Saya terinspirasi pada kisah ulama dari tanah Minang, siapa lagi kalau bukan pengarang karya fenomenal Tafsir Al Azhar, memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih familiar kita kenal dengan nama Buya Hamka. Dimana karya-karyanya terus menginspirasi kita sampai saat ini. Menurut beliau ada empat syarat untuk menjadi pengarang. Pertama, memiliki daya khayal atau imajinasi. Kedua, memiliki kekuatan ingatan. Ketiga, memiliki kekuatan hafalan. Keempat, memiliki kesanggupan mencurahkan tigal hal itu menjadi sebuah tulisan. Paling tidak ada dua hal yang menjadi landasan bagi penulis pemula untuk memulai tulisan dari sesuatu yang dekat dengan kehidupannya dan sesuatu yang sederhana. Karena tulisan tidak mengenal ringan atau berat, karena menulis itu menjadi motivasi, renungan, dan ilmu buat sang penulis. Apabila tulisan itu sampai dibaca orang lain, niscaya itu menjadi bonus bagi penulis. Karena sesungguhnya, menulis itu mencipta keabadiaan, fisik kita boleh saja mati tetapi karya akan terus bersemi. Buya Hamka telah membuktikan itu semua, saat ini beliau telah tiada tetapi karyanya di antaranya yang monumental Tafsir Al Azhar,Di Bawah Lindungan Ka'bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk mampu menggugah jiwa para pembaca. Pahala terus mengalir kepada penulis, karena karya tak pernah mati walaupun penulisnya telah tiada. Lantas, bagaimana dengan kita ? berapa karya yang telah kita tuliskan? Saatnya berpikir beribu kali untuk tidak melukis, karena hidup hanya sekali jangan mati tanpa arti. Menulislah! Langsa, 19 Ramadhan 1441 / 12 Mai 2020 Jam 12.13