LEBIH DARI PANDEMI
"Dik, sekarang kakak bisa menghitung teman kakak dengan jari tangan" , ucapnya sambil menangis.
Suatu kali dalam hidup ini, aku benar-benar melihat Sang pencipta murka. Murka terhadap manusia yang penuh dengan kesombongan. Murka yang Tuhanku tunjukkan lewat virus Covid-19. Sejak murka-Nya itu, kesombongan manusia sudah terbenam ke dasar jiwanya. Hidup yang kerap-kali disanjung-sanjung kini yang tersisa hanya khawatir dan rasa takut.
Hidup tidak lagi sama seperti sebelumnya semenjak pandemic. Setiap orang hidup menyesuaikan diri dengan wabah ini, termasuk aku. Profesiku yang merupakan seorang guru, tidak dapat bertemu secara langsung kepada peserta didik. Tidak dapat ke sekolah seperti rutinitas biasanya. Segalanya dikerjakan dari rumah. Terkadang aku menyadari bahwa merindukan anak didikku memang benar adanya. Hidupku menjadi membosankan. Hanya berkutat dengan smartphone, laptop, dan makanan. Alhasil berat badan juga bertambah. Huhu.
Satu kisah yang menarik dari pengalaman di masa pandemic ini, adalah pengakuan temanku bahwa Ia senang memilikiku dalam hidupnya. Ceritanya berawal ketika, suaminya positif terpapar corona. Suaminya yang merupakan teman sekantor suamiku, dan merupakan tetangga kami sangat terkejut dan tidak percaya ketika menerima hasil tesnya. Alhasil, suami temanku alias bang Putra diisolasi di rumah sakit milik perusahaan. Namun, istri dan anaknya tetap di rumah karena memang mereka dinyatakan negative. Sejak saat itu, hampir semua orang mulai menjauhinya dan terkesan takut jika berdekatan dengan mereka. Dengan kata lain, mereka dikucilkan. Saat itu bang Putra diisolasi selama tiga minggu. Selama itu, istrinya yang sedang hamil dan anaknya mengurung diri di rumah karena terlalu malu untuk berinteraksi dengan tetangga. Hanya aku yang sering mengunjungi rumahnya untuk mengantar belanjaan dan makanan karena memang tidak ada yang mau membantu mereka. Sebab aku dan mereka adalah kawan karib, jadi sudah sepantasnya aku membantu mereka semampuku.
Suatu kali ia menelponku, bercerita sambil menangis bahwa ia merindukan suaminya. Maklum, 3 minggu bukanlah waktu yang sebentar bagi istri yang menunggu suami dengan kondisi hamil dan anaknya yang masih balita. Aku tidak dapat berkata banyak selain hanya berusaha menghibur dan mendoakan. Aku tidak dapat memberi pelukan hangat untuk menguatkan hatinya yang rapuh. Aku ingin, namun aku juga harus tetap menjaga jarak demi kebaikan kami. Di lain hari Ia kembali bercerita, anaknya yang masih berusia 4 tahun pernah berlari keluar rumah tanpa sepengetahuannya. Lalu ia mendengar teriakan milik tetangganya yang memarahi anaknya dengan berkata ,“ Naomi di situ saja! Naomi jangan ke sini! Sekarang jangan main-main ke rumah Ibuk dulu! Kita harus jaga jarak!”. Teriakan itu tentunya terdengar hingga ke rumahnya dan menyebabkan sedihnya bertambah-tambah. Akhirnya, aku menjemput Naomi dan kuasuh di rumahku sebab aku ikut sedih melihat anak 4 tahun yang seharusnya sedang aktifnya bermain dan berbahagia justru dikurung dan dikucilkan padahal ia telah dinyatakan negative covid-19.
Setelah masa karantina itu usai, Bunda Naomi menemuiku di rumah. Ia bercerita banyak tentang pengalaman berharga yang ia dapatkan selama pandemic. Ia jadi mengerti betapa penting dan berharganya ikatan keluarga. Ia juga baru tahu mana teman yang sesungguhnya setelah suaminya harus dikarantina karena corona.
“Dik, sekarang kakak bisa menghitung teman kakak dengan jari tangan. Terkadang yang paling dekat dengan kita, bahkan yang rumahnya di samping rumah kita justru yang paling menjauhi kita. Terimakasih ya, sudah mmbantu kami sewaktu abang diisolasi”, ucapnya sambil menangis.
Hanya ucapan terimakasih, namun aku bahagia mendengarnya. Semoga pandemic ini segera berakhir. Kita semua rindu bumi yang baik-baik saja.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar