drilling, diskusi terhadap proses belajar, tujuan belajar, dan juga konten pembelajaran jadi selesai setelah siswa hafal.

Bu Unun menawarkan sebuah metode dalam mengajarkan kosa kata Bahasa Inggris tanpa menghafal berdasarkan penelitiannya. Beliau membandingkan Strategi Pembelajaran Insidental (lewat kegiatan literature circle) dan Intensional (lewat kegiatan vocabulary self-collection). Kesimpulannya, berdasarkan penelitian tersebut, siswa belajar kosakata yang sedikit lebih tinggi dengan insidental daripada yang intensional. Hal ini membuktikan bahwa belajar kosakata lewat membaca, diskusi grup juga tidak kalah baiknya, bahkan bisa memperoleh kosakata sedikit lebih tinggi daripada dengan metode drilling.

Beberapa peserta mengajukan pertanyaan mengenai teknik tahfizh yang sudah banyak diterapkan. Dari jawaban nara sumber saya menyimpulkan bahwa beliau mendukung teknik tersebut namun tidak boleh berhenti di situ. Teknik menghafal ini harus dilanjutkan dengan teknik lainnya sehingga siswa memahami kandungan surat yang dihafalnya.

Penulis sangat setuju dengan jawaban nara sumber. Ada sebuah teknik metode menghafal Al Qur’an dari Ustadz Bobby Herwibowo. Metode ini adalah metode menghafal dengan menggunakan seluruh anggota badan, tidak hanya lisan. Para penghafal cukup mengoptimalkan tangannya sebagai fungsi kinestetik, serta memfokuskan mata dan telinga sebagai fungsi audio dan visual, sehingga semua orang dengan multi talenta dapat melakukannya. Melalui penerapan metode tersebut, tidak membutuhkan waktu lebih dari sepuluh menit maka seseorang akan mampu menghafal tujuh ayat berikut makna serta nomor angka. Subhanalloh !

Selain metode ini, ada pula beberapa teknik lain yang memiliki tujuan sama yaitu agar penghafal memahami makna ayat yang dihafalnya. Tidak hanya hafal sebatas memori jangka pendek tapi menyelami makna Al Qur’an dan mengamalkannya. Itulah sebabnya juga kita bisa memahami mengapa Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Salah satunya adalah agar umat Islam tidak hanya hafal bunyi ayatnya tapi juga menghayati makna dan mengamalkannya.

Ada sebuah kisah dari zaman tabi’in (270 H) tentang seorang lelaki yang yang hafal Al qur’an 30 juz. Namanya adalah 'Abdah bin 'Abdurrahiim. Keimanannya tak diragukan. Namun tak dinyana, akhir hayatnya mati dalam kemurtadan dan hilang semua isi Al quran dalam hafalannya melainkan dua ayat saja yang tersisa. Semua karena asmara. Dia jatuh cinta pada seorang wanita Romawi dan murtad untuk menikahi wanita itu. Nah, inilah sebuah contoh nyata hafalan tanpa pemaknaan sampai ke hati. Ujungnya hanya mengantarkan seseorang jauh dari TuhanNya.

Namun Al Qur’an bukan sembarang bacaan. Mempelajarinya bahkan mendengarnya saja kita dapat memeperoleh banyak keberkahan. Bukankah sahabat Umar bin Khattab masuk Islam karena mendengar bacaan Al Qur’an? Sudahkah Anda mendengar kisah Fajar Islami Abdurokhim Wahyudiono (11), penderita cerebral palsy (lumpuh otak), yang hafal 30 Juz Al-Qur’an ?. Sejak dilahirkan prematur, ayahnya selalu membacakan al-Qur’an setengah juz pada pagi hari dan setengah juz pada malam hari saat ia berada di inkubator.

"Kami berusaha untuk memberikan lingkungan yang terbaik untuknya. Di rumah saya dan suami sepakat memutarkan tilawah 24 jam agar dia selalu mendengar yang baik-baik saja tanpa terpikir dia akan hafal Al-Qur’an," cerita ibunda Fajar.

Dengan segala keterbatasan fisik Fajar, justru Allah memberi anugrah yang sangat luar biasa. Di usianya yang ketiga, Fajar baru dapat berbicara namun yang keluar dari bibirnya seringkali berupa potongan-potongan ayat Al-Qur’an. Pasangan tersebut lalu memanggil seorang guru untuk mengajarkan dan membimbing Fajar. Hasilnya Fajar hafal 30 juz Al-Qur’an di usia 4,5 tahun dengan hafalan yang sangat kuat.

"Aku ingin menjadi Imam Masjidil Haram," jawab Fajar ketika ditanya apa cita-citanya. Dia pun berpesan dan berdoa agar seluruh masyarakat Indonesia semangat untuk menghafal Al-Qur’an.

Bagaimana menurut Anda, apakah Drill pangkal bodoh ?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tergelitik dengan judul artikel Bu Intan. Buat saya, selama metode ujian seperti sekarang ini maka setiap orang boleh berstrategi untuk mengejar nilai tertinggi guna berkompetisi secara nilai.

10 May
Balas

bu, Cecep hadir di sini

27 Feb
Balas

Strategi belajar yg menarik ibu....dan saya sangat setuju dengan metode drill ,karena tanpa kita sadari konsep belajar tersebut sebenarnya sering kita lakukan pada saat ananda belajar, agar ananda dapat selalu mengingat bahkan cepat mengingat hal apa yg sedang dipelajarinya.

24 May
Balas



search

New Post